Sangat Membantu Pasien Corona Sembuh, Ini Kegunaan Ventilator untuk Atasi Covid-19 yang Diminta Jokowi ke AS

Sabtu, 25 April 2020 | 14:00
CDC Public Health Image Library

Sangat Membantu Pasien Corona Sembuh, Ini Kegunaan Ventilator untuk Atasi Covid-19 yang Diminta Jokowi ke AS

Sosok.ID - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bercuit di akun Twitternya jika AS bakal mengirim Ventilator ke Indonesia untuk membantun penanganan corona.

Dalam cuitannya, Trump mengatakan Presiden Jokowi memintanya agar mengirimkan ventilator ke Indonesia, Jumat (25/4/2020).

"Baru saja berbicara dengan sahabat, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Ia meminta ventilator yang tentu saja akan kami (AS) berikan. Kerjasama hebat antar kami," cuit Trump.

Lantas apa kegunaan ventilator untuk penanganan pasien corona?

Ventilator atau alat bantu pernapasan kini menjadi yang paling sangat dibutuhkan pasien Covid-19 dengan infeksi virus corona yang parah.

Infeksi virus mematikan yang menyerang paru-paru dapat menyebabkan pasien kesulitan bernapas.

Baca Juga: Dikawal Ketat oleh Pasukan Khusus Layaknya Seorang Presiden, Begini Cara Yakuza Menyambut Bosnya yang Baru Saja Keluar dari Penjara

Jika tubuh kekurangan oksigen, maka hanya dalam beberapa menit saja, kondisi ini dapat mengancam nyawa.

Ventilator mekanik, yakni mesin yang membantu pasien bernapas, sejak pandemi virus corona menjadi alat yang sangat berharga dan dibutuhkan pasien dengan Covid-19 yang parah.

Semakin banyaknya jumlah pasien yang terinfeksi, bahkan di seluruh dunia, rumah sakit mulai kewalahan dalam menyediakan alat bantu pernapasan ini.

Demikian juga di Indonesia, sejumlah mekanik dan perusahaan otomotif tengah sibuk membuat ventilator sederhana yang dapat memenuhi kebutuhan alat bantu pernapasan para tenaga medis dalam merawat pasien Covid-19.

Mesin pernapasan paling awal adalah Drinker respiratory yang ditemukan ilmuwan Amerika pada tahun 1928.

Baca Juga: Setelah AS Kini Rusia Serang Pemerintah China dan Sebut Virus Corona Sengaja Dibuat Oleh Manusia

Seorang insinyur dan ahli kesehatan industri asal Amerika, Philip Drinker menemukan alat bantu pernapasan tersebut yang lebih dikenal sebagai iron lungs atau paru-paru besi.

Melansir The Lancet, Kamis (23/4/2020), alat ini ditemukan di tengah epidemi polio tahun 1930-an dan 1940-an.

Di masa itu, wabah polio sangat parah dan mampu menyulap bangsal rumah sakit dipenuhi deretan anak-anak yang terbungkus alat pernapasan ini.

Saat menempuh studi di Harvard University, Drinker mulai bekerja di sebuah perusahaan industri.

Penemuan alat bantu pernapasan ditemukannya saat sebuah ide muncul ketika mengamati rekannya yang menggunakan sebuah alat respirasi pada seekor kucing.

Berbagai percobaan alat respirasi pada hewan yang dilakukan bersama Louis Shaw, rekannya.

Akhirnya, Drinker menyimpulkan metode ventilasi buatan ini juga dapat diterapkan pada manusia.

Pada saat itu, sebuah perusahaan gas di New York mendanai penelitian ventilasi buatan tersebut untuk membantu orang-orang yang mengalami sesak napas karena gas alam.

Penemuannya terus berkembang, hingga sebuah rumah sakit di Boston memanggil Drinker untuk merancang ruang khusus untuk bayi prematur.

Baca Juga: Tanya Soal Bantuan Sosial Selama PSBB, Oknum Ketua RT Justru Aniaya Warga Hingga Babak Belur, Begini Kronologinya!

Namun, saat berada di rumah sakit itu, Drinker melihat anak-anak sekarat, akibat polio.

Wabah ini membuat anak-anak bernapas dengan terengah-engah.

Saat itu, Drinker menyadari aplikasi respirator buatannya sangat dibutuhkan anak-anak dengan polio.

Drinker menguji prototipe respirator pada dirinya dan rekan-rekannya.

Pasien pertama yang menggunakan respirator adalah seorang gadis berusia 8 tahun dengan polio.

CDC Public Health Image Library
CDC Public Health Image Library

Ventilator untuk pasien Polio

Drinker sekali lagi dipanggil ke Rumah Sakit Anak-anak di Boston, tempat gadis itu mengalami gangguan pernapasan.

Pada tahun 1929, Drinker dan Shaw menerbitkan sebuah artikel yang menggambarkan respirator mereka sebagai "alat yang agak rumit".

Respirator Drinker, seperti yang diketahui, terdiri dari tangki logam silindris dengan penutup dan kerah karet yang dipasang di salah satu ujungnya, sehingga kepala dan leher pasien akan menonjol.

Baca Juga: Walau Dikenal Jahat, Tapi Siapa Sangka Korea Utara Pernah Gempur Israel untuk Mendukung Kemerdekaan Palestina

Tekanan udara di dalam tangki dikontrol melalui mekanisme katup yang terhubung ke dua pompa udara.

Meskipun sebelumnya telah ada upaya ventilasi buatan dengan perangkat tekanan negatif, desain Drinker mengambil keuntungan dari ketersediaan sumber daya yang terus menerus dalam bentuk listrik.

"Ini adalah momen penting yang sangat awal dalam teknologi medis modern.

Pada dasarnya, Anda memiliki mesin, itu bernafas untuk Anda", komentar Profesor Howard Markel dari Pusat Sejarah Kedokteran, University of Michigan.

Alat bantu pernapasan medis

Ventilator menggantikan respirator selama tahun 1950-an.

Mereka menggunakan tekanan positif, yang berarti mereka memompa udara ke paru-paru melalui masker wajah atau tabung di tenggorokan.

Seperti dilansir dari Science Museum, ventilator juga dikembangkan selama Perang Dunia Kedua.

Alat bantu pernapasan ini digunakan untuk memasok oksigen ke pilot pesawat tempur yang terbang di ketinggian.

Ventilator menjadi alat penting dalam pembedahan, serta perawatan medis intensif. Pada tahun 1949, insinyur Amerika, John Haven Emerson mengembangkan ventilator anestesi.

Alat ini dibuat untuk mengatur pernapasan pasien dan membuat operasi menjadi lebih mudah dilakukan.

Teknologi ventilator terus berkembang semakin canggih untuk membantu pasien dengan gangguan pernapasan akut maupun untuk perawatan medis lainnya.

Kini, ventilator atau alat bantu pernapasan menjadi alat yang sangat dibutuhkan bagi pasien Covid-19 yang mengalami kegagalan organ pernapasan akibat infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penemuan yang Mengubah Dunia: Sebelum Corona, Ventilator Selamatkan Pasien Polio"

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya