Sosok.ID - Menjadi pemimpin Indonesia dengan periode paling lama adalah suatu pencapaian yang mungkin mustahil dilampaui oleh orang lain.
Hal tersebut adalah salah satu prestasi dari banyak prestasi yang pernah ditorehkan oleh sosok yang satu ini.
Tak ada yang menyangka, sosok yang pernah punya kuasa begitu besar pernah mengalami trauma juga.
Benar, tokoh yang kita maksud adalah Soeharto atau biasa kit panggil Pak Harto.
Ternyata ada sejumlah pengalaman di masa kecil yang membuat Soeharto trauma.
Satu di antaranya, Soeharto ternyata pernah trauma dengan benda yang menjadi lambang partai yang menjadi lawan Soeharto dewasa.
Sekali waktu, saat berumur tiga tahun, sepulang dari sawah, Soeharto bermain-main dengan arit.
Namun arit itu terlepas dari tangkainya, sehingga mengenai kaki kanan.
Akibat kejadian itu, kaki kanan Soeharto terluka.
Pengalaman lain menyebut, sekitar usia 5 tahun, ketika ibunya ke pasar, Soeharto ditinggal sendirian di rumah, dan diberi uang logam 0,5 sen.
Uang logam ½ sen itu dimain-mainkan, bahkan diemut oleh Soeharto, sampai tertelan.
Karena takut, Soeharto menangis lamaaa sekali.
Apalagi ia ditakut-takuti oleh anak-anak lain bahwa uang itu akan menyangkut di dalam perut dan tidak pernah keluar lagi.
Tidak jelas, apakah kemudian uang itu keluar atau tidak.
Soeharto pun tidak ingat apakah ia berhasil menemukan kembali uang tersebut.
Satu lagi pengalaman tidak menyenangkan, dialami ketika ia bermain bersama seorang saudaranya, Darsono, di depan rumah kakek buyutnya Notosudiro.
Waktu itu kakek buyutnya sedang membuat baju.
Baca Juga: Via Vallen Dikabarkan Pingsan TIba-Tiba Saat Manggung, Ini yang Kedua Kalinya, Begini Penjelasannya!
Soeharto kemudian dipanggil dan disuruh mengepas sebuah baju yang sedang dibuat.
Dengan senang hati dipakainya baju itu.
Namun ternyata baju itu bukan untuk dia, melainkan untuk Darsono.
Tak lama kemudian, ia disuruh melepas dan menyerahkan baju itu kepada sepupunya.
Padahal saat itu, Soeharto sendiri tidak memakai kemeja, ia hanya mengenakan celana.
Orang tua Darsono sebetulnya cukup mampu, kenapa dia yang justru diberi surjan oleh kakek buyut?
"Saya merasa nista, hina. Saya nelangsa, sedih sekali. Wah, hidup ini kok begini," Soeharto melampiaskan kesedihannya. (Dwipayana, 1989, hal 10).
Artikel ini pernah tayang di Suar.ID dengan judul "Ternyata, Soeharto Kecil Sangat Trauma dengan Alat yang Menjadi Lambang Partai Paling Dibencinya"