Kopral Romnick Estacio Gugur Saat Bebaskan WNI yang Disandera Abu Sayyaf, Rupanya TNI Juga Pernah Lakukan Operasi Militer di Filipina Melawan Pemberontak

Rabu, 01 Januari 2020 | 12:13
Tangkap Layar Kompas TV

Kopral Romnick Estacio Gugur Saat Bebaskan WNI yang Disandera Abu Sayyaf, Rupanya TNI Juga Pernah Lakukan Operasi Militer di Filipina Melawan Pemberontak

Sosok.ID - Gugurnya Kopral Romnick Estacio, anggota Marinir Filipina saat membebaskan dua orang WNI yang disandera Abu Sayyaf bakal terus dikenang oleh kedua negara.

Filipina memang kerap dilanda masalah pemberontakan dan teroris sehingga militernya hampir selalu mengadakan operasi tempur melawan pemberontak.

Tarik mundur kebelakang, rupanya Indonesia-Filipina memang kerap menjalin kerjasama di bidang pertahanan dalam upaya melawan pemberontakan.

Salah satu kerjasama itu terjadi pada tahun 1980-1987.

Ketika rezim diktator Ferdinand Marcos ambruk, keadaan dalam negeri Filipina bergejolak hebat.

Baca Juga: Bikin Polisi Bingung Gegara Wajah Terlalu Mirip, Anak Kembar Ini Tak Jadi Dihukum Mati, Hasil Tes DNA-nya Bahkan Bikin Pengadilan Kewalahan!

Keadaan Filipina tambah runyam dengan datangnya tokoh oposisi musuh bebuyutan Ferdinand Marcos, Benigno 'Ninoy' Aquino pulang kampung ke Manila dari pengasingannya diluar negeri tahun 1983.

Tapi nasib sial menghampiri Ninoy Aquino, belum juga keluar dari bandara di Manila ia sudah ditembak mati oleh sniper anak buah Jenderal Fabian Ver, Kastaf Ferdinand Marcos.

Sontak hal ini membuat rakyat Filipina marah karena mereka sudah muak atas kepemimpinan tirani Marcos.

Lahirlah gerakan rakyat bernama 'People's Power', mereka berdemo menuntut penggulingan rezim Marcos.

Ferdinand Marcos goyah, militer Filipina dibawah kepimpinan Jenderal Fidel Ramos dan Kolonel Juan Ponce kemudian melancarkan kudeta terhadap Marcos.

Ferdinand Marcos tumbang dan ia melarikan diri bersama istrinya keluar negeri.

Tampuk kepresidenan kosong, rakyat kemudian memilih Corazon Aquino (janda Benigno 'Ninoy' Aquino) sebagai presiden baru Filipina.

Tapi Corzaon juga menghadapi berbagai ancaman kudeta dan berulangkali kudeta kepadanya dilakukan namun belum berhasil.

Baca Juga: Wirang Birawa Sebut Artis Inisial LM Bakal Menikah di Tahun 2020, Mbak You Tegas Ungkap Luna Maya Bakal Lepas Masa Lajang : Iya Dia Menikah

Buntungnya lagi pemerintahan Corazon juga dirundung berbagai macam pemberontakan, jadi pemerintah melawan dua hal langsung yakni kudeta dan pemberontakan separatis.

Tahun 1987 Filipina ketiban giliran menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-3.

Dalam KTT itu pemimpin-pemimpin negara di Asia Tenggara akan bertemu di Manila.

Namun keadaan keamanan Filipina yang acak adul tak menentu dan rawan membuat para pemimpin ASEAN enggan menghadiri pertemuan tersebut dengan alasan keselamatan.

Indonesia sebagai 'tetua' ASEAN yang melihat hal ini kemudian mengambil inisiatif.

Presiden Soeharto yang kala itu masih memimpin kemudian memerintahkan TNI dibawah kepemimpinan Jenderal L.B Moerdani untuk mengamankan jalannya KTT ASEAN ke-3 di Filipina.

TNI bersiap melaksanakan arahan Soeharto, mereka kemudian membentuk Gugus Tugas pengamanan KTT ASEAN dengan melibatkan semua matra baik laut, udara dan darat.

Maka bertolaklah gugus tugas TNI ke Filipina, dari TNI AL dikerahkan fregat KRI Zakarias Yohannes-332 dan KRI Sorong-911.

Baca Juga: 15 Tahun Lalu Terkatung-katung di Laut Hingga Diangkat Anak oleh Cristiano Ronaldo, Begini Kabar Terbaru Martunis, Akan Segera Menikah dengan sang Pujaan Hati

Marinir juga tak mau ketinggalan, dua batalyon disiagakan di Teluk Manila dan siap siaga melancarkan operasi pendaratan amfibi memasuki Manila jika diperintahkan.

Dari TNI AU disiagakan jet tempur A-4 Skyhawk bermuatan bom Mk.82 untuk berjaga-jaga membom para pengacau jika menganggu jalannya KTT.

TNI AU mempersiapkan pula ambulans udara dadakan di perut pesawat angkut C-130 Hercules untuk pertolongan medis sewaktu-waktu.

Dari TNI AD, dua pekan sebelum KTT berlangsung satu tim dari Kopassus tiba di Filipina.

Tim Kopassus itu awalnya bertugas melatih para pengawal presiden Filipina.

KTT ASEAN ke-13 Filipina

Sudah menjalani pelatihan singkat namun performa dan kemampuan para pengawal presiden Filipina dinilai kurang mumpuni.

Mau tak mau tim Kopassus malah diterjunkan langsung untuk memberikan pengawalan ketat kepada presiden Filipina, Corazon Aquino.

Baca Juga: Heboh! Kelamin Bocah Berusia 6 Tahun Berubah Saat Tidur, Ibunda Kaget Saat Tahu Sudah Disunat Dalam Mimpi, SU: Saya Cek Memang Betul!

Walhasil tim Kopassus ini menyamar menjadi Paspampres Filipina dengan mengenakan pakaian tradisional Barong Tagalog.

Selain itu tim Kopassus ini diugaskan pula menjaga para pemimpin ASEAN lainnya di hotel mereka menginap.

Bukan hanya militer Indonesia saja yang mengirim pasukannya untuk suksesnya KTT.

Angkatan perang Singapura dan negara ASEAN lainnya juga mengirimkan kekuatan militernya namun tetap komando teratas dipegang oleh TNI.

Seriusnya pengamanan KTT ASEAN ke-13 Filipina membuat para pemimpin anggota ASEAN lainnya lega, mereka kemudian memastikan bakal hadir dalam KTT.

KTT ASEAN ke-13 Filipina kemudian berjalan sukses dan lancar tanpa kendali berkat pengamanan yang dilakukan TNI beserta angkatan perang negara lainnya.

Hal ini juga menunjukkan dukungan Indonesia kepada Corazon sebagai presiden resmi Filipina dari bayang-bayang ancaman kudeta dan pemberontakan.(Seto Aji/Sosok.ID)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Jejak Langkah Pak Harto : 16 Maret 1983 – 11 Maret 1988, asean.org

Baca Lainnya