Akhirnya! Pentolan KKB Paling Dicari Berhasil Dibekuk TNI-Polri, Pernah Tembaki Jenderal Tito Karnavian hingga Tewaskan Para Polisi Polsek Pirime

Selasa, 02 Juni 2020 | 18:35
Twitter @goliathtabuni

Ilustrasi - KKB Papua

Sosok.ID - Salah satu pentolan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua, berhasil diringkus aparat.

Ia merupakan Oniara Wonda, pentolan KKB paling dicari sejak tahun 2011 silam.

Melansir Kompas TV dan Kompas.com, Wonda ditangkap pada Minggu (31/5/2020) sekitar pukul 19.30 WIT.

Hal ini disampaikan oleh Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw, di mana penangkapan Wonda dilakukan aparat di Kampung Igimbut, Distrik Pagaleme, Kabupaten Puncak Jaya, Papua.

Baca Juga: Momen Anggota KKB Tanpa Paksaan Kembali ke NKRI, Nasib Mujur Langsung Dibantu Sembako dari Kapolres Puncak Jaya

"Pukul 19.30 WIT, tim tiba di Kampung Igimbut, kemudian melakukan penyergapan dan penangkapan terhadap anggota KKB Oniara Wonda yang saat itu berada di rumah Yotinus Telenggen alias Vandem Telenggen," ujar Paulus, Selasa (2/6/2020).

Oniara Wonda bukan sosok sembarangan di KKB Papua.

Sebagai salah satu pentolan, ia telah ikut andil dalam berbagai aksi melawan TNI-Polri.

Sepak terjang dan catatan kriminal Wonda yang paling diingat masyarakat yakni ketika ia melakukan penyerangan terhadap rombongan Kapolri.

Baca Juga: Seolah Dibalas Tuhan, 2 Pasukan KKB Joni Botak Reaktif Corona, OPM Sempat Tembak Mati Petugas Medis Covid-19

Saat itu, Jenderal Pol Tito Karnavian dan rombongan jadi korban penembakan di Distrik Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, pada 28 November 2012.

“Penembakan terhadap Mantan Kapolri Jendral (Purn) Tito Karnavian yang saat itu menjabat sebagai Kapolda Papua tanggal 28 November tahun 2012 saat akan menuju ke TKP Polsek Pirime," ungkapnya, dikutip dari Kompas TV.

Paulus Waterpauw mengatakan, penyerangan itu dilakukan ketika rombongan Tito dalam perjalanan menuju Polsek Pirime.

Baca Juga: Pasukan KKB Egianus Kogeya 'Ditelanjangi' Polda, Siaran Pers Desakan Pembebasan Papua Barat dengan Embel-Embel Jarahan Amunisi TNI-Polri Rupanya Cuma Bodong

(Theresia Felisiani/Tribunnews.com)
(Theresia Felisiani/Tribunnews.com)

Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw

Sebelumnya, KKB Papua termasuk Oniara Wonda telah lebih dulu menyerang Polsek Pirime.

Serangan tersebut juga menewaskan 3 anggota Polsek Pirime.

Tak berhenti di situ, Oniara Wonda juga terlibat dalam 8 aksi kriminal lainnya.

Dalam setiap aksinya, rombongan Wonda selalu menyasar pada aparat dan penjarahan amunisi.

Wonda terakhir melakukan serangan yakni pada 3 November 2018, dan diburu polisi sejak tahun 2011.

Baca Juga: Rekannya Tewas Ditempat, Malang Nasib Tenaga Medis Covid-19 yang Kritis Usai Ditembak KKB Papua di Wandai, Belum Dievakuasi Lantaran Berada di Lokasi Terpencil

"Penembakan terhadap aparat TNI/Polri (Satgas Ops Nemangkawi) saat akan dilakukan penegakan hukum di Markas Balingga, Kabupaten Lanny Jaya," kata Paulus.

Karena melakukan pemberontakan, proses penangkapan Wonda diwarnai dengan tembakan aparat untuk melumpuhkannya.

"Saat dilakukan penyergapan dan penangkapan, anggota KKB Oniara Wonda berusaha melarikan diri, Sehinga petugas terpaksa mengeluarkan tembakan kearah kaki untuk melumpuhkan,” ujar Paulus.

Adapun kini Oniara Wonda telah berada di RS Bhayangkara Jayapura dan mendapat pemeriksaan.

Baca Juga: Identitas Pelaku Sudah Diketahui, Polri Siapkan Serangan Balik Rebut Kembali Senapan yang Dirampas oleh KKB Papua

"Target berhasil diamankan dan selanjutnya dibawa ke Jayapura untuk mendapatkan perawatan di RS. Bhayangkara," ungkap Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw.

Menurut Paulus, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan sejumlah tokoh masyarakat untuk membekuk anggota KKB lainnya.

"Kami mengharapkan peran serta para tokoh untuk membantu aparat keamanan dalam melakukan penindakan terhadap kelompok kriminal bersenjata yang selama ini meresahkan masyarakat di Papua," kata dia.

Sementara itu, atas perbuatannya, Oniara Wonda dijerat pasal 340 KUHP, 338 KUHP, 365 KUHP, dan 351 Ayat (1) dan ayat (2) jo Pasal 55 KUHPidana. (*)

Tag

Editor : Rifka Amalia

Sumber Kompas.com, Kompas TV