Sosok.ID - Virus corona menjadi momok penyakit yang sedang jadi pembicaraan dunia internasional.
Hal tersebut lantaran virus yang dikabarkan mematikan itu telah cepat menyebar luas sampai ke negara lain.
Sampai hari Selasa (28/1/2020) pemerintah China mengklaim ada 106 korban jiwa akibat penyakit yang muncul bulan Desember tersebut.
Sedang yang terinfeksi oleh virus yang gejalanya mirip infuenza maupun flu biasa ini telah menjangkit lebih 4.193 atau meningkat 45%.
Sebelumya dikabarkan ada 2.887 korban yang positif terinfeksi virus corona.
Angka tersebut diketahui ternyata lebih sedikit dari ukuran populasi warga Wuhan.
Sejak menjadi wabah penyakit, banya isu yang beredar bahwa virus corona ini menyebar dari sebuah pasar tradisional di Wuhan, China.
Tetapi tidak sedikit isu yang mengatakan bahwa virus ini disebabkan oleh kebocoran Laboratorium di Wuhan.
Dilansir dari World of Buzz, pasar seafood Huanan di Wuhan, Cina sendiri memang banyak dibicarakan warganet karena makanan ekstrem yang didug menyebarkan virus.
Hal berbeda diungakap oleh seorang ilmuawan terhadap laboratorium penyakit patogen ganas di Wuhan.
Nature, sebuah website yang dimiliki oleh perusahaan penerbitan akademik Springer Nature, pernah menulis tentang laboratorium baru yang dibangun di Wuhan pada tahun 2017 yang lalu.
Di sebuah artikel menyebutkan bahwa laboratorium di Wuhan adalah bagian dari rencana untuk membangun lima hingga tujuh fasilitas biosafety.
Bahkan diketahui fasilitas biosafety ini memiliki level-4 (BSL-4), yang memang dianggap sebagai fasilitas biosafety tinggi.
Laboratorium biosafety level-4 adalah laboratorium biosafety level tertinggi.
Melansir dari MedicineNet, Laboratiorium tersebut memang digunakan untuk diagnosis virus berbahaya seperti Ebola dan patogen berbahaya lainnya.
Ada banyak syarat untuk sebuah laboratorium sebagai fasilitas BSL-4.
Seperti diharuskan untuk memenuhi kriteria penyaringan udara, pengolahan air, dan limbah sebelum meninggalkan laboratorium penyakit ganas itu.
Para peneliti di fasilitas tersebut juga diharuskan untuk berganti pakaian dan mandi sebelum dan sesudah menggunakan fasilitas lab, menurut Nature.
Singkatnya, laboratorium BSL-4 memenuhi syarat untuk menangani patogen yang paling berbahaya.
Hal tersebut membuat para ahli mikrobiologi di China merayakan tonggak sejarah mereka yang luar biasa.
Tetapi tak sedikit pula yang menjadi was-was akan ada bahaya yang mengancam di kemudian hari.
Laboratorium BSL-4 di Wuhan tersebut dilaporkan akan menguji Ebola, SARS, serta virus Lassa Afrika Barat.
Dr Richard Ebright, seorang ahli biologi molekuler Amerika, mengemukakan keprihatinannya ketika virus SARS lolos dari fasilitas tingkat tinggi di Beijing itu.
Bahkan diketahui SARS beberapa kali lolos dan menyebar di China.
Salah satu alasan mengapa laboratorium khusus ini beredar isu nya di internet adalah karena hanya berjarak 32 KM dari pasar Huanan.
Meskipun komunitas ilmiah saat ini percaya bahwa virus corona "bermutasi melalui dan melompat ke orang melalui kontak hewan-manusia" di pasar Wuhan, Dr Richard Ebright berpendapat sebaliknya.
"Pada titik ini, tidak ada alasan untuk menyembunyikan kecurigaan tersebut."
Informasi ini pasti membuat orang di luar China berpikir keras, tetapi tidak ada tuduhan atau konfirmasi yang dapat dibuat kepada pemerintah China dan Lab-nya.
Karena Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China hingga kini sedang berupaya mengembangkan vaksin.
Meski demikian, apa yang diberitakan mengenai laboratorium patogen di Wuhan itu masih belum bisa diverifikasi kebenarannya.
Sehingga hal tersebut masih sebatas isu atau spekulasi saja. (*)