Sosok.ID - Indonesia dan dunia kini tengah berupaya melawan virus corona yang telah merebak di berbagai negara.
Bahkan di Indonesia sendiri, setiap harinya dari awal diumumkan adanya wabah virus corona kian hari kian bertambah pasien yang dinyatakan positif covid-19.
Pemerintah pusat pun telah mengambil langkah untuk melawan virus yang berasal dari Wuhan, China tersebut.
Salah satunya kebijakan pembatasan sosial yang disebut sebagai Pembatasan Sosisal Berskala Besar (PSBB).
Langkah ini dinilai lebih efektif ketimbang melakukan lockdown seperti apa yang terjadi di China beberapa waktu lalu.
Beberapa wilayah pun telah di setujui oleh dinas terkait dan pemerintah pusat dan telah menjalankan PSBB ini.
Salah satunya DKI Jakarta yang menjadi epicentrum penyebaran virus corona terbanyak di Indonesia.
Virus ini memang bukan berasal dari Indonesia, bahkan pasien pertama yang dikabarkan terinfeksi lantaran berinteraksi dengan warga asing yang datang ke Indonesia.
Bila memandang interaksi dengan warga asing maka selain Jakarta kita akan tertuju pada Bali.
Sebab Bali adalah salah satu destinasi tujuan bagi banyak wisatawan mancanegara pertahunnya.
Namun ternyata kasus virus corona di Bali justru jauh di bawah Jakarta bahkan untuk angka kematian di bawah rata-rata nasional dan dunia.
Ternyata pemerintah Provinsi Bali memiliki strategi tersendiri untuk dapat mencapai prestasi dalam melawan covid-19 di wilayahnya.
Strategi tersebut dianggap cukup efektif jika melihat perbandingannya dengan daerah lain.
Melansir dari Kompas.com, Gubernur Bali Wayan Koster, mengatakan ada tiga indikator yang dapat digunakan sebagai bahan penilai strategi pemprov Bali lebih efektif ketimbang PSBB.
yang pertama, rata-rata kasus positif corona di Bali per 4 Mei 2020 hanya 7 orang per hari.
Jumlah itu lebih rendah dari pada DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah yang berada di empat peringkat teratas saat ini.
Kedua, tingkat kesembuhan pasien mencapai sekitar 58.67 persen, angka ini jauh di atas rata-rata nasional.
Di tingkat nasional angka kesembuhan hanya mencapai 16.86 persen dan di dunia hanya mencapai 32.10 persen.
Dan yang ketiga, jumlah pasien yang meninggal positif corona di Bali hanya 1.48 persen atau jauh di bawah angka nasional yang mencapai 7.46 persen dan dunia yang mencapai 7.04 persen.
Kunci utama yang dijadikan strategi oleh pemerintah Bali adalah pemeriksaan cepat pada orang-orang yang sempat bersinggungan dengan pasien.
Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Bali, Ni Nyoman Sri Budayanti mengatakan, kesuksesan Bali dalam memerangi virus corona adalah pemeriksaan atau tes sampel secara cepat.
Oleh hal itu, menurut Sri Budayanti, lab di Bali sangat penting fungsinya di tengah pandemi seperti ini.
Sebab fungsi lab di sana bukan hanya untuk menentukan virus ini ada di mana agar bisa segera diobati tetapi juga untuk melakukan penelusuran kontak.
Hal itu membuat potensi penularan kepada warga lainnya bisa dicegah dan fokus penyembuhan bagi yang terinfeksi jadi lebih efisien.
"Perang kalau tak tahu musuhnya kapan kita menangnya? Jadi konsep lab untuk menentukan virus itu ada di situ agar cepat diobati dan cepat tracing," kata Budayanti, Sabtu (9/5/2020) sore yang dikutip dariKompas.com.
Untuk memaksimalkan fungsi laboratoriumnya tersebut, pihaknya mengaku juga melibatkan sejumlah pihak.
Seperti tenaga dari berbagai rumah sakit dan universitas untuk melakukan tes sampel.
Adapun yang menjadi prioritas dilakukan pemeriksaan tersebut adalah pasien dalam pengawasan (PDP), tenaga medis, orang dalam pemantauan (ODP), dan orang tanpa gejala (OTG).(*)