Simalakama! Ingin Selamatkan Nyawa Warganya, Anies Baswedan Justru Jadi Biang Anjloknya Bursa Saham di Indonesia

Minggu, 13 September 2020 | 18:42
Dokumentasi Pemprov DKI Jakarta

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Sosok.ID - Kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk kembali menerapkan PSBB menuai kecaman dari berbagai kalangan.

Seperti diketahui, Anies Baswedan mengumumkan rencana pemberlakuan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada 14 September 2020.

Ini merupakan akibat dari melonjaknya kasus infeksi covid-19 di DKI Jakarta.

Beberapa pejabat pemerintahan dan elit politik serta pengusaha mengecam keputusan Anies Baswedan.

Baca Juga: Jakarta PSBB Total, Rocky Gerung: Angkat Anies Jadi Komandan Nasional!

Tiga menteri dari Kabinet Indonesia Maju menilai PSBB DKI Jakarta dapat berdampak negatif bagi ekonomi nasional.

Mereka yang mengemukakan pendapat tersebut yakni Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, serta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Melansir Kompas.com, selain ketiga menteri di atas, Ketua Badan Anggaran DPR RI Said Abdullah juga menyinggung pengaruh PSBB Jakarta terhadap perekonomian negara.

Said mengatakan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berguguran pada perdagangan Kamis (10/9/2020).

Baca Juga: Gubernur DKI Jakarta Terapkan PSBB Demi Nyawa Warganya, Wakil Ketum Gerindra: Anies Layak Dinonaktifkan!

Pernyataan Anies Baswedan mengenai pengetatan PSBB Jakarta telah berimbas pada kinerja IHSG yang tertekan hingga 5%.

Satu statement tersebut menyebabkan perdagangan saham dihentikan sementara pada sesi perdagangan I.

Hal ini disampaikan Said Abdullah saat rapat dengan pemerintah mengenai RAPBN 2021 di Jakarta, Jumat (11/9/2020).

"Kejadian kemarin sangat disesalkan, atas pernyataan yang begitu bombastis, dramatis oleh Gubernur DKI, Bapak Anies Baswedan sehingga timbulkan hal tidak perlu," ujarnya, dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Ada Bukti Covid-19 Buatan Manusia, Kata Ahli Virologi yang Sadar Nyawanya Bisa Melayang di Tangan Pemerintah China

Said mengemukakan, anjloknya harga saham berpotensi menghancurkan banyak korporasi.

“Kalau korporasi hancur maka ritel hancur,” tegasnya.

Menyadur sumber yang sama, Said menyebut volatilitas pasar saham menjadi tantangan berat bagi Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk kembali menstabilkan pasar keuangan dan mengembalikan kepercayaan para pelaku pasar.

“Ini lah tantangan berat OJK dan BI,” jata Said.

Baca Juga: Harus Diwaspadai, Jakarta Kehabisan Lahan Pemakaman Covid-19? Disebut Hanya Tinggal 1.100 Lubang, Begini Penjelasan Anies Baswedan!

Said pun meminta BI terus berkoordinasi dengan para pemangku kebijakan demi menjaga nilai tukar rupiah.

"Kami harap Gubernur BI menjaga stabilitas di sektor keuangan."

"Kita khawatir upaya yang dilakukan Gubernur BI sisa-sia bagi kita semua kalau tidak di antara kita koordinasi yang baik di semua lini,” ujar dia.

Sebelum Said Abdullah, Menko Ekonomi Airlangga Hartanto juga menyampaikan hal serupa mengenai rontoknya IHSG yang tertekan karena pernyataan Anies Baswedan.

Baca Juga: Corona di Jakarta Mengerikan, Anies Baswedan: Jumlah Testing Lebih Tinggi dari Batas Ideal WHO, Ini Mengkhawatirkan

Padahal sebelum statement Anies diluncurkan, menurutnya kinerja saham bergerak ke arah positif.

Namun pada Kamis (10/9/2020) pada pukul 10.36 WIB, IHSG turun tajam sebesar 5 persen pada level 4.892,87 atau turun 257,49 poin.

"Beberapa hal yang kita lihat sudah menampakkan hasil positif berdasarkan indeks sampai dengan kemarin," ujar Airlangga dalam video conference.

"Hari ini masih tidak pasti karena announcement Gubernur DKI tadi malam, sehingga indeks tadi pagi sudah di bawah 5.000," lanjutnya.

Baca Juga: Waspada! Mutasi Strain Covid-19 Sudah Ada di Indonesia Sejak April 2020, Sebaran di Kota-kota Ini Baru Terdeteksi karena Keterbatasan Data

Airlangga menilai, kinerja perekonomian negara tak cuma dipengaruhi kondisi fundamental, namun juga dipengaruhi kepercayaan masyarakat publik.

Ia menyebut penarikan rem darurat secara mendadak yang dilakukan Anies berpotensi besar menyebabkan dampak negatif di masyarakat.

"Kita harus melihat gas dan rem ini. Kalau digas atau rem mendadak itu tentu harus kita jaga confident publik."

"Karena ekonomi tidak hanya fundamental, tapi juga sentimen, terutama untuk sektor capital market," tandasnya. (*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya