Sosok.id - Bukannya sembuh yang didapat, nyawa balita 4 tahun ini malah melayang setelah meminum obat batuk dan pilek yang diberikan oleh sebuah klinik.
Muhamad Noval Muhtarom (4) meninggal dunia pada Rabu (4//12/2019) dengan kondisi kulit yang melepuh.
Warga Desa Nglambangan, Kecamatan Wungu, Madiun, Jawa Timur itu sebelumnya telah dibawa ke klinik langganan orang tuanya pada Minggu (1/12/2019) karena sakit demam dan batuk pilek.
Melansir dari Kompas.com, bukannya sembuh, mulut Noval justru muncul bintik-bintik kemerahan setelah meminum obat yang diberi oleh klinik tersebut.
Melihat hal tersebut, orang tua Noval, Tarmiati (40) dan Sadikan (38) pun kembali membawa Noval ke klinik langganannya itu dan diberi obat lagi.
Namun, obat itu justru semakin memperparah kulit Noval hingga akhirnya jadi melepuh.
"Hampir seluruh badan Noval melepuh. Kalau dipegang sudah mengelupas kulitnya," ujar Saimun, kerabat Noval, saat dijumpai Kompas.com pada Rabu (4/12/2019).
Setelah itu, pada Senin (2/12/2019) Noval kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Santa Clara Kota Madiun karena kulitnya yang melepuh semakin meluas.
Hingg dua hari setelahnya, tepatnya pada Rabu (4/12/2019) pagi Noval menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit tersebut.
Sementara itu, pihak kepolisian juga membenarkan kasus kematian ini.
Melansir dari Tribun Jatim, hal tersebut disampaikan oleh Kapolsek Wungu AKP Nugroho saat ditemui di rumah duka pada Rabu (4/12/2019).
"Tadi pagi, kami mendapat laporan dari Kades Nglambangan, ada anak yang meninggal.
Dugaan sementara, anak ini sakit panas, kemudian diperiksakan di Klinik Wahyu Husada, kemudian diberi obat.
Setelah minum obat, timbul bintik-bintik, kulitnya melepuh kecil-kecil," ujarnya seperti dikutip dari Tribun Jatim.
Namun, untuk perihal penyebab kematian, pihaknya masih menunggu identifikasi dari Tim Inafis Polres Madiun.
"Kami belum bisa menyimpulkan, masih menunggu proses dari Tim Inafis Polres Madiun, saat ini sedang meluncur ke sini," terangnya.
Pemilik klinik membantah
Diketahui bahwa klinik tampat Noval berobat adalah Klinik Pratama Wahyu Husada yang terletak sekitar 2 kilometer dari rumahnya.
Pemilik klinik, Sumijati membenarkan bahwa Noval dirujuk ke tempatnya pada Minggu pagi sekitar pukul 05.00 WIB.
Setelah diperiksa oleh perawat yang berjaga, Noval ternyata mengalami demam, batuk, dan pilek.
"Saat diagnosa masuk, anak ini sakit panas, batuk, pilek. Obat yang kami berikan sudah sesuai," kata Sumijati kepada wartawan, saat ditemui di kliniknya kepada Tribun Jatim, Rabu (4/12/2019).
Sumijati menegaskan bahwa pihaknya telah memberikan obat yang sesuai dengan diagnosa penyakit yang diderita Noval.
Setelah membawa Noval pulang, orang tuanya kembali ke kliniknya sekitar pukul 22.00 WIB malam karena kondisinya semakin parah dan muncul bintik-bintik kemerahan di sekitar mulutnya.
Pihaknya kemudian memberikan resep obat yang berbeda dari yang sebelumnya.
Namun, keesokan harinya, Senin, Noval kembali dibawa ke klinik dengan kondisi yang semakin parah.
Kulit di bagian wajah dan tangannya terdapat benjolan berisi air seperti orang yang sakit cacar air.
"Pada hari Senin, mereka datang lagi klinik. Sempat berkonsultasi dengan dokter dan kemudian dikasih terapi. Tetapi panasnya tidak turun," kata Sumijati.
Saat itu lah, pihak klinik akhirnya membuata surat rujukan ke RSUD dr. Soedono, Kota Madiun karena memiliki peralatan yang lengkap.
Namun, rujukan tersebut mengalami kendala, sehingga Noval akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Santa Clara, Kota Madiun.
"Saat itu awalnya kami rujuk ke RSUD Soedono, tapi karena sistemnya rujukan online. Jadi harus mengkonfirmasi di rumah sakit. Rujukannya kan dari kami, ini pasien umum bukan pasien BPJS," papar Sumijati.
Sementara itu, perawat klinik, Kukuh Windyan Cahya menambahkan bahwa Noval bukanlah pasien baru.
Dalam catatan medis di klinik tersebut, pada 2016 lalu, Noval pernah dirawat di klinik tersebut dengan penyakit yang sama, yakni demam, batuk, pilek, serta diare.
Kala itu, Noval mendapat resep obat yang sama, tapi tidak muncul reaksi bintik-bintik kemerahan maupun kulit melepuh.
"Kalau semisal alergi kan pasti ditulis dalam rekam medis. Itu di data tidak ada. Obat yang diberikan dahulu juga sama diberikan sekarang, " terang Kukuh.
(*)