Sosok.ID - Data 500 juta pengguna Facebook bocor, termasuk nomor sang pendiri sekaligus CEO platform tersebut, Mark Zuckerberg.
Dilansir Sosok.ID dari The Sun, ada 533 juta data pengguna dari 106 negara, di mana 32 jutanya tercatat berasal dari AS, 11 juta dari Inggris, 6 juta dari India, dan sisanya dari negara lain.
Data yang bocor bukan hanya nomor telepon pengguna, melainkan juga ID Facebook, nama lengkap, tempat tinggal, ulang tahun, biografi, hingga alamat e-mail.
Adapun, data diri Mark Zuckerberg yang bocor termasuk nama, tempat tinggal, detail pernikahan, tanggal lahir, dan ID pengguna Facebook.
Bukan hanya Mark Zuckerberg saja, data dari dua co-founder Facebook Inc lainnya, Chris Hughes dan Dustin Moskovitz juga ikut bocor.
Hal itu telah dikonfirmasi oleh peneliti jagadmaya, Dave Walker.
Alon Gal, salah satu pendiri firma inteligen kejahatan dunia maya Israel, Hudson Rock, menemukan kumpulan data tersebut pada Sabtu (3/4/2021).
Menurutnya, rincian data yang bocor itu bukanlah data terbaru, melainkan sudah berusia beberapa tahun.
Ia mengatakan, basis datanya mirip dengan yang ia temukan di forum peretas sejak Januari lalu.
Sementara itu, seorang juru bicara dari Facebook mengatakan bahwa data tersebut diambil karena kerentanan yang diambil oleh perusahaan pada 2019 silam.
Keberadaan informasi tersebut, yang didistribusikan oleh Bot dengan harga tertentu, pertama kali dilaporkan oleh publikasi teknologi Motherboard.
Tapi kini, seluruh kumpulan data dibuat tersedia secara gratis.
Artinya, bisa dijarah oleh siapa pun yang memiliki keterampilan dasar dalam dunia peretasan.
Walaupun tidak mutakhir, data tersebut dapat digunakan penjahat dunia maya untuk menyamar atau menipu orang lain.
"Basis data sebesar itu, yang berisi informasi pribadi seperti nomor telepon, dari banyak pengguna Facebook pasti akan mengundang pelaku kejahatan untuk melakukan upaya peretasan," kata Gal kepada Business Insider.
Informasi tersebut ditawarkan dengan kredit digital senilai beberapa euro di situs terkenal untuk peretas tingkat rendah.
Gal mengatakan dia telah memverifikasi keaslian setidaknya beberapa data dengan membandingkannya dengan nomor telepon orang yang dia kenal.
Jurnalis lain mengatakan bahwa mereka juga dapat mencocokkan nomor telepon yang diketahui dengan detail di tempat pembuangan data.
Gal mengatakan kepada Reuters bahwa pengguna Facebook harus waspada terhadap "serangan rekayasa sosial" oleh orang-orang yang mungkin telah memperoleh nomor telepon mereka atau data pribadi lainnya dalam beberapa bulan mendatang.
(*)