Sosok.ID - Pandemi virus corona tengah melanda dunia hampir 10 bulan terakhir.
Banyak negara kini mengalami dampak buruk dari virus yang bermula di Wuhan China tersebut.
Salah satunya dialami oleh negara tetangga Indonesia yang mengalami perubahan cukup drastis di berbagai sektor.
Bahkan baru-baru ini, sebuah perusahaan penerbangan yang sempat menjadi motor penggerak bisnis kedirgantaraan sebelum pandemi kini hampir gulung tikar.
Demi untuk tetap bisa bertahan, maskapai penerbangan ini pun kini harus banting setir.
Thai Airways, maskapai penerbangan yang berasal dari Thailand ini terancam bangkrut.
Bahkan pemegang kebijakan perusahaan akhirnya harus merubah strategi bisnisnya dari bisnis penerbangan ke bisnis kuliner.
Pegawai maskapai kini harus berjualan gorengan olahan sendiri demi untuk menutupi kerugian perusahaan.
Gorengan yang bernama patong-go, dipilih oleh perusahaan dirgantara di Thailand untuk bisa menyelamatkan perusahaan.
Melansir dari Kompas.com, Chansing Treenuchagron yang bertindak sebagai presiden maskapai mengatakan, gorengan itu sangat populer sampai orang-orang rela antre panjang membelinya tiap pagi.
Diberitakan Bangkok Post, Jumat (2/10/2020), setiap kotak seharga 50 baht (Rp 23.600) berisi tiga gorengan dan sebungkus saus celup yang terbuat dari ubi ungu dan telur custard.
Ada lima gerai makanan produksi Thai Airways itu di Bangkok, dan ke depannya mereka berencana membuat franchise.
Kelima gerai itu berlokasi di toko roti Puff & Pie di pasar Or Tor Kor, di kantor pusatnya di distrik Chatuchak, gedung Rak Khun Tao Fa, gedung Thai Catering di distrik Don Muang, serta kantor cabang Thai Airways di Silom.
Jajanan itu juga dijual di dua gerai provinsi Chiang Mai.
Thai Airways rutin menjualnya pada pagi hari, tetapi beberapa outlet tidak setiap hari buka.
Thai Airways bangkrut setelah bertahun-tahun mismanajemen keuangan dan diperparah oleh pandemi virus corona.
Maskapai ini dinyatakan bangkrut dengan total utang 332,2 miliar baht (Rp 157 triliun).
Pengadilan Kebangkrutan Sentral kemudian memberikan persetujuan untuk restrukturisasi utang.
Jajanan itu juga dijual di dua gerai provinsi Chiang Mai. Thai Airways rutin menjualnya pada pagi hari, tetapi beberapa outlet tidak setiap hari buka.
Thai Airways bangkrut setelah bertahun-tahun mismanajemen keuangan dan diperparah oleh pandemi virus corona.
Maskapai ini dinyatakan bangkrut dengan total utang 332,2 miliar baht (Rp 157 triliun).
Imbas dari pandemi covid-19 di Thailand tak hanya dirasakan oleh industri penerbangan saja, bahkan industri pariwisata tak luput dari imbasnya.
Salah satu pulau yang biasanya ramai dikunjungi oleh wisatawan dalam negeri maupun luar negeri kini sepi.
Bahkan pulau yang semula ramai itu kini lengang bak pulau hantu.
Bar-bar dan kolam renang di pulau tersebut kini kosong tanpa pengunjung.
Kursi-kursi yang biasanya dipenuhi oleh wisatawan pun juga ikut ditumpuk lantaran telah lama tak ada yang datang.
Setidaknya tahun lalu lebih dari 9 juta wisatawan mengunjungki Phuket, namun berbeda jauh dengan tahun ini.
Melansir AFP pada Jumat (9/10/2020), hampir semua dari 3.000 hotel di pulau Phuket saat ini ditutup dan kota utama Patong telah menjadi " kota hantu", kata taipan lokal Preechawut Keesin, yang memiliki 5 klub malam dan sekitar 600 kamar hotel.
Thailand sejauh ini relatif tidak terdampak parah akibat pandemi global virus corona, dengan sekitar 3.600 kasus yang dikonfirmasi terinfeksi dan hanya memiliki beberapa puluh jumlah kematian.
Namun, keputusan kerajaan untuk berkonsentrasi pada pemberantasan virus corona telah memberikan pukulan berat bagi ekonomi dalam negeri, yang diperkirakan akan menyusut 7-9 persen pada tahun ini dan membuat munculnya jutaan pengangguran.
(*)