Lagi-lagi China Dituding Tutupi Virus Corona, Ahli dari Hong Kong Sebut Pemerintah Wuhan Sengaja Hancurkan Bukti Fisik dan Lelet dalam Menangani Covid-19 di Awal Kemunculan Wabah

Selasa, 28 Juli 2020 | 18:00
South China Morning Post/Felix Wang

Profesor Yuen Kwok-yung , ahli dari Hong Kong yang tuding China sengaja tutupi skala awal wabah virus corona.

Sosok.ID - Seorang ahli pengendalian penyakit yang terkemuka di China mengkonfirmasi bahwa pejabat Wuhan sengaja menutupi skala awal wabah virus corona.

Dilansir Sosok.ID dari Daily Mail, ialah Profesor Yuen Kwok-yung, yang mengunjungi bekas episentrum virus corona pada Januari 2020 untuk membantu mendiagnosis kasus Covid-19.

Ia mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah setempat menghancurkan bukti fisik dan memberikan respons 'lambat' terhadap temuan klinis.

"Saya curiga mereka telah menutupi secara lokal di Wuhan," katanya.

Baca Juga: Tak Gunakan Masker, Warga Korea Utara Bakal Dihukum Kerja Paksa Selama 3 Bulan oleh Kim Jong Un

"Para pejabat setempat yang seharusnya segera menyampaikan informasi tidak mengizinkan hal itu dilakukan secepat yang seharusnya."

China telah menghadapi skeptisisme yang meluas tentang keaslian dan transparansi angka Covid-19 di negaranya.

Ini bukanlah pertama kalinya pakar dari Hong Kong itu mempertanyakan penanganan pemerintah terhadap virus corona.

Mikrobiolog berusia 63 tahun itu mengatakan pada bulan Juni 2020 bahwa jumlah kasus Covid-19 yang sebenarnya di Hubei bisa mencapai 2,2 juta, atau 32 kali lipat dari jumlah resmi yang dikonfirmasi pemerintah.

Baca Juga: Dipaksa Tutup Mulut, Ahli Virologi China Pertaruhkan Nyawa untuk Bongkar Kelakuan Pemerintah Tiongkok yang Diklaim Sengaja Tutupi Virus Corona

Dia dan timnya dari Universitas Hong Kong mengumumkan temuan tersebut setelah menganalisis dari orang-orang Hong Kong yang kembali dari provinsi tersebut, di mana Wuhan adalah ibu kotanya.

Tetapi studi mereka dikecam oleh outlet media pemerintah China yang mempertanyakan apakah Prof Yuen membantu Amerika Serikat melumuri Beijing atas pendemi tersebut.

Profesor Yuen sendiri terlibat dalam diagnosa awal dan investigasi penyakit mematikan tersebut di Wuhan.

Dia mengunjungi kota berpenduduk 11 juta jiwa itu dalam misi eksplorasi pada 17 Januari 2020 atas nama Komisi Kesehatan Nasional China.

Baca Juga: Virus Corona Diduga Sudah Ditemukan China Sejak 7 Tahun Lalu, Strain Mirip Covid-19 Pernah Renggut 2 Nyawa Pekerja di Tambang yang Dipenuhi Kelelawar

Dia menemani Dr Zhong Nanshan, pemimpin tim ahli virus corona Beijing serta George Gao, kepala CDC China, selama perjalanan, lapor outlet media China, Caixin.

Kelompok ahli inilah yang mengkonfirmasi penularan virus dari manusia ke manusia yang menyebabkan Wuhan melakukan lockdown.

Untuk penelitian mereka, Prof Yuen dan timnya mengumpulkan sampel dari dari 452 penduduk Hong Kong setelah mereka kembali dari berbagai kota di Hubei pada awal Maret 2020, menurut universitas mereka.

Penelitian mereka menemukan bahwa 17 dari mereka atau 3,8 persen membawa antibodi terhadap Covid-19.

Baca Juga: Tak Selevel dengan Negara Lain yang Berlomba-lomba Mencari Vaksin, Warga India Justru Ramai-ramai Sembah 'Dewi Corona' untuk Akhiri Pandemi Covid-19

Setelah menerapkan tingkat antibodi untuk seluruh populasi Hubei, yang mencapai 58,1 juta, tim menemukan ada sekitar 2,2 juta penduduk yang harusnya telah terinfeksi Covid-19 pada awal Maret 2020.

Prof Yuen dan timnya menerbitkan studi mereka awal bulan lalu di The Lancet Microbe, sebuah jurnal akses terbuka.

Angka infeksi resmi Hubei, bagaimanapun, secara signifikan lebih rendah.

Pemerintah provinsi mengatakan ada total 67.802 orang yang telah dites positif virus corona pada 31 Maret sementara angka infeksi terbaru adalah 68.135.

Baca Juga: Bongkar Fakta Soal Kondisi Wuhan Saat Diserang Wabah Virus Corona, Mantan Pengacara Ini Langsung Diciduk Aparat, Diamankan dengan Tuduhan yang Biasa Digunakan untuk Menangkap Pembangkang di China

Ini berarti temuan Prof Yuen adalah 32 kali lebih tinggi dari jumlah yang dilaporkan pemerintah Hubei baik dari bulan Maret atau hari ini.

Upaya ilmiah para peneliti itu dikritik oleh koran pemerintah China The Global Times.

Surat kabar itu mengangkat pertanyaan apakah Prof Yuen adalah 'bantuan asing paling kuat' untuk Amerika Serikat, menyarankan agar ia melakukan penelitian untuk membantu Washington.

Pemerintahan Trump menuduh Beijing menutupi skala sebenarnya dari wabah virus corona dan asal-usul patogen itu.

Baca Juga: Gagal Jadi Pahlawan Bagi Warganya, Wali Kota Ini Malah Buat Ribuan Penduduknya Masuk Rumah Sakit, Setelah Sembarangan Beri Suntikan Vaksin Hewan yang Dipercaya dapat Cegah Virus Corona

Tetapi tuduhan tersebut ditolak Beijing dengan tegas.

Laporan Global Times menantang motif penelitian Prof Yuen, mengutip posting Facebook yang ditulis oleh Stanley Ng Chau-pei, seorang politisi pro-Beijing di Hong Kong.

Ng menuduh Prof Yuen memeras pihak berwenang dengan 'mempolitisasi ilmu pengetahuan dan opini publik'.

Dia mengecam sang ilmuwan karena menggunakan 400 sampel aneh untuk menyimpulkan jumlah kasus seluruh Hubei, alih-alih menggunakan angka resmi dari pemerintah.

Baca Juga: Ilmuwan Bongkar Kecerobohan China yang Diduga Jadi Penyebab Virus Corona Menyebar Luas hingga ke Seluruh Penjuru Dunia

(*)

Tag

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber Daily Mail