Lainnya pada 'Foya-foya' Borong Mobil Dapat Duit Ganti Untung Pertamina, Warga Tuban Ini malah Ngaku Dibikin Tekor, Rp 4 M Kurang?

Sabtu, 20 Februari 2021 | 11:00
Istimewa via Surya.co.id

Capture video viral warga Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, beli mobil ramai-ramai.

Sosok.ID - Belim lama ini jagat sosial media dihebohkan dengan video yang menunjukkan pembelian ratusan mobil oleh Warga Tuban.

Usut punya usut, para warga tersebut mendadak jadi miliader setelah menjual tanah untuk proyek Pertamina.

Tak sedikit yang merasa diuntungkan, tetapi warga satu ini justru merasa dibikin tekor.

Ratusan warga di tiga desa Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, mendapat "durian runtuh" setelah menjual tanah mereka ke PT Pertamina.

Baca Juga: Video Pembelian 176 Mobil Baru oleh Warga Tuban Bikin Bertanya-tanya, Ternyata Sumber Uangnya dari Pemerintah

Baca Juga:Saksikan Kenyataan di Desa 'Pemborong' Mobil, Presdir Pertamina Rosneft Justru Sedih dan Prihatin, 'Saya yang Salah Karena Tidak Mengawal dan Mendampingi Mereka'

Lahan yang dijual itu masuk dalam proyek pembangunan kilang minyak new grass root refinery (NGRR) Pertamina yang bekerja sama dengan perusahaan asal Rusia.

Warga yang mendapat "durian runtuh" itu berasal dari tiga desa, Desa Sumurgeneng, Desa Wadung, dan Desa Kaliuntu.

Setelah menerima uang ganti untung pembebasan lahan, masing-masing warga punya cara sendiri menikmati uang tersebut.

Sebagian besar memborong mobil, membeli tanah, dan membangun rumah. Beberapa di antara mereka juga merenovasi rumah dan menyimpan uang di bank.

Baca Juga: Bikin Gegar, Warga Satu Desa di Tuban Ini Tiba-tiba Bareng-bareng Borong Mobil Mewah Baru, Ternyata Ini Sebabnya!

Salah satu warga Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Sodir merupakan salah satu di antara ratusan orang yang menjual lahan kepada PT Pertamina.

Lahan Sodir yang terkena pembebasan seluas 10 meter persegi x 200 meter persegi. Lalu pekarangan rumahnya seluas 17 meter persegi x 70 meter persegi.

Dari luas tanah itu, Sodir mendapat uang sebanyak Rp 4 miliar.

Tetapi, bukannya merasa untung, Sodir justru merasa tekor.

Baca Juga: Heboh Warga Satu Desa di Tuban Mendadak Kaya Raya, Ternyata Bermula dari Pesan Presiden Jokowi ke Ahok Ini: Salah Satu Kilang Terbesar di Negara Kita

"Kalau dihitung ya tekor, tanahnya dibeli harganya Rp 600.000 awalnya, kalau beli tanah lagi di tempat lain harganya naik," kata Sodir saat ditemui Kompas.com, Rabu (17/2/2021).

Sodir telah mencoba membeli tanah di desa tetangga, tetapi harganya lebih mahal ketimbang biaya pembebasan yang didapat dari PT Pertamina.

"Bahkan, sekarang harga tanah Rp 1,5 juta per meternya," kata Sodir.

Baca Juga: Dalam Sekejap 176 Mobil Diborong Tetangganya, Sosok Pengunggah Video Satu Desa Beli Mobil di Tuban Justru Tak Ikut Beli Mobil, Tapi Hartanya Langsung Ludeh Untuk Ini!

Tak pernah menolak

Sodir merupakan salah satu warga yang sejak awal menerima lahan dan rumahnya dibebaskan untuk pembangunan kilang Pertamina.

Ia pun harus pindah ke tempat lain. Karena tak ada penolakan, proses pembayaran pembebasan lahan sudah lebih awal dan tidak ada kendala.

Sodir mengaku, dirinya hanya mengikuti arahan dari pemerintah desa bahwa lahan dan rumahnya masuk dalam wilayah proyek pembangunan kilang.

"Saya tahunya waktu itu tanahnya dibeli dan rumahnya disuruh pindah, ya pindah saja yang penting dikasih uang," terang Sodir.

Baca Juga: Dikira Untung Padahal Buntung, Dapat Ganti Untung Rp 4 Miliar dari Pertamina, Warga Desa di Tuban Ini Justru Ngaku Rugi Bandar, Terungkap Alasannya

Proyek pembangunan kilang minyak NGRR Pertamina yang berada di Kecamatan Jenu itu menelan dana USD 15 miliar hingga USD 16 miliar atau sekitar Rp 225 triliun.

Proyek kilang minyak di Tuban ditargetkan beroperasi pada 2024 memiliki luas mencapai 821 hektar lahan darat yang terdiri dari 384 hektar lahan warga, sisanya adalah lahan KLHK seluas 328 hektare dan lahan Perhutani 109 hektare.

Untuk kebutuhan lahan darat, tersebar di Desa Kaliuntu enam bidang, 562 bidang di Wadung, 566 bidang di Sumurgeneng, Perhutani satu bidang, dan di KLHK satu bidang.

(Hamim/Kompas.com)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya