Sosok.ID- Amerika Serikat (AS) tak mau lagi tinggal diam jika Rusia sampai bertindak seperti ini.
Kecaman keras dilayangkan pihak AS saat mengetahui Rusia akan blokade sebagian Laut Hitam.
Amerika Serikat (AS) sampai menyebut eskalasi yang dilakukan Rusia kepada Ukraina ini sungguh tidak beralasan.
Dilansir Sosok.ID dari Reuters, Selasa (20/4/2021) pada tahun 2014, Moskow berhasil mencaplok Krimea dari Ukraina.
Sejak itu, pertempuran di Timur Ukraina dengan Rusia terus meningkat.
Bahkan, belum lama ini, Rusia mengirimkan lebih dari setengah juta tentara militer di perbatasan.
Sekitar puluhan ribu pasukan pun militer dikerahkan Rusia di sepanjang perbatasan utara dan timur Ukraina.
Hal ini pun sempat memicu peringatan dari NATO.
Namun sayang, seperti peringatan tersebut diindahkan oleh Rusia.
Seolah bertingkah sebodo amat, Rusia kembali meningkatkan kekuatan militernya.
Dilansir Sosok.ID dari France24 dan Kompas.com, Selasa (20/4/2021) kali ini Rusia seolah tengah mengepung Ukraina.
Kabara beredar, dalam 6 bulan, Rusia akan memblokade sebagian Laut Hitam yang menjadi akses menuju pelabuhan Ukraina.
Media pemerintah Rusia melaporkan jika Moskwa berencana menutup sebagian Laut Hitam untuk militer asing dan kapal resmi dalam kurun waktu setengah tahun.
Diduga, langkah Rusia ini dapat mempengaruhi akses ke pelabuhan Ukraina dari Laut Azov.
Pelabuhan tersebut diketahui terhubung dengan Laut Hitam melalui Selat Kerch di ujung timur Semenanjung Krimea yang telah dikuasai Rusia sejak 2014.
Rencana manuver Rusia menutup sebagaian Laut Hitam ini pun menarik perhatian AS.
Dikutip Sosok.ID dariFrance24, melalui Departemen Luar Negeri, pihak AS mengecam keras rencana Rusia.
Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, Rusia dianggap telah melakukan eskalasi tanpa alasan terhadap Ukraina.
"Ini merupakan peningkatan lain yang tidak beralasan dalam kampanye berkelanjutan Moskwa untuk merusak dan mengguncang Ukraina," kata Ned Price
"Perkembangan ini sangat meresahkan di tengah laporan yang dapat dipercaya tentang penumpukan pasukan Rusia di Krimea yang diduduki dan di sekitar perbatasan Ukraina," lanjut Ned Price.
"Sekarang itu berada pada tingkat yang belum pernah terjadi sejak invasi Rusia pada 2014," jelasnya.
Ketegangan antara tentara Ukraina dan separatis pro-Rusia di timur Ukraina terus meningkat.
Diketahui, sebanyak 14 ribu orang tercatat tewas akibat ketegangan di antara dua kubu.
(*)