Putus Asa karena Penyakit Darah Tingginya Tak Kunjung Sembuh, Seorang Ibu Nekat Terjun ke Sumur Sedalam 40 Meter : Lebih Baik Saya Mati Daripada Repotkan Keluarga!

Selasa, 12 November 2019 | 19:00
Istimewa via Surya.co.id

Sumur maut tempat Ny Suminten bunuh diri karena hipertensi yang tak kunjung sembuh.

Sosok.id - Daripada merepotkan keluarga, lebih baik mati saja, begitu pikir wanita asal Blitar, Jawa Timur ini.

Suminten (58) nekat mengakhiri hidupnya sendiri karena putus asa penyakit darah tingginya tak kunjung sembuh.

Melansir dari Surya, warga Dusun Betek, Desa Rejoso, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar ini mengakhiri hidupnya pada Selasa (12/11/2019) pagi.

Diduga Suminten terjun ke dalam sumur sedalam 40 meter yang treletak di belakang rumahnya.

Baca Juga: Kekasih Curhat Sering Dilecehkan Gegara Jalin Hubungan Asmara dengannya, Wanita Ini Malah Hasut Sang Pacar untuk Bunuh Diri Saat Wisuda

Berdasarkan keterangan Kapolsek Binangun AKP Nanang Budianto, jasad Suminten pertama kali ditemukan oleh menantunya, Sutrisno (34).

Diketahui bahwa Sutrisno memang tinggal satu atap dengan mertuanya itu.

Kronologi

Jasad Suminten ditemukan setelah Sutrisno dan ayah mertuanya, Sukidi mencari-cari keberadaannya.

Baca Juga: Seorang Pria Nekat Gantung Diri di Tempat Kerjanya Usai dapat Chat dari Istri, Isi Pesannya Bikin Hati Teriris

Sebab, sejak pukul 05.00 WIB, korban sudah tak ada di tempat tidurnya.

Mereka berpikir, tak mungkin Suminten sedang main ke rumah tetangga.

Kemudian mereka berinisiatif untuk mencarinya ke belakang rumah.

"Dia bersama bapak mertuanya (Sukidi) memang sengaja mencari korban karena sejak pukul 05.00 WIB, korban sudah tak ada di tempat tidurnya. Tak mungkin, jam segitu dia main ke rumah tetangga, sehingga mereka mencari ke belakang rumahnya," jelas Nanang, seperti dikutip dari Surya.

Baca Juga: Mahasiswa S2 ITB Putuskan Gantung Diri Sambil Diiringi Lagu, Tinggalkan Pesan Trenyuh

Sutrisno lantas curiga ketika melihat papan kayu yang digunakan untuk menuput bibir sumur telah terbuka dan berserakan di tanah.

Kemudian ia mengintip tapi tak melihat apa pun karena gelap.

Ia lalu membawa senter untuk melihat ke dalam, dan benar saja, ia melihat jasad seseorang sudah mengambang.

"Diamati oleh anaknya, ternyata itu tubuh ibunya, sehingga ia berteriak minta tolong," terang Nanang.

Baca Juga: Miris! Tak Tahan Setiap Hari Dipukuli Kedua Orang Tuanya, Bocah 8 Tahun Pilih Akhiri Hidupnya dengan Cara Tragis

Warga dan petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Blitar kemudian segera berdatangan untuk melihat kondisinya.

Namun, tak ada satu pun di antara mereka yang berani terjn ke dalam sumur sedalam 40 meter tersebut.

Sebab, di dalam sumur itu biasanya mengandung gas beracun.

Akhirnya, jasad korban dievakuasi setelah tim Basarnas dari Trenggalek datang.

Baca Juga: Cerita Tragis Alan Turing, si Jenius Pemecah Kode yang Pilih Bunuh Diri Usai Dipaksa Hukum Kebiri Gara-gara Kelainan Seksual

"Tim dari BPBD Pemkab Blitar sempat mencoba turun, namun gagal. Sebab, saat turun dengan kedalaman sekitar 35 meter, ia sudah memberikan isyarat dengan menarik tali tampar. Itu tandanya, dia tak kuat karena tak bisa bernafas. Baru setelah tim Basarnas dari Trenggalek datang, jasad korban bisa dievakuasi," jelas Nanang.

Dengan berbekal tabung oksigen, akhirnya seorang petugas berani turun ke dasar sumur untuk mengangkat jasad korban.

Karena kesulitan tersebut, evakuasi jasad korban bahkan memakan waktu hingga 7 jam.

Kepala Desa Rejoso, Wawan Aprilianto mengungkapkan bahwa korban selama ini menderita darah tinggi atau hipertensi.

Baca Juga: Sosok Dosen UGM yang Gantung Diri Diduga Lantaran Depresi, Alumni Pascasarjana UGM dengan Predikat Lulusan Terbaik

Namun, penyakitnya itu tak kunjung sembuh.

Hanya sembuh sebentar, tetapi kemudian akan kambuh terus menerus.

Karena itu lah, korban diduga merasa putus asa.

Bahkan, korban pernah bilang kepada suaminya bila dirinya sudah pasrah dan siap untuk dipanggil Tuhan kapan pun.

Baca Juga: Diduga Lompat dari Jembatan Musi, Intan Ferin Dilaporkan Sempat 2 Hari Sliweran di Sekitar Sungai dan Kematiannya Mungkin Terekam CCTV

"Katanya, daripada merepotkan keluarganya, ia lebih baik mati saja. Itu berkali-kali ngomong ke suaminya," jelas Wawan.

Rasa depresi dan keinginan untuk melakukan bunuh diri sebenarnya masih bisa dicegah.

Yakni dengan menghubungi tenaga profesional untuk menghilangkan keinginan untuk melakukan hal tersebut.

Melansir dari Tribun Style, Kementrian Kesehatan telah menyediakan layanan pencegahan bunuh diri.

Baca Juga: Tak Terima Istrinya Ajukan Cerai, Seorang Pria Nekat Ajak Kedua Balitanya Lompat dari Apartemen, Tetangga Sebut Mereka Pasangan Harmonis

Namun sayangnya layanan tersebut sudah tidak aktif lagi sejak tahun 2014.

Walaupun demikian, Anda bisa mengunjungi laman saveyourselves.org.

Laman tersebut memiliki 3 layanan, yaitu edukasi, konsultasi, dan pencegahan bunuh diri.

(*)

Tag

Editor : Dwi Nur Mashitoh

Sumber Tribun Style, Surya