Video Pria Angkut Mayat Ibunya Pakai Motor di Siang Bolong Gemparkan Jagad Maya, Disebut Gegara Pemakamannya Ditolak Warga, Terungkap Fakta yang Sesungguhnya

Jumat, 30 Oktober 2020 | 17:00
facebook via tribunsolo.com

Tempuh 10 Kilometer. Seorang Anak Bawa Jenazah Ibunya Hanya Pakai Bronjong, Ditolak RS? Ternyata Ini yang Terjadi!

Sosok.ID - Baru-baru ini beredar video seorang pria yang mengangkut jenazah ibunya menggunakan sepeda motor.

Rekaman yang mengerikan itu diambil di jalanan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah saat siang bolong.

Dalam video berdurasi 47 detik itu, terlihat jasad yang dibalut kain jarik diletakkan di atas beronjong.

Perekam terdengar menebak-nebak sosok tersebut.

Baca Juga: Geger Video Mayat Tergeletak di Tengah Jalan Saat Siang Bolong, Diduga Jatuh Tercecer dari Mobil Pikap yang Angkut Tumpukan Jenazah

Video itu pun langsung menjadi viral di media sosial.

Dilansir Sosok.ID dari Tribun Solo, insiden itu terjadi di Dukuh Selorejo, Desa Kedunglengkong, Kabupaten Boyolali.

Jenazah yang diangkut menggunakan sepeda motor itu adalah Ginem Suharti yang meninggal dunia di usia 80 tahun, pada Kamis (29/10/2020).

Ginem menghembuskan napas terakhirnya di rumah putranya, Sutejo yang terletak di Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

Baca Juga: Tetangga Tak Sudi Bantu Makamkan Orang Tuanya, Bocah 17 Tahun Terpaksa Angkut Jasad Ibunya Pakai Sepeda Butut, Tak Ada yang Peduli Meski Tertatih di Jalanan Sepanjang 5 Kilometer

Insiden ini telah dibenarkan oleh Kapolsek Banyudono AKP Marjoko, Kamis (29/10/2020).

"Iya benar," kata Marjoko, seperti dikutip Sosok.ID dari Tribun Solo.

Berdasarkan keterangan yang didapat polisi dari Perangkat Desa Jembungan, Suwardi, insiden bermula ketika Sutejo berniat memakamkan ibunya di pekarangan rumahnya.

Lalu, Sutejo merasa jengkel karena warga melarangnya memakamkan jenazah Ginem di pekarangan rumahnya.

Baca Juga: Warga Desa Tak Sudi Bantu Urusi Pemakaman Orang Tuanya, Pria Ini Terpaksa Angkut Jenazah Ayahnya Seorang Diri, Mayatnya Dimasukkan ke Dalam Karung Lalu Dibonceng Pakai Sepeda

Menurut Sutejo, warga beralasan bahwa ibunya bukan warga desa setempat.

Karena merasa jengkel, Sutejo kemudian mengangkut jenazah ibunya menggunakan sepeda motor.

Tujuannya untuk dimakamkan di pekarangan rumah keluarga yang terletak di Desa Kedung Lengkong, Simo, Boyolali tempat Ginem lahir.

Marjoko meluruskan bahwa warga desa tidak menolak rencana Sutejo yang hendak memakamkan ibunya di kediamannya.

Baca Juga: Nekat Angkut Paksa Jenazah Pasien Covid-19 Beserta Ranjang Rumah Sakitnya, Keluarga Malah Amuk Petugas Medis yang Ingin Bantu Proses Pemakaman, Ada yang Ngumpet ke Depot Pengisian Air Gegara Mobil Ambulans Jadi Sasaran Amukan

Bahkan, warga tidak mengetahui bila ibu Sutejo telah meninggal dunia.

Sebab, Sutejo selama ini dikenal sebagai orang yang tertutup.

Marjoko sendiri juga mengakui bahwa Sutejo sulit untuk diajak berkomunikasi.

"Tadi Perangkat Desa Jembungan meluruskan, tidak betul isu di media sosial kalau ada penolakan dari warga.

Baca Juga: Misteri Hilangnya Jenazah Perjaka yang Meninggal pada Malam Jumat, Baru Dikubur 4 Bulan Tiba-tiba Raib dari Pusara, Tali Kafan yang Tertinggal Masih Jadi Teka-teki

"Mereka bahkan tidak tahu kalau ibu Sutejo meninggal, karena Sutejo itu orangnya tertutup dengan tetangga," kata Marjoko, seperti dikutip Sosok.ID dari Tribun Solo.

Sementara itu, dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, setelah menempuh perjalanan 10 km, jenazah Ginem akhirnya dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Randu Alasa Sucen Wetan, Kedunglengkong, Simo, Boyolali sekitar pukul 13.00 WIB.

Menurut keterangan warga, Ginem meninggal dunia karena sudah berusia lanjut.

Berdasarkan keterangan warga yang ikut memandikan jenazah Ginem, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuhnya.

Baca Juga: Istri Meninggal Dunia di Kota Orang Tapi Tak Sanggup Bawa Pulang Jenazahnya, Kakek Ini Terpaksa Kayuh Sepeda Ontel dari Pati ke Semarang, Kisahnya yang Pilu Viral di Media Sosial

Sementara itu, menurut keterangan warga, Sutejo mengalami gangguan jiwa.

(*)

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : Kompas.com, TribunSolo.com

Baca Lainnya