Amerika dan China Siap Perang, Pertempuran Besar di Depan Mata

Jumat, 19 Februari 2021 | 20:20
China Military

Amerika dan China Siap Perang, Pertempuran Besar di Depan Mata

Sosok.ID - Kekuatan Amerika Serikat (AS) akan diuji oleh China.

AS bakal mati-matian mempertahankan hegemoninya dari rongrongan China.

Jika tak ada penyelesaian di meja diplomatik, maka perang adalah solusinya.

Presiden AS Joe Biden mendapatkan peringatan dari panel ahli kebijakan luar negeri, bahwa perang di Laut China Selatan atas Taiwan antara Washington dan Beijing sangat mungkin terjadi.

Baca Juga: Harapan Jadi Anak Adit Jayusman Sudah Pupus, Bilqis Khumairah Razak Mohon-mohon ke Ayu Ting Ting untuk Cari Suami Seperti Pria Ini, Sosoknya Sudah Akrab dengan Keluarga sang Biduan, Siapa?

Express.co.ukmemberitakan, sebuah laporan dari lembaga think tankCouncil on Foreign Relations(CFR) mengatakan kepada Biden bahwa "krisis parah" di Laut China Selatan dapat terjadi pada tahun ini. Kondisi ini menunjukkan tindakan China yang semakin agresif terhadap Taiwan yang mengarah ke "titik nyala berbahaya" bagi AS.

Survei Prioritas Preventif tahunan CFR telah menyoroti potensi risiko perang di Taiwan yang telah meningkat menjadi "konflik tingkat atas".
MengutipExpress.co.uk,para ahli yang berkontribusi untuk laporan tersebut mengatakan Taiwan khususnya tengah berkembang menjadi titik nyala paling berbahaya di dunia untuk kemungkinan perang yang melibatkan Amerika Serikat, China, dan mungkin kekuatan besar lainnya.

Dalam upaya untuk mencegah potensi konflik, Biden telah didesak untuk mengubah dan mengklarifikasi strategi Indo-Pasifiknya.

Baca Juga: Akhirnya Dengar Sendiri dari Mulut Aurel Hermansyah Soal Pernikahan, Krisdayanti Pasrah Lepas Putri Sulungnya ke Atta Halilintar: Enggak Mau Terlalu Jauh Berekspektasi

"Tujuan strategis AS mengenai Taiwan harus ditujukan untuk mempertahankan otonomi politik dan ekonominya, dinamismenya sebagai masyarakat bebas, dan pencegahan sekutu AS - tanpa memicu serangan China ke Taiwan," demikian bunyi laporan CFR.

Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri yang harus bersatu kembali dengan China, dan mengancam akan merebut negara itu dengan paksa.

Pada bulan Januari, China meningkatkan latihan militer di dekat Taiwan, dengan melakukan serangan berulang kali ke wilayah udara negara tersebut.

Lusinan pesawat pengebom dan jet tempur dikerahkan di atas Selat Taiwan. “Kami dengan serius memberi tahu pasukan kemerdekaan Taiwan: mereka yang bermain api akan membakar diri mereka sendiri, dan kemerdekaan Taiwan berarti perang," jelas Wu Qian, juru bicara Kementerian Pertahanan China seperti yang dikutipExpress.co.uk.

Baca Juga: Dituding Jadi Pelakor, Foto Nissa Sabyan Pose Bareng Mulan Jameela Mendadak Bikin Heboh Jagad Maya, Netizen: Junior Senior

Kegiatan militer yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Rakyat China di Selat Taiwan merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi situasi keamanan saat ini di Selat Taiwan dan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan nasional.
"Mereka adalah tanggapan serius atas campur tangan eksternal dan provokasi oleh pasukan 'kemerdekaan Taiwan'," tambah Wu Qian.

Melanjutkan pendekatan mantan Presiden Donald Trump ke wilayah tersebut, Biden telah menyatakan bahwa dia mendukung kemerdekaan Taiwan dari China.

"Mereka adalah tanggapan serius atas campur tangan eksternal dan provokasi oleh pasukan 'kemerdekaan Taiwan'," tambah Wu Qian.

Melanjutkan pendekatan mantan Presiden Donald Trump ke wilayah tersebut, Biden telah menyatakan bahwa dia mendukung kemerdekaan Taiwan dari China.

Baca Juga: 2 Tahun Terseok-seok Sendiri Tutupi Aib Suami, Sampai Kapanpun Ririe Fairus Ogah Bongkar Peselingkuhan Ayus Sabyan dengan Nissa Sabyan, Terungkap Alasannya

Namun, dalam wawancara CBS, Biden mengatakan dia memandang hubungan AS dengan China sebagai salah satu "persaingan ekstrim".

Meskipun laporan tersebut menurunkan risiko konflik di Laut China Selatan, namun para ahli masih memperingatkan bahwa dampak konflik akan tinggi.

Risiko lain yang disorot oleh laporan itu termasuk pengembangan lebih lanjut senjata nuklir atau pengujian rudal balistik Korea Utara, yang memicu ketegangan militer yang meningkat di Semenanjung Korea.
Risiko tingkat satu yang lebih rinci juga termasuk peningkatan kekerasan dan ketidakstabilan politik di Afghanistan, konfrontasi bersenjata antara Iran dan Amerika Serikat dan serangan dunia maya yang sangat mengganggu pada infrastruktur penting AS.

Namun, dalam wawancara CBS, Biden mengatakan dia memandang hubungan AS dengan China sebagai salah satu "persaingan ekstrim".

Baca Juga: 2 Tahun Terseok-seok Sendiri Tutupi Aib Suami, Sampai Kapanpun Ririe Fairus Ogah Bongkar Peselingkuhan Ayus Sabyan dengan Nissa Sabyan, Terungkap Alasannya

Meskipun laporan tersebut menurunkan risiko konflik di Laut China Selatan, namun para ahli masih memperingatkan bahwa dampak konflik akan tinggi.

Risiko lain yang disorot oleh laporan itu termasuk pengembangan lebih lanjut senjata nuklir atau pengujian rudal balistik Korea Utara, yang memicu ketegangan militer yang meningkat di Semenanjung Korea.
Risiko tingkat satu yang lebih rinci juga termasuk peningkatan kekerasan dan ketidakstabilan politik di Afghanistan, konfrontasi bersenjata antara Iran dan Amerika Serikat dan serangan dunia maya yang sangat mengganggu pada infrastruktur penting AS.

China dan AS diambang perang.(*)

Sumber : Kontan

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : kontan

Baca Lainnya