Walaupun Ditinggal Rekannya di Pedalaman Papua, Mantri Patra Tak Menyerah untuk Menolong Sesama, Hidupnya Berakhir Tragis karena Tak Ada yang Bisa Mengobati Penyakitnya

Jumat, 06 Desember 2019 | 16:13
Facebook Hendrik Mambor

Nyawa Mantri Patra tak tertolong karena helikopter yang membawanya berobat tak kunjung datang.

Sosok.id - Perjuangan Mantri Patra untuk mengobati warga di sebuah daerah terpenCil di Papua sudah berakhir.

Walaupun raganya telah tiada, namun jasanya akan senantiasa dikenang oleh masyarakat.

Inilah kisah Mantri Patra yang tragis dan menyayat hati.

Seorang petugas medis yang akrab disapa Mantri Patra wafat saat menjalankan tugas di daerah pedalaman Kebupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Baca Juga: Parkir Dekat Masjid dan Asyik Main Hape di Dalam Mobil,Kepsek SD Ditemukan Tewas dengan Posisi Jongkok Tanpa Celana Dalam dan Ada Tisu Bekas Lipstik

Sosok pria bernama Patra Marinna Jauhari itu, rupanya sangat dihormati warga pedalaman Kabupaten Teluk Wondama.

Kisah getir pengabdian Mantri Patra di pedalaman Papua, membuat banyak pihak turut berduka atas kepergiannya.

Salah satunya adalah tokoh masyarakat Papua, Hendrik Mambor.

Dikutip GridHot.ID dari sebuah unggahan Facebooknya pada 21 Juni 2019, Hendrik Mambor turut berduka cita atas wafatnya Mantri Patra yang sangat dihormati warga Kabupaten Teluk Wondama.

Baca Juga: Wanita Cantik Dibunuh di Kamar Kos, Pelaku Gorok Leher Korban dan Tulis Kata-kata Curahan Hati dengan Darah

"#Dedikasimu patut dicontohi.#Motivasikerjamu patut diteladani dan dihargai.

Mantri /Petugas Medis #PATRA KEVIN MANGOLO JAUHARI, mewakili Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Teluk Wondama dan seluruh Pejuang Pemekaran Kabupaten Teluk Wondama kami hanya bisa mengucapkan penghargaan atas dedikasimu dan jerih lelahmu bagi masyarakat secara khusus masyarakat di Pedalaman Udik Simo Kampung Oya Distrik Naikere Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua Barat.

Sebuah kampung terpencil yg untuk menjangkaunya kampung/desa ini dari titik ujung jalan dengan akses kendaraan harus dilanjutkan lagi dengan berjalan kaki 3-4 hari.

Meninggal karena kehabisan obat, faktor utama kesulitan transportasi.

Baca Juga: Punya Utang Rp 300 Juta dan Mutasi Dana yang Mencurigakan,Anak Buah Dirut Garuda Ini Diduga Pasang Badan Atas Kasus Penyelundupan Onderdil Motor

Kami tak mampu membalas jasa baikmu.

Hanya iman dan percaya kami bahwa Tuhan yang akn membalasnya dgn anugerah kemuliaan sorgawi bagimu.

Turut berduka cita yang dalam atas terpanggilnya mantri Patra Kevin Mangolo Jauhari.

Keluarga diberi kekuatan dan ketabahan. Doa dan hormat," tulis Hendrik Mambor seperti dikutip GridHot.ID.

Baca Juga: Remaja Mati Kaku Sembari Memegangi Ponsel, Terungkap Ini Penyebabnya

Berbekal panggilan hati untuk menyelamatkan mereka yang terpinggir dan terlupakan, Mantri Patra seolah tak berpikir dua kali ketika mendapat tugas di pedalaman Teluk Wondama.

Dikutip dari Antara, sudah empat 4 bulan lebih ia bergumul dengan masyarakat di Kampung Oya Distrik Naikere, Teluk Wondama.

Dia memilih setia dalam tugas di saat rekan kerjanya pulang dan tak kembali lagi.

Dalam kesendirian dia tetap melayani hingga akhirnya ajal menjemput.

Baca Juga: Sakit Hati Karena Diputus Cinta, Wanita Ini Cincang Pacarnya untuk Dimasak Menjadi Nasi Goreng

Petugas medis dari Dinas Kesehatan Teluk Wondama ini berada di Kampung Oya sejak Februari 2019.

Ia adalah satu dari sekian tenaga kesehatan yang ditunjuk untuk memberikan pelayanan di daerah pedalaman.

Twitter @jayapuraupdate
Twitter @jayapuraupdate

Mantri Patra saat terbaring sakit.

Oya merupakan salah satu kampung di pedalaman distrik Naikere yang masihterpencil dan terisolir.

Tidak ada akses jalan darat apalagi sarana telekomunikasi.

Baca Juga: Mengaku Sebagai Korban PHK Massal, Pria Ini Mendadak Dapat Banyak Tawaran Kerja Gegara Lakukan Hal Ini di Nikahan Orang, Kisahnya Buat Warganet Tepuk Tangan

Wilayah di perbatasan antara Teluk Wondama dengan Kabupaten Kaimana ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki atau menggunakan helikopter.

Untuk mencapai pusat distrik di Naikere, warga setempat biasanya berjalan kaki selama tiga sampai empat hari.

Jalanan yang dilewati masih berupa jalan setapak menyusuri gunung dan lembah di tengah hutan belantara.

Pada awal Februari lalu, Mantri Patra bersama seorang rekannya diantar dengan helikopter ke Kampung Oya.

Baca Juga: Entah Apa yang Merasukinya, Seorang Pria Nekat Memperkosa 5 Ekor Sapi di Peternakan, Aksinya Ketahuan Berkat CCTV yang Merekam Kelakuan Bejatnya!

Mereka dijadwalkan bertugas selama tiga bulan dari Februari hingga Mei untuk kemudian dijemput kembali diganti petugas berikutnya.

Hingga akhir Mei 2019 belum juga ada helikopter yang datang menjemput.

Persediaan bahan makanan berupa beras, minyak goreng yang dibawanya pada tiga bulan lalu pun telah lama habis.

Demikian pula stok obat-obatan, semuanya telah habis dipakai.

Baca Juga: Kalah dari Tim Lemah, Timnas Malaysia Dihujat Warganya yang Sebut Permainan Harimau Malaya Kayak Anak Sekolah Tak Nasionalis!

Namun, Patra yang tinggal seorang diri setelah temannya sesama perawatmemutuskan turun ke kota Wasior dengan berjalan kaki memilih tetap bertahan.

Facebook Hendrik Mambor
Facebook Hendrik Mambor

Mantri Patra dalam pakaian kerja.

Mantri Patra dalam pakaian kerja.Dia terus memberi pelayanan medis dengan kondisi apa adanya.

Untuk mengisi hari, bujangan kelahiran 1988 ini selalu berintekrasi dengan warga setempat, dari berkunjung ke rumah warga, bermain bersama pemuda setempat hingga ikut berkebun bersama warga.

"Tiap sore dia pergi dengan anak-anak menyanyi-menyanyi," kata seorangwarga Oya yang dikisahkan Kepala Puskesmas Naikere Tomas Waropen di Wasior, Minggu (23/6/2019).

Baca Juga: Telantarkan Anak Saat Sukses, Nenek Sumarsih Harus Telan Pil Pahit Ketika Buah Hati Tak Lagi Menginginkan Keberadaannya Setelah Jatuh Miskin, Kini Hidup Menderita di Emperan Toko

Hari terus berlalu, helikopter yang ditunggu tak juga tiba, namun kesetiaan Patra tetap tak luntur.

Dia terus bertahan meski di hatinya memendam kecewa terhadapinstansi tempatnya bekerja hingga akhirnya dia jatuh sakit.

Mengetahui kondisinya kian memburuk, seorang warga kampung Oya memutuskan berjalan kaki untuk memberitahukan kondisi sang mantri kepada kepala Puskesmas Naikere.

Meskipun demikian, tetap saja tidak ada helikopter yang datang untuk mengevakuasinya ke kota guna mendapat perawatan medis.

Baca Juga: Baru Jadian 3 Bulan, Remaja Putri 17 Tahun Dipaksa Berikan Kehormatannya Oleh Sang Pacar dengan Iming-iming Mangga

Pada 18 Juni 2019, Patra menghembuskan nafas terakhir di tempat tugasnya di Oya.

Dia meninggal dalam kesendirian, tanpa ada keluarga, teman maupun kerabat yang mendampingi Pahlawan Kemanusiaan itu.

Jenazah Patra baru dievakuasi pada 22 Juni 2019 menggunakan helikopter yang disewa Pemda dari Nabire atau empat hari setelah dia meninggal dunia.

Kematian Patra yang terbilang tragis menjadi keprihatinan banyak pihak.

Baca Juga: Bukannya Sembuh, Nyawa Balita 4 Tahun Ini Justru Melayang Usai Minum Obat Demam dari Klinik, Sekujur Tubuhnya Melepuh dan Kulitnya Mengelupas Ketika Disentuh

Tomas Waropen, Kepala Puskesmas Naikere menyatakan nyawa Patra mungkin bisa tertolong jika pihak dinas kesehatan maupun instansi terkait lainnya cepat merespon laporannya terkait kondisi Patra dan meminta segera dikirim helikopter.

"Kami sudah rapat sampai tiga kali dengan Dinas Kesehatan, Kesra dan Pak Sekda tapi tetap tidak ada jalan. Sampai akhirya dia sudah meninggal baru helikopter bisa naik," ujar Waropen

Bagi Waropen, Patra adalah pahlawan kemanusiaan.

Dia rela mendedikasikan hidupnya untuk kebaikan masyarakat di pedalaman Naikere tanpa banyak mengeluh dan menuntut.

Baca Juga: Saat Ustaz Abdul Somad Ajukan Syarat Bagi Wanita yang Hendak Dipersuntingnya : Sudikah Kamu Menikah denganku, Nanti Kau Jadi yang Kedua

Tindakan mulia yang justru selalu dihindari banyak petugas medis lainnya.

"Patra adalah pahlawan bagi masyarakat di pedalaman Mairasi (nama suku di pedalaman Naikere). Sementara kita anak-anak negeri ini banyak yang jadi Judas (murid yang mengkhianati Yesus)," kata Tomas Waropen.

(GridHot/Dewi Lusmawati)

Artikel ini telah tayang di GridHot dengan judul "Mati Tragis di Pedalaman Papua, Mantri Patra Tetap Mengabdi Walau Ditinggal Rekan Kerja dan Helikopter Pemda Tak Kunjung Tiba"

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber : GridHot.ID

Baca Lainnya