Trump Dikabarkan Menolak Keluar dari Gedung Putih, Analis Sebut 11 Pekan Terakhir Masa Jabatan sang Presiden Bakal Jadi Periode Paling Berbahaya dalam Sejarah AS

Senin, 09 November 2020 | 11:00
whitehouse.gov

Jika Trump Kalah Pilpres dan Tak Mau Turun dari Kekuasaan Kongres Amerika Serikat Akan Bertindak

Sosok.ID - Joe Biden resmi menjadi presiden terpilih dalam pemilihan presiden Amerika Serikat.

Joe Biden mengalahkan rivalnya, Donald Trump yang hingga kini masih menjabat sebagai presiden AS.

Sebelum pengumuman, Trump sempat mengklaim bahwa ia lah pemenang dalam Pilpres AS kali ini.

Bahkan, Trump bersikukuh mempertahankan klaimnya ini meski Biden telah mengalahkannya.

Baca Juga: Menolak Kenyataan? Trump Ngotot Pertahankan Klaim sebagai Pemenang Pilpres AS, Meski Faktanya Telah Dikalahkan Joe Biden

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Trump juga dikabarkan akan membentengi dirinya dan menolak keluar dari Gedung Putih jika Biden menang Pilpres AS.

Trump telah berencana untuk menggugat ke mahkamah agung.

Hal itu dilakukan karena Trump merasa telah dicurangi dalam pilpres kali ini.

Dia mengklaim tanpa bukti bahwa keunggulan yang didapatkannya telah direnggut.

Baca Juga: Sejengkalpun Tak Bakal Tinggalkan Singgasananya, Trump Dikabarkan Membentengi Diri dan Menolak Keluar dari Gedung Putih jika Biden Menang Pemilu AS

Alih-alih mengakui kekalahannya, Trump dikabarkan akan mempertahankan dirinya di Gedung Putih.

Masa jabatan Trump sebagai presiden AS sendiri tinggal 11 minggu lagi sebelum Biden resmi dilantik ada Januari 2021 mendatang.

Berberapa kekacauan telah diprediksi bakal terjadi di detik-detik terakhir masa kepemimpinan Trump.

Dilansir Sosok.ID dari Serambi Indonesia, beberapa analis bahkan mengatakan kekalahan Trump bisa menjadikan 11 pekan ke depan sebagai periode paling berbahaya dalam sejarah AS.

Baca Juga: Sudah Jatuh Ketiban Tangga, Harga Dirinya Bonyok Diinjak Usai Kalah dari Joe Biden, Kini Donald Trump Terima Nasib Diceraikan Melania?

"Jika Trump kehilangan kekuasaan, dia akan menghabiskan 90 hari terakhirnya menghancurkan Amerika Serikat," kata Malcolm Nance, seorang analis intelijen veteran dan penulis politik, seperti dilansir Sosok.ID dari The Independent via Serambi Indonesia.

Bukannya tanpa alasan, ketakutan Nance itu didasarkan pada catatan masa lalu Trump.

Salah satunya adalah kegagalan Trump mengendaikan wabah Covid-19 yang hingga kini telah memakan korban lebih dari 250.000 nyawa.

Selain itu, gagalnya Trump akan membuatnya kehilangan perlindungan Bill Barr, jaksa agung yang dituduh oleh para kritikus bertindak seperti pengacara pribadi presiden.

Baca Juga: Donald Trump Pernah 'Janji' Akan Minggat dari AS Jika Kalah dari Biden, Pindah ke Mana? Mari Kita Pantau

Dengan demikian, artinya Trump memiliki peluang yang lebih kecil untuk menghadapi konsekuensi hukum yang menantinya.

"Dia orang yang dikompromikan, aset yang rusak dari kekuatan asing, dan telah berada di bawah kendali, bayaran, atau kemungkinan hutang ke Vladimir Putin," kata Nance.

"Apapun yang menguntungkan dia secara pribadi, apapun yang menguntungkan yang dia yakini adalah mereknya, akan dia lakukan," katanya.

Selain Nance, mantan juara catur dunia dan ketua Yayasan Hak Asasi Manusia, Garry Kasparov juga mengemukan pendapat serupa.

Baca Juga: Klaim Rajai Hasil Pilpres AS, Trump Sampai Gelar Jumpa Pers, Lokasinya Malah Bikin Netizen Auto Ngakak: Jangan Berkhayal!

"Trump kemungkinan akan menghabiskan bulan-bulan terakhirnya dalam kesibukan berurusan sendiri, memberikan pengampunan dan mencoba mendiskreditkan lawannya dan sistem itu sendiri," kata Garry Kasparov dalam sebuah opini untuk CNN.

"Orang Amerika yang ingin melihat supremasi hukum dipulihkan dan diperkuat harus untuk memperjuangkannya di pengadilan dan jalanan jika perlu, dengan damai tetapi terus menerus.

"Karena ada sedikit keraguan bahwa Trump dan para pendukungnya tidak akan pergi dengan diam-diam," tambahnya.

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : Kompas.com, Serambinews.com

Baca Lainnya