Kirimkan Pasukan Perdamaian PBB, Ribuan Rakyat Myanmar Menuntut Aung San Suu Kyi Dibebaskan

Senin, 08 Februari 2021 | 15:13
Xinhua

Kirimkan Pasukan Perdamaian PBB, Ribuan Rakyat Myanmar Menuntut Aung San Suu Kyi Dibebaskan

Sosok.ID - PBB walau sulit sebenarnya bisa menekan Myanmar untuk menerima kedatangan pasukan perdamaiannya di sana.

Namun tentu saja Myanmar akan menolak hal ini.

Terlebih saat ini junta militer sudah menguasai sepenuhnya Myanmar dan memotong semua akses ke dunia luar.

Puluhan ribu orang menggelar aksi unjuk ras hari kedua di kota terbesar Myanmar, Yangon pada Minggu (7/2). Ribuan warga Myanmar lainnya juga turun ke jalan di seluruh negeri untuk memprotes kudeta junta militer dan penahanan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi pekan lalu.

Baca Juga: Lain di Mulut Lain di Bukti, Kemarin Sore Bilang Terjerat Narkoba adalah Hal Terberat dalam Hidup, Ridho Rhoma Justru Kembali Dicokok Polisi: Positif Amphetamin

Baca Juga:Situasi Rumit di Myanmar, Sudah Jatuh ke Tangan Militer, Negara Tersebut Terancam Jatuh ke Tangan China, Negara-Negara Barat Pun Juga Makin Membuatnya Tersiksa

Massa di Yangon, membawa balon merah, warna yang mewakili Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi, dan meneriakkan, “Kami tidak ingin kediktatoran militer! Kami ingin demokrasi!".

Militer Myanmar merebut kekuasaan pada Senin dini hari lalu, membuat transisi demokrasi negara Asia Tenggara yang bermasalah itu tiba-tiba terhenti dan memicu kemarahan internasional.
Pada Sabtu (6/2), puluhan ribu orang turun ke jalan dalam protes massal pertama sejak kudeta, ketika junta memutus akses internet dan membatasi saluran telepon.

Pada hari Minggu pagi, kerumunan besar-besaran dari seluruh penjuru Yangon berkumpul di kotapraja Hledan, beberapa berjalan melewati lalu lintas yang macet, dan berbaris di bawah sinar matahari yang cerah di tengah jalan.

Baca Juga: Pelaminan Disulap bak Film Laga, Pengantin Pria Mendadak Tendang Wajah Istrinya di Tengah Pesta, Anehnya Tamu Resepsi Cekikikan Saat Mempelai Wanita Kesakitan, Apa Masalahnya?

Mereka mengibarkan bendera NLD dan memberi hormat tiga angka yang telah menjadi simbol protes terhadap kudeta. Pengemudi membunyikan klakson dan penumpang mengangkat foto pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Suu Kyi.

Adegan yang disiarkan di Facebook adalah beberapa dari sedikit yang telah keluar dari negara itu sejak junta menutup internet dan membatasi saluran telepon pada hari Sabtu.

Tidak ada komentar dari junta militer Myanmar soal ini. Markas militer ada di ibu kota Naypyitaw, lebih dari 350 km (220 mil) utara Yangon.

“Mereka sudah mulai mematikan internet. Jika mereka lebih berkuasa, mereka akan lebih menekan pada pendidikan, bisnis, dan kesehatan,” kata Thu Thu, 57 tahun yang ditangkap oleh junta sebelumnya selama protes pro-demokrasi di akhir 1980-an. “Inilah mengapa kami harus melakukan ini,” katanya.

Baca Juga: LBH Ikut Campur Urusan Ashanty dengan Anak Angkat padahal Tak Tahu Kejadian Sebenarnya,Istri Anang Naik Darah:Yang Pembohongan Publik Siapa Jadinya?

“Kami tidak dapat menerima kudeta,” kata seorang pria berusia 22 tahun yang datang dengan 10 temannya, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya. “Ini untuk masa depan kita. Kita harus keluar."

Nasib Aung San Suu Kyi

Pada tengah hari sekitar 100 orang turun ke jalan dengan sepeda motor di kota pesisir Mawlamyine di tenggara, dan mahasiswa serta dokter berkumpul di kota Mandalay di Myanmar tengah.

Ratusan kerumunan lainnya bermalam di luar kantor polisi di kota Payathonzu di negara bagian Karen di tenggara, tempat anggota parlemen NLD diyakini telah ditangkap. Mereka tetap di luar di pagi hari, menyanyikan lagu-lagu pro-demokrasi.

Baca Juga: Akui Masih Sering Stalking Ariel Noah, Luna Maya Langsung Kalang Kabut Tak Sengaja Keceplosan Ungkap Alasan Putus dengan sang Musisi: Eh Cut, Cut, Udah

Dengan terputusnya internet dan informasi resmi yang langka, desas-desus berputar-putar tentang nasib Suu Kyi dan kabinetnya. Sebuah cerita bahwa Suu Kyi telah dibebaskan, yang menarik banyak orang ke jalan untuk merayakannya semalam pada hari Sabtu, dengan cepat dibantah oleh pengacaranya.

Lebih dari 160 orang telah ditangkap sejak militer merebut kekuasaan pada Senin dini hari, kata Thomas Andrews, pelapor khusus PBB untuk Myanmar.

"Para jenderal sekarang berusaha untuk melumpuhkan gerakan perlawanan warga. Lalu menjaga dunia luar dalam kegelapan dengan memotong hampir semua akses internet," kata Andrews dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
“Kita semua harus mendukung rakyat Myanmar di saat-saat bahaya dan membutuhkan. Mereka layak mendapatkan apa pun." imbuhnya.

Jika sudah begini memang intervensi PBB diperlukan.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : kontan

Baca Lainnya