Pekan Natal Diwarnai Noda Darah, Viral Video Pembunuhan Brutal Polisi Tembak Mati Ibu dan Anak di Hadapan Putrinya Sendiri

Rabu, 23 Desember 2020 | 14:13
Youtube/CNN Philippine via Kompas.com

ersan Utama Jonel Nuezca adalah polisi yang menjadi tersangka penembakan brutal hingga menewaskan ibu dan anak yang tidak bersenjata di Filipina.

Sosok.ID - Pekan Natal di Filipina dimulai dengan noda darah.

Video viral menunjukkan pembunuhan brutal yang dilakukan oleh oknum polisi senior kepada seorang ibu dan anak, di hadapan putrinya yang masih di bawah umur.

Melansir Rappler.com, tersangka diidentifikasi sebagai Sersan Senior Polisi bernama Jonel Nuezca, yang menembak dua korban dari jarak dekat di hadapan putrinya sendiri.

Jonel Nuezca menembak dan membunuh seorang ibu dan anak di provinsi Tarlac, utara Metro Manila, Filipina, pada Minggu, (20/12/2020).

Baca Juga: Pulang Dinas, Anggota TNI Ini Pergoki Ada Mobil Polisi di Depan Rumah, Ternyata Tangkap Basah Istrinya Selingkuh Diduga dengan Oknum Polisi

Sonya Gregorio (52), dan putranya Frank Gregorio (25), meregang nyawa di tangan Sersan Senior Polisi Jonel Nuezca pada Minggu malam.

Penembakan itu disaksikan oleh masyarakat, terekam dalam video dan menjadi viral di media sosial dengan netizen menaikkan tagar #StopTheKillingsPH dan #JusticeForSonyaGregorio sebagai bentuk protes.

Polisi Paniqui mengonfirmasi kebenaran isi video tersebut. Namun karena sifat grafisnya yang terlalu kejam, video tersebut tidak dapat ditampilkan.

Menurut Kolonel Polisi Renante Cabico, direktur Kantor Polisi Provinsi Tarlac, Nuezca telah pergi ke keluarga Gregorios untuk menyelidiki siapa yang menembak boga.

Baca Juga: Mumpung Kantor Sepi, 2 Oknum Polisi Ini Lakukan Hubungan Suami Istri di Jam Kerja, Terekam Kamera CCTV Hingga Videonya Bocor dan Viral ke Mana-mana

Boga merupakan meriam bambu/meriam PVC, sebuah kanon improvisasi yang biasanya terbuat dari bambu, yang digunakan untuk menciptakan suara keributan selama perayaan Tahun Baru Filipina.

Ketika Nuezca mencoba menangkap Frank Gregorio yang terlihat mabuk, ibunya, Sonya, ikut campur.

"Ketika dia menangkapnya, ibunya, Sonya, turun tangan sampai dia (tersangka Nuezca) menembak ibu dan putranya," kata Kolonel Polisi Renante Cabico dalam wawancara dengan DZBB, Senin (21/12/2020).

Cabico mengatakan bahwa Nuezca "tidak bertugas" pada saat itu. Tersangka baru saja kembali ke kampung halamannya dari tugas biasanya di laboratorium kejahatan polisi Kota Parañaque.

Baca Juga: Bikin Resah, KKB Papua Babat Nyawa Warga Sipil dan Prajurit TNI dengan Cara Sangat Keji, Lengan Tukang Ojek Putus Ditebas hingga Tewas di Tempat

Peristiwa penembakan

Dalam video yang beredar, Nuezca meneriakkan kata-kata ancaman sebelum menembak Sonya dan Frank dari jarak dekat.

Menurut The Washington Post, putri Nuezca yang masih di bawah umur sempat ikut meneriakkan kata-kata kepada Sonya, meminta agar Sonya melepaskan pelukannya untuk putranya, Frank.

"Ayahku adalah seorang polisi!" gadis itu berteriak.

"Aku tidak peduli! " jawab Sonya.

"Brengsek, kau ingin aku menghabisimu sekarang?" umpat Nuezca sesaat sebelum nyawa ibu dan anak itu melayang.

Putri Nuezca berakhir menyaksikan konfrontasi dan penembakan itu sendiri.

Baca Juga: Kedua Tangan Pegang HP, 2 Oknum Polisi Ini Paksa Sejoli Lagi Pacaran Hubungan Suami Istri di Depan Kamera, Rp 4 juta Amblas Jadi Duit Tutup Mulut

Keterangan saksi

Salah satu saksi bernama Alyssa Calosing menjelaskan, Nuezca telah memukul Gregorios sebelum peristiwa penembakan.

Orang-orang menyaksikannya sambil menangis, berusaha meminta Nuezca untuk berhenti.

Alyssa Calosing juga mengatakan bahwa setelah menembak Sonya dan Frank, tersangka pergi bersama putrinya seolah tak terjadi apa-apa.

“Mereka pergi seolah tidak ada apa-apa… Saya merasa saya mati rasa seperti jiwa saya meninggalkan tubuh saya.

Baca Juga: Lakukan Razia di Kamar Kos, Oknum Polisi Justru Usir Tamu dan Pakai Sendiri PSK yang Digerebek, Begini Kronologinya!

"Kemudian ketika saya merasakan sesuatu bergerak, saya mulai melompat marah dan menangis,” katanya.

Dikutip dari Rappler.com, Kolonel Polisi Renante Cabico memebeberkan bahwa Nuezca dan Gregorios memang diketahui memiliki konflik.

Keduanya telah lama berselisih tentang hak jalan sebuah properti yang juga muncul selama keributan mereka pada hari Minggu.

Baca Juga: Meski Tewas secara Tak Hormat, Anggota TNI yang Selingkuh dengan Istri Polisi Tetap Dimakamkan secara Militer, Bripka Herman Disanksi karena Penembakan

Tak ada ampun untuk tersangka

Penembakan yang terjadi pada pukul 17.10 itu kemudian dilaporkan ke Polsek Paniqui pada pukul 17.30.

Hampir satu jam kemudian, pada pukul 18.19, Nuezca menyerahkan diri ke kantor polisi Rosales di provinsi Pangasinan. Polisi Paniqui menangkap Nuezca dan sekarang menahannya.

Senator Panfilo Lacson, yang juga mantan kepala Kepolisian Nasional Filipina, mengutuk penembakan itu dan meminta polisi untuk meminta pertanggungjawaban Nuezca.

"Saya memerintahkan pimpinan Kepolisian Nasional Filipina untuk tidak menunjukkan belas kasihan," ucapnya, dilansirdari Rappler.com.

Baca Juga: Nyasar di Silikon Payudara, Peluru Bedil Jarak Dekat Memantul-mantul Selamatkan Jantung Korban dari Kematian

"Mereka seharusnya tidak berusaha untuk memastikan bahwa dia membusuk di penjara. Dia adalah polisi terakhir yang mereka butuhkan di kepolisian," kata anggota parlemen itu dalam sebuah pernyataan.

Lacson juga mengatakan, polisi harusnya menyerahkan senjata ke unit saat mereka tidak sedang bertugas.

Namun Nuezca justru menggunakannya untuk menembak mati warga sipil.

“Polisi harus menyerahkan senjata api yang mereka keluarkan kepada armorer unit atau petugas pasokan ketika dalam status tidak bertugas."

"Artinya, mereka tidak boleh diberikan Izin Membawa Senjata Api di Luar Tempat Tinggal (PTCFOR) saat masih dalam dinas aktif,” kata senator itu.

Baca Juga: Oknum Polisi Pengedar Sabu 16 Kg Kejar-kejaran dengan Para Polisi, Lengan dan Punggung Tertembak, Terancam Hukuman Mati

Insiden kebrutalan polisi lainnya

Pembunuhan keluarga Gregorios hanyalah satu dari beberapa insiden kebrutalan dan maraknya penyalahgunaan wewenang oleh polisi di pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte.

September lalu, kepala polisi Kawit, Cavite, Filipina dan 5 orang lainnya dipecat atas dugaan penangkapan ilegal setelah polisi Kawit terlihat dalam sebuah video yang secara paksa menyeret seorang wanita keluar dari rumahnya di depan anak-anaknya.

Pada bulan April, polisi juga menembak mantan tentara Winston Ragos karena melanggar aturan karantina di Kota Quezon.

Biro Investigasi Nasional menyimpulkan bahwa itu adalah pembunuhan, di mana polisi bahkan menanamkan bukti. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : The Washington Post, Rappler

Baca Lainnya