Sosok.ID - Ketimpangan sosial ternyata masih terjadi di wilayah Indonesia, salah satunya daerah pegunungan di Papua ini.
Harga satu karung berukuran 10 kilogram beras di tempat tersebut dijual dengan harga Rp 2 juta.
Wilayah tersebut terdapat tambang emas tradisional di kawasan pegunungan pulau Cenderawasih, Papua.
Tepatnya di Korowai, di Maining, Distrik Kawinggon, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Meski kaya dengan kandungan emasnya tapi bahan pokok di sana memang masih mahal.
Bahkan tak hanya beras, kebutuhan pokok seperti mie instan juga punya harga yang selangit.
Di wilayah tersebut, mie instan dihargai Rp 1 juta, bahkan satu kardus mie bisa ditukar dengan emas murni seberat 2 gram yang harganya mencapai jutaan.
"Mi instan satu karton kalau ditukar dengan emas itu, dua gram, satu karton Rp 1 juta, satu bungkus Rp 25.000," kata salah satu pengelola Koperasi Kawe Senggaup Maining Hengki Yaluwo di Korowai, Rabu (1/7/2020).
"Mi instan satu karton kalau ditukar dengan emas itu, dua gram, satu karton Rp 1 juta, satu bungkus Rp 25.000," kata salah satu pengelola Koperasi Kawe Senggaup Maining Hengki Yaluwo di Korowai, Rabu (1/7/2020).
Selain itu bahan makanan siap saji lainnya juga mahal di wilayah tersebut.
Seperti satu ikan kaleng berukuran besar dijual dengan harga kisaran Rp 150.000.
Wilayah di atas pegunungan yang kaya akan tambang logam terutama emas ini memang tak pernah tersentuh pembangunan pemerintah.
Bahkan kawasan ini temasuk dalam wilayah yang terisolir dan tertinggal.
Daerah ini memang diapit lima kabupaten, yakni Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yakuhimo, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi.
Meski begitu, kawasan ini memang termasuk sulit untuk dijangkau hingga membuat wilayahnya belum pernah tersentuh pembangunan.
Untuk menjangkau wilayah tersebut, warga harus menggunakan helikopter dari Kabupaten Boven Digoel.
Kemudian harus melanjutkan perjalanan menggunakan long boat dari perhentian helikopter selama satu hari.
Dan masih harus dilanjutkan dengan berjalan kaki selama dua hari menyusuri kawasan hutan gunung menuju tambang Korowai tersebut.
Melansir dari Kompas.com, Ben Yarik salah satu pemilik dusun Kali Dairam Korowai di Maining 33 mengungkapkan suku Korowai adalah penghuni asli daerah tersebut.
"Bertahun-tahun pemerintah tidak pernah membangun Korowai, Tuhan yang memberikan hasil emas bagi kami, sehingga kami bisa menambang dan membantu kami," kata Ben.
Ia pun mengharapkan bahwa pemerintah bisa memperhatikan penduduk sekitar hingga bisa merasakan pemerataan seperti masyarakat di daerah lain.
"Kasihan ini, banyak masyarakat tidak lagi diperhatikan dan terus tertinggal. Selagi masih ada emas yang menjamin," ujarnya. (*)