Sosok.ID- Kapal China kerap tertangkap basah memasuki wilayah perairan Natuna Utara, dengan dalih melakukan patroli.
Indonesia selalu mengambil sikap tegas untuk mengusir kapal-kapal asing milik China.
Namun rupanya Natuna bukan satu-satunya wilayah yang kerap diganggu oleh China.
Sejak Juni 300 kapal penangkap ikan Tiongkok dengan banyak kapal seberat 1.000 ton meresahkan warga saat masuk ke wilayah perairan Galapagos.
Galapagos, adalah wilayah yang merupakan bagian dari kedaulatan negara Ekuador.
China dengansemena-mena memasuki wilayah lautan tersebut untuk menangkap ikan, sehingga membuat pemerintah setempat kesal.
Menurut South China Morning Post, pada 24 Oktober, 300 kapal penangkap ikan telah berada di wilayah tersebut.
Mereka menunggu di daerah sekitar Galapagos, dan siap menangkapikan ketika bermigrasi ke selatan perairan lepas pantai Peru dan Chili.
Menurut beberapa perkiraan, China memiliki armada penangkap ikan lepas sebanyak 17.000 kapal, terlibat dalam konflik penangkapan ikan di lepas pantai Afrika Barat, Argentina, hingga Jepang.
Berulang kali memasuki wilayah yang bukan kedaulatannya, armada Chinamembuat resah penduduk Peru serta Ekuador.
Padahal dua negara ini, sangat bergantung pada penangkapan ikan di wilayah tersebut.
"Ini adalah serangan terhadap sumber daya kami," kata Angel Yanez Vinueza, walikota negara bagian Santa Cruz (Ekuador).
Baca Juga: Buntut Coast Guard China Terobos Natuna Utara, Kemenlu Negeri Tirai Bambu Angkat Bicara
"Dengan sampah plastik mereka turun dari kapal Mereka 'memperkosa' Galapagos '," katanya.
Sejak musim panas lalu, jumlah kapal meningkat drastis. Pada akhir Agustus, Ekuador harus meminta Penjaga Pantai AS untuk membantu patroli angkatan lautnya di daerah tersebut.
Kapten Brian Anderson, komandan kapal Penjaga Pantai Bertholf (AS), mengatakan China telah memuat kapal tanker minyak, mengisi bahan bakar kapal lain.
Dia mencatat bahwa armada memiliki semua yang dibutuhkan untuk bertahan selama berbulan-bulan tanpa harus kembali ke pelabuhan asalnya.
Menurut dia, beberapa kapal Tiongkok tidak melaporkan lokasi tepatnya, namun karena tidak ada yurisdiksi di kawasan tersebut, US Coast Guard hanya bisa memantau kapal-kapal tersebut.
Sementara itu, China percaya bahwa mereka memiliki "toleransi nol" untuk penangkapan ikan ilegal.
Dalam pernyataan tertanggal 23 Juli, Kedutaan Besar China di Quito mengatakan Beijing menghormati tindakan Ekuador untuk melindungi lingkungan dan melestarikan sumber daya laut.
Tetapi menurut John Serafini, kepala eksekutif perusahaan analitik data komersial dan pertahanan yang berbasis di Virginia, mengatakan penelitian perusahaannya bergantung pada frekuensi radio dan citra satelit untuk diproses.
Pergerakan tersebut telah menunjukkan banyak sinyal mencurigakan yang datang dari dalam area tersebut musim panas ini.
Pada 2017, sebuah kapal nelayan Tiongkok yang diblokir di lepas pantai Galapagos ditemukan membawa 300 ton ikan, di mana puluhan ribu hiu ditangkap secara ilegal.
Wali Kota Vinueza mengatakan, kehadiran armada yang berkelanjutan merupakan serangan terhadap konservasi dan mata pencaharian penduduknya, terutama dalam menghadapi kehancuran ekonomi yang diderita oleh taman tersebut.
Kepulauan Galapagos di Ekuador terkenal dengan situs menyelam yang oleh penduduk setempat dikenal sebagai "arena ikan".
Di sini, di perairan Pasifik yang sejuk, ribuan ikan berwarna-warni berenang di sekitarnya, lobster menjulurkan janggut panjang mereka dari tebing, lumba-lumba serta berbagai macam jenis ikan ada.
Ilmuwan Charles Darwin mencatat kekayaan flora di dekat pulau-pulau ini pada awal 1800.
Artikel ini telah tayang di Intisari.ID dengan judul: Benar-Benar Tak Tahu Malu, Berulang Kali Diperingatkan Untuk Tidak Nyelonong Wilayah Ini, China Masih Saja Nekat Sampai Buat Negara Ini Pasrah, 'Kapal China Memperkosa Kami'
(Afif Khoirul M)