Ebola, Infeksi Virus Paling Mematikan Kembali Muncul di Tengah Pandemi Covid-19, WHO: Ancaman Kesehatan Kita Bukan Hanya Corona

Selasa, 02 Juni 2020 | 14:45
Halodoc

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan adanya wabah baru dari virus ebola di tengah pandemi Covid-19

Sosok.ID - Di tengah gentingnya situasi dunia karena virus corona yang belum mereda, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan adanya wabah baru dari virus ebola.

Wabah Ebola ini muncul di Pemerintah Republik Demokratik Kongo.

Melansir situs resmi WHO, rilis pada Senin (1/6/2020) mengumumkan bahwa wabah baru penyakit virus Ebola terjadi di zona kesehatan Wangata, Mbandaka, di provinsi Equateur.

Pengumuman ini datang sebagai wabah Ebola yang panjang, sulit dan kompleks di Republik Demokratik Kongo timur dalam fase terakhir.

Baca Juga: Hubungan China dan AS Semakin Memanas! Tuding Tiongkok Punya Kendali Penuh atas WHO, Trump Putuskan Hubungan dengan Organisasi Kesehatan Dunia

Kabar tak menyenangkannya, Kongo sendiri saat ini juga berjuang memerangi COVID-19 dan wabah campak terbesar di dunia.

Kementrian Kesehatan menginformasikan adanya enam kasus Ebola sejauh ini, yang telah terdeteksi di Wangata.

Sementara empat dari kasus tersebut telah dinyatakan meninggal dunia, dan dua lainnya masih dalam perawatan.

Tiga dari enam kasus ini telah dikonfirmasi dengan uji laboratorium.

Baca Juga: Ramal Corona Bakal Lenyap dalam Hitungan Hari, Pernyataan Paranormal Muda Ini Jadi Sorotan

Kemungkinan, ada lebih banyak orang yang akan diidentifikasi dengan penyakit ini karena kegiatan pengawasan telah ditingkatkan.

"Ini adalah pengingat bahwa COVID-19 bukan satu-satunya ancaman kesehatan yang dihadapi orang," kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO.

“Meskipun banyak perhatian kita tertuju pada pandemi, WHO terus memantau dan menanggapi banyak keadaan darurat kesehatan lainnya," ungkapnya, dikutip Sosok.ID, Selasa (2/6).

Ini adalah wabah Ebola ke-11 di Kongo sejak virus pertama kali ditemukan di negara itu pada tahun 1976.

Baca Juga: Sempat Ngamuk hingga Cabut Pendanaan untuk WHO, Trump Siap Kembali Kucurkan Dana, Ogah Kalah Saing dari China?

Kota Mbandaka dan daerah sekitarnya sebelumnya telah menjadi tempat wabah Ebola ke-9 di Kongo yang terjadi pada Mei hingga Juli 2018.

"Itu terjadi pada saat yang penuh tantangan, tetapi WHO telah bekerja selama dua tahun terakhir dengan otoritas kesehatan, CDC Afrika dan mitra lainnya untuk memperkuat kapasitas nasional untuk menanggapi wabah," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.

Tangkap Layar situs WHO

Kota Mbandaka dan daerah sekitarnya sebelumnya telah menjadi tempat wabah Ebola ke-9 di Kongo yang terjadi pada Mei hingga Juli 2018.

“Untuk memperkuat kepemimpinan lokal, WHO berencana mengirim tim untuk mendukung peningkatan respons. Mengingat kedekatan wabah baru ini dengan rute transportasi yang sibuk dan negara-negara tetangga yang rentan, kita harus bertindak cepat,” ungkapnya.

Baca Juga: Covid-19 Tak Bakal Hilang Sekalipun Vaksin Ditemukan, WHO: Kita Akan Terus Berhadapan dengan Virus Corona

Dikutip dari Halodoc, Ebola dikatakan menjadi salah satu penyakit akibat infeksi virus yang paling mematikan.

Setidaknya, ada 5 jenis virus Ebola, dan 4 di antaranya disinyalir mampu menginfeksi tubuh manusia.

