Sosok.ID - Sugih Wibowo (37) seorang dokter yang menangani pasien positif Covid-19 tak menyangka akan menghadapi situasi sulit seperti saat ini.
Dirinya kini bertanggung jawab merawat 190 pasien covid-19 hanya seorang diri.
Dokter yang berdinas di Makassar tersebut kini harus menangani hampir 200 orang yang sedang berjuang melawan virus corona dan di rawat di Hotel Harper, Makassar.
Sugih harus merelaka hari-harinya kini jauh dari istri dan anaknya selama mengemban tanggung jawab ini.
Bahkan anak yang baru berusia tiga bulan harus ditinggalkannya demi merawat ratusan pasien covid-19 di Makassar.
Sebagai seorang kepala keluarga, ia merasa sangat rindu dengan anak dan istrinya, apalagi kini ia harus siap siaga 24 jam dalam sehari.
Hal itu membuatnya tak menyempatkan diri untuk menghubungi keluarganya meski lewat ponsel sekalipun.
Dalam benaknya ia tak pernah menyangka akan diberi tanggung jawab merawat ratusan pasien sendirian.
"Kalau terlalu rindu, saya pasti menangis. Saya juga kecewa, tidak berpikir diperlakukan seperti ini," kata dia, dikutip dari Kompas.com, Jumat (3/7/2020).
Awalnya memang dirinya sendiri yang mengajukan diri untuk bisa menjadi bagian menangani pasien covid-19 di tengah pandemi seperti ini.
Namun Sugih tak mengira bahwa dirinya bekerja sendirian di Hotel yang disulap sebagai tempat merawat pasien positif covid-19 tersebut.
Dengan kata lain perkiraan awal ia bekerja bersama beberapa dokter lain dalam satu tim, ternyata kenyataan tidak begitu.
Sugih harus bekerja sendiri di Hotel Harper menangani pasien covid-19 sebanyak 190 orang tersebut.
Baca Juga: Kabar Baik! Luhut Binsar Sampaikan Berita Positif Bagi Rakyat Indonesia di Tengah Pandemi Corona
Ia hanya dibantu oleh tiga orang perawat di hotel tersebut, maka dirinya dan rekan-rekannya itu harus memutar otak agar bisa bergantian menjaga setiap pasien.
"Di sini saya hanya sendirian dokter dan ditemani tiga orang perawat tangani 190 pasien. Kita bagi sif, digilir, dan tetap saling back up," kata Sugih, Kamis (2/7/2020).
Kelelahan Sugih dan kawan-kawannya merawat pasien di sana semakin bertambah sebab sudah tiga kali ia menerima surat perpanjangan tugas sebagai penanggung jawab tak ada tambahan dokter satupun di sana.
Menurutnya, apa yang ia dan kawan lakukan selama merawat pasien covid-19 di sana tak sebanding.
Sebab pasien yagn berjumlah 190 orang ini hanya dirawat oleh empat tenaga medis termasuk dirinya.
Hingga hal itu membuat dirinya dan kawan-kawan perawat lainnya tak memiliki cukup waktu istirahat lantaran harus 24 jam siap siaga.
"Ini jelas tidak sebanding. Jumlah pasien di sini dengan kami. Selama 24 jam full saya standby terus. Saya memang mengajukan diri, tapi tidak berpikir kalau sampai sendiri begini," kata Sugih.
Sebagai satu-satunya dokter, Sugih tak hanya bertanggung jawab memberi pelayanan medis, ia bercerita, lebih dari itu, kestabilan psikologis pasien harus tetap dijaga.
Selama bertugas merawat 190 pasien positif, Sugih mengaku harus menyelesaikan tekanan pasien.
Ada pasien yang stres ketika karantina. Kemudian ada yang hendak bunuh diri, Sugih juga mengatakan, ada pula pasiennya yang mengalami keguguran ketika diisolasi.
"Semua itu harus dan mau tidak mau saya langsung tangani," tutur dia.
Dari pertama datang untuk menjadi tenaga medis di Hotel Harper hingga saat ini Sugih juga belum mendapatkan insentif sepeserpun seperti apa yang telah disampaikan oleh pemerintah.
Padahal sang istri dan anak harus tetap memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah.
"Semua rasa kecewa bercampur di situ. Saya harap ke depannya pemerintah tidak lagi memperpanjang masa tugas sebagai penanggung jawab," ucap Sugih. (*)