Datangi Gedung DPR/MPR RI, Siswa Sekolah Ini Kritik Keras Kebijakan Belajar Online: Google Lebih Pintar Dari Pada Sekolah!

Rabu, 12 Agustus 2020 | 09:13
tangkapan layar Instagram @syamil_s_besayef

Datangi Gedung DPR/MPR RI, Siswa Sekolah Ini Kritik Keras Kebijakan Belajar Online: Google Lebih Pintar Dari Pada Sekolah!

Sosok.ID - Video seorang pelajar yang mengkritisi kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi viral di sosial media.

Pelajar berseragam SMA ini mengaku, kendala mengenai sistem sekolah daring kurang lebih sama di berbagai penjuru Indonesia.

Di antaranya seperti kendala gadget, kuota, sinyal, hingga kerap mati lampu.

Ia bercerita, temannya mengaku mendapat subsidi pulsa sebesar Rp 25 ribu, tetapi harga kuota internet beberapa daerah sangatlah mahal.

Selain itu, ia mengaku pembelajaran secara daring kurang efektif, lantaran tidak adanya sosok guru yang mengawasi anak didiknya ketika belajar.

Baca Juga: Detik-detik Gedung Putih Dikelilingi Penembak Jitu, Donald Trump Sampai Diungsikan Sesaat Setelah Briefing Oleh Paspampres!

"Kita kurang efektif tidak seperti di sekolah. Di sekolah kita dipantau langsung sama guru. Guru itu kan digugu dan ditiru."

"Dan ada wacana saya lihat di berita, saya gak tahu ini benar apa enggak, bahwa PJJ ini akan dilaksanakan dengan permanen.

Sedangkan kalau kita belajar cuma mau pintar, Google juga lebih pintar daripada sekolah," ujar sosok pelajar ini dalam videonya.

Saat dikonfirmasi, sosok pelajar bernama Syamil Shafa Besayef ini menuturkan, kritikan tersebut ia sampaikan kala menghadiri peringatan Hari Anak Nasional dan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI, pada Kamis (23/7/2020) lalu.

Baca Juga: Syukurlah Anji 'Tobat', Soal Obat Covid-19 Nyatakan Siap Kerja Sama dengan IDI: Sebagai Bentuk Pembalasan Kesalahan Saya

tangkapan layar Instagram @syamil_s_besayef
tangkapan layar Instagram @syamil_s_besayef

Syamil Shafa Besayef kala menghadiri peringatan Hari Anak Nasional dan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI, pada Kamis (23/7/2020) lalu.

Ia termasuk satu di antara 21 pelajar yang ikut menghadiri secara langsung, kegiatan yang disaksikan 500 orang peserta se-Indonesia melalui virtual Zoom ini.

Terkait kritikannya yang menjadi viral, Syamil memang mempermasalahkan wacana soal PJJ akan dipermanenkan.

Pasalnya, ia merasa tidak ada lagi interaksi dengan sekolah, bila PJJ menjadi permanen.

"Saya mempermasalahkan wacana PJJ akan dipermanenkan karena seperti orang banyak kutip, google lebih pintar dari sekolah."

"Tapi kalau dipermanenkan kita tidak ada interaksi dengan sekolah, kurang dapat karakternya," ujar pelajar kelas 12 di SMAN 7 Jakarta kepada Tribunnews, Senin (10/8/2020).

Baca Juga: Sering Kritik Kebijakan Pemerintah, Pasangan Politikus Fahri Hamzah dan Fadli Zon Justru Diberi Bintang Tanda Jasa Oleh Presiden Jokowi, Ternyata Ini Alasannya!

Sementara, fasilitas dan penunjang pendidikan di masa pandemi ini belum banyak tercukupi.

Tidak hanya di pelosok negeri saja, bahkan di Ibukota seperti Jakarta pun, masih ada kendala terkait belajar online ini.

Misalnya, adanya orang tua dari tiga anak yang sama-sama belajar online, tetapi hanya memiliki satu gadget.

Bahkan, Syamil juga menceritakan adanya driver ojek yang harus menunggu pukul 12.00 siang untuk bekerja, lantaran gadget miliknya dipakai sang anak untuk belajar online.

"Kalau hal seperti itu masih terjadi, masa mau dipermanenin?"

Baca Juga: Digosipkan Jalinan Asmara Dengan Wijin Kandas, Gisel Ungkap Sering Emosi Gegara Sosmed Mantan Atlet Basket Penuh Kontak Wanita: Kayak Asrama Putri, Kesel Gua

"Buat apa kalau fasilitas kita ngga mendukung? Padahal pendidikan offline pun di Indonesia masih belum merata," terangnya.

Saran Syamil bagi Pemerintah

Oleh sebab itu, Syamil memberikan beberapa saran berdasarkan pengalaman dari beberapa pelajar di penjuru Indonesia.

Ia berharap apabila pemerintah dalam hal ini Kemendikbud, bekerja sama dengan BUMN untuk memberi jam kuota gratis untuk para kalangan pendidikan.

"Saran saya Kemendikbud sama BUMN bergabung untuk memberikan jam kuota gratis bagi para kalangan pendidikan."

Baca Juga: Ibarat Tinggal Ijab Qobul Malah DiramalBisa Bubar Gegara Orang Ketiga, Atta Halilintar 'Tampar' Balik Ramalan Mbak You: Syirik, Aku Nggak Percaya!

"Umumnya PJJ berlaku dari pukul 06.00 sampai pukul 12.00, di zona merah yang tidak boleh masuk sama sekali diberikan fasilitas semacam itu."

"Jadi teman-teman tidak ada lagi yang mengeluh tidak ikut sekolah online karena tidak memiliki kuota," paparnya.

Namun, sayangnya, saran tersebut tidak bisa digunakan untuk para pelajar di pedalaman.

Sebab, bila difasilitasi kuota gratis pun tidak berpengaruh, lantaran sulitnya mencari sinyal.

Baca Juga: Sejengkal Lagi Baku Hantam, Campur Tangan AS di Laut China Selatan PicuPLA Mati-matian Jegal Militer Paman Sam, Serentetan Persiapan Konfrontasi Dikerahkan

Terakhir, Syamil mengingatkan kepada para pelajar untuk tetap semangat belajar dalam kondisi apapun.

"Saya rasa 75 tahun Indonesia merdeka, untuk generasi kita, generasi emas di 2045, kalau memang kita bersantai dengan PJJ, kita akan ketinggalan," tegasnya.

Baca Juga: Ikuti Jejak Nia Ramadhani, Nikita Willy Tampil Menawan Setelah Jadi Calon Mantu Keluarga Konglomerat Bakrie, Begini Penampilannya!

Hingga Senin (10/8/2020), video dirinya mengkritisi 'sekolah online' telah ditonton sebanyak lebih dari 40 ribu kali dan dikomentari ratusan ribu oleh warganet di Instagram.

Bahkan, videonya juga telah diunggah ulang oleh beberapa akun Instagram lain di jagat maya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Viral Kritikan Siswa SMA soal Pembelajaran Jarak Jauh: Terkendala Gadget, Kuota, hingga Sinyal"

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Tribunnews.com