Data menunjukkan sebanyak 90 persen pengidap Ebola di seluruh dunia tidak mampu bertahan hidup.

Oleh karenanya, Ebola harus lekas ditangani agar tidak kian merebak di dunia.

Baca Juga: Menari di Atas Penderitaan Orang, ISIS Yakini Virus Corona adalah Azab dari Tuhan, Merasa Senang karena Covid-19 Buat Musuhya Kelimpungan

WHO sendiri saat ini sudah berada di Mbandaka untuk mendukung respons terhadap penyakit akibat Ebola ini, sebagai bagian dari kapasitas yang dibangun selama wabah di tahun 2018.

Tim mendukung pengumpulan dan pengujian sampel, dan rujukan ke laboratorium nasional untuk konfirmasi.

Pelacakan kontak terhadap warga juga sedang dilakukan.

Pekerjaan sedang berlangsung untuk mengirim pasokan tambahan dari Kivu Utara dan dari Kinshasa untuk mendukung respons yang dipimpin pemerintah.

Baca Juga: Direktur WHO Sampaikan Pesan Tak Mengenakkan Mengenai Situasi Dunia Menghadapi Corona

25 pasukan tambahan juga dikerahkan di Mbandaka untuk membantu proses pelacakan.

WHO juga berperan untuk memastikan kelengkapan layanan kesehatan kepada masyarakat terlepas dari kejadian darurat ini.

Adapun outbreak Ebola ke-10 di Republik Demokratik Kongo, terjadi di provinsi Kivu Utara, Kivu Selatan, dan Ituri.

Pada 14 Mei 2020, Departemen Kesehatan memulai penghitungan 42 hari untuk deklarasi akhir dari wabah tersebut.

Baca Juga: Humas BPJS Kesehatan Mengenai Kenaikan Iuran : Ini Merupakan Salah Satu Wujud Gotong Royong

Wabah baru Ebola diperkirakan terjadi di Republik Demokratik Kongo, mengingat keberadaan virus di reservoir hewan di banyak bagian negara itu.

Kongo, saat ini tengah berjuang mengatasi berbagai masalah kesehatan.

Per 31 Mei 2020, terdapat 3195 kasus Covid-19 telah dilaporkan, termasuk 72 kematian.

Sementara sejak 2019, terdapat 369 520 kasus campak dan 6779 kematian telah dilaporkan.

Baca Juga: Seolah Dibalas Tuhan, 2 Pasukan KKB Joni Botak Reaktif Corona, OPM Sempat Tembak Mati Petugas Medis Covid-19

Selain kedua wabah itu, Kongo menghadapi wabah baru dari virus Ebola.

Wabah ke-11 sedang berlangsung di Mbandaka, provinsi Equateur.

Kemunculannya diumumkan pada 1 Juni 2020. Sejauh ini terdapat 6 kasus (3 dikonfirmasi, 3 suspect).

Dari ke enam pasien, 4 orang meninggal dunia dan 2 orang dalam perawatan.

Baca Juga: Catat! 102 Zona Hijau di Indonesia Ini Boleh Berkegiatan Secara Aman di Tengah Wabah Corona

Wabah ke-10: virus Ebola di Kongo, terjadi di Provinsi Kivu Utara, Kivu Selatan, dan Ituri.

Wabah itu masih berlangsung hingga saat ini sejak dinyatakan pada 1 Agustus 2018.

Terdapat 3463 kasus (3317 dikonfirmasi dan 146 suspect).

Dari jumlah tersebut, 2.280 orang meninggal dan 1.171 selamat.

Baca Juga: Kabar Gembira, Akhir Tahun Ini Vaksin Covid-19 Siap Dipasarkan, Ini Penjelasannya!

Wabah ke-9 virus Ebola di Kongo terjadi pula di Mbandaka, provinsi Equateur.

Dinyatakan pada 8 Mei 2018 dan berakhir pada 24 Juli 2018.

Terdapat 54 kasus (38 dikonfirmasi dan 16 suspect). Dari mereka, 33 meninggal dan 21 selamat. (*)

Tag

Editor : Rifka Amalia

Sumber who.int, Halodoc.com