Upaya Pembunuhan Soekarno Ketika Sedang Salat, Eksekutor Tiba-tiba Pandangannya Kabur Sesaat Sebelum Menembak

Jumat, 11 Oktober 2019 | 08:17
Tribunnews

Upaya pembunuhan Soekarno

Sosok.ID-Pada Rabu (10/10/2019), Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto ditusuk orang tak dikenal.

Hal itudibenarkan olehKepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo.

Saat kejadian terjadi,Wiranto baru saja beranjak keluar dari mobil usai menghadiri acara peresmian di Universitas Mathla'ul Anwar di Pandeglang, Banten.

Kemudian seorang pria langsung mendekat dengan membawa senjata tajam, masih didalami apakah senjata tersebut berupa gunting atau pisau.

Baca Juga: Ditelantarakan Kedua Orantuanya di Jalan Lantaran Bibir Sumbing, Setelah Beranjak Dewasa Gadis Ini Berubah Sangat Cantik

Dikutip dari Kompas TV via Kompas.com, Brigjen Dedi Prasetyo mengungkap Kapolsek yang berada di dekat Wiranto terluka akibat upaya penyerangan terhadap Wiranto.

Sementara penyerang telah diamankan aparat keamanan dan diperiksa, belum diketahui motif penusukan tersebut.

Twitter/Ukun Kurnia via Tribunjateng,com
Twitter/Ukun Kurnia via Tribunjateng,com

Detik-detik Wiranto diserang di Pandeglang

Melihat kembali puluhan tahun silam, upaya penyerangan terhadap tokoh-tokoh pemerintahan kerap terjadi.

Bahkan Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno berkali-kali menjadi target pembunuhan.

Baca Juga: Percobaan Pembunuhan Pada Soeharto, Ia Hampir Saja Mati Diracun Tikus

Namun penyerangan terhadap Sang Putra Fajar berkali-kali pula gagal.

Salah satu upaya pembunuhan itu saat Soekarno melaksanakan sholat Idul Adha.

Dalam buku Soekarno Poenja Tjeritaterbitan Bentang tahun 2016, penyerangan itu terjadi pada 14 Mei 1962.

Kala itