Kemungkinan Pecah Perang Dinilai Cukup Tinggi, Menteri AS Ungkap ASEAN Akan Jadi Medan Pertempuran China vs Amerika Serikat, Pejabat Asia Tenggara Marah Besar!

Jumat, 26 Juni 2020 | 11:35
ytimg.com (screenshoot)

Kemungkinan Pecah Perang Dinilai Cukup Tinggi, Menteri AS Ungkap ASEAN Akan Jadi Medan Pertempuran China vs Amerika Serikat, Pejabat Asia Tenggara Marah Besar!

Sosok.ID - Untuk pertama kalinya Amerika Serikat (AS) mengirimkan lebih dari 60 persen kekuatan kapal perangnya di wilayah Laut China Selatan.

Bahkan tiga kapal induk milik negara Paman Sam disiagakan tutup jalur masuk ke perairan tersebut.

Hal itu dinilai berbahaya oleh banyak pihak, sebab AS secara terang-terangan menantang China di depan muka mereka.

Menutip dari AFP, Presiden Institut Nasional Studi Laut China Selatan, Wu Schicun, mengungkap kemungkinan terburuk situasi ini.

Baca Juga: Seolah Bermain Api dengan China, Amerika Serikat Kerahkan 60 Persen Kekuatan Militer di Asia-Pasifik, 375 Ribu Tentara Disiagakan

Menurut pemimpin lembaga tink tank China tersebut bersar kemungkinan perang akan pecah di laut yang membentang dari China sampai ke Indonesia tersebut.

Pandangan tersebut dilihat dari banyaknya tentara AS yang mencapai 375.000 prajurit telah bersiaga dan tidak menutup kemungkinan tembakan yang tak disengaja memicu pecah perang.

"Jika krisis meletus, dampak pada hubungan bilateral akan menjadi bencana besar," ucapnya.

Dan yang terbaru adalah medan pertempuran kedua cermin kekuatan militer dunia itu akan terjadi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).

Baca Juga: Kim Jong Un Tiba-tiba Hentikan Aksi Militer yang Diancamkan Kim Yo Jong pada Korea Selatan, Pengamat Sebut sang Pimpinan Korea Utara Sedang Siapkan Rencana untuk sang Adik

Dua pejabat dari kedua negara bahkan secara terang-terangan memperebutkan perhatian negara-negara di ASEAN termasuk Indonesia.

Silang pendapat ini muncul di saat persaingan strategis antara Amerika Serikat dan China di kawasan ini kian meningkat.

Dilansir dari South China Morning Post, Duta Besar China untuk Singapura Hong Xiaoyong menyampaikan serangan terbaru dengan menuduh Menteri Pertahanan AS Mark Esper telah memicu ketegangan dengan menyebut China sebagai ancaman.

Dia membuat pernyataan di The Straits Times sebagai tanggapan atas opini yang ditulis oleh Esper di koran Singapura tersebut pada minggu lalu.

Baca Juga: Merasa Mukanya Diinjak, Korea Selatan Luncurkan Jet Tempur Untuk Kejar Pesawat China yang Tanpa Ijin Lintasi Wilayah Korsel

Dimana Esper telah menyerukan hubungan keamanan yang lebih dekat dengan sekutu regional di Asia Tenggara di tengah tantangan yang ditimbulkan oleh Covid-19 dan Partai Komunis China.

Menurut Hong, ini adalah upaya lain untuk menjual strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat setelah tawaran pendahulunya pada dialog di Shangri-La tahun lalu.

Dia merujuk pada KTT keamanan regional tahunan di Singapura, yang dibatalkan tahun ini karena pandemi Covid-19.

Ini merupakan babak terakhir dalam permainan saling menyalahkan yang kian panas antara Beijing dan Washington, ketika kedua negara berhadapan di berbagai bidang - mulai perdagangan dan teknologi, hingga ideologi dan asal-usul virus corona.

Baca Juga: Tak Jadi Pecah Perang, India dan China Telah Sepakat Lakukan Gencatan Senjata, Setelah Konflik Berdarah di Lembah Galwan Digadang-gadang Bakal Picu Perang Nuklir

Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran Perang Dingin yang baru.

Aksi saling tuding ini juga datang ketika para pemimpin 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, atau ASEAN, akan bertemu untuk pertemuan puncak tahunan mereka pada hari Jumat melalui tautan video, di mana sengketa Laut China Selatan dan pandemi Covid-19 menjadi dua agenda yang akan dibahas.

Baca Juga: Masih Jadi Idaman Untuk Berkarier Setelah Lulus Sekolah, Ternyata Ini Kisaran Gaji Prajurit TNI dari Tamtama Hingga Jenderal!

Indikasi wilayah Asia Tenggara akan dijadikan medan perang dan penghimpun kekuatan sangat kentara terlihat.

Hal itu harus disikapi dengan baik oleh negara-negara ASEAN termasuk Indonesia karena, Indonesia menjadi salah satu negara dengan kekuatan militer terbesar di kawasan tersebut. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : afp, The Straits Times, South China Morning Post

Baca Lainnya