Sosok.ID - Akira Hareruya beberapa waktu ini tak pernah merasakan fisik yang sehat tanpa luka.
Bagaimana tidak, ia tiap hari pulang ke rumah dengan kondisi babak belur.
Bukan karena berkelahi ataupun kecelakaan di jalan, tetapi ia memang sengaja menerima puluhan bahkan bisa ratusan pukulan tiap hari.
Semua pukulan yang mendarat di tubuhnya yang dilakukan oleh orang yang tidak ia kenal itupun tak boleh ia balas satu kali pun.
Ya, profesi unik dan mungkin banyak orang ogah dipilih banyak orang ini rela ia lakukan.
Ia merelakan tubuhnya babak belur tiap hari untuk dianiaya atau sekedar dipukul oleh banyak orang.
Hal itu dilakukan oleh Hareruya hanya demi keluarganya.
Ia rela menjadi pelampiasan orang lain dengan cara dipukuli demi bisa menghidupi keluarganya.
Tak hanya menghidupi keluarga, hasil dari luka atau memar dari tubuhnya itu digunakan Hareruya untuk melunasi hutang.
Tak tanggung-tanggung, ia harus membayar utang sebesar Rp 26,7 miliar.
Padahal dirinya sudah tidak bekerja lagi, apalagi dengan usia senja seperti sekarang Hareruya kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Profesi sebagai Nagurareya menjadi satu-satunya pilihan Hareruya yang pernah menjadi petinju kick-boxing Jepang tersebut.
Setidaknya sejak dibuka 10 tahun lalu, Hareruya selalu berdiri setiap malam tiba di Lapangan Kota Kabukicho Shinjuku.
Hareruya pun menerima bayaran sekitar 1.000 yen atau Rp 133.000 setiap satu pukulan yang mendarat di tubuhnya.
Meski telah berlangsung cukup lama, keluarga tak tahu bahwa Hareruya memilih profesi yang cukup membahayakan tersebut.
Namun sejak dirinya masuk dalam sebuah acara TV nasional, akhirnya keluarga baru paham apa profesi yang tiap hari dilakoni Hareruya untuk mendapatkan uang.
"Saya selalu berdiri di sini setiap malam," kata Hareruya yang sudah pernah ditinju sedikitnya 8.000 orang hingga saat ini untuk urusan Nagurareya, dikutip dari Tribunnews.com.
Dari berbagai orang yang memukulinya, kadang-kadang, ada semacam pukulan mantan petinju profesional dijatuhkan langsung ke pelipis.
Tak jarang juga dia terkena hook badan dan dadanya patah, dan patah tulang rusuk serta luka memar di kaki seperti kena penyakit kronis.
Dahi pecah-pecah, hidung berdarah atau luka di mulut.
"Jika kamu melakukan itu, kamu akan terbunuh nanti," kata keluarganya.
Meskipun mendapat tentangan besar dari keluarganya dan orang-orang di sekitarnya, Akira terus berdiri di jalan.
"Saat ini perusahaan saya hampir tutup. Karyawan meninggalkan perusahaan dan berjalan sesuai keinginan mereka. Tetap saja, saya belum ke luar dari perusahaan, jadi saya masih presiden dalam daftar. Semua utang menjadi 150 juta yen ada pada saya secara pribadi," ujarnya.
Meski belum juga bisa melunasi utang-utang yang melilitnya tersebut, Hareruya ogah melarikan diri.
"Saya hidup dengan niat untuk melunasi utang saya, bahkan jika dengan menyerahkan hidup saya. Namun, meskipun saya sendiri dapat membuat keributan tentang "membuang hidup saya", apa yang terjadi pada istri dan ketiga anak saya yang tersisa jika saya dipukuli dan mati?"
"Istri saya, yang sangat menentang memulai Nagurareya ini, tentu saja tidak pernah menginjakkan kaki di lapangan tempat saya berbisnis. Namun, pada satu titik, istri saya dibawa ke kenalan saya, seolah-olah secara paksa menemui saya. Istri saya, yang cenderung memandangi saya dari bayang-bayang ombak manusia sepanjang malam, diam-diam memanggil saya setelah urusan itu."
Sampai saat ini Hareruya tetap berusaha keras untuk melunasi utangnya meskipun di usianya yang sudah mencapai 50 tahun. (*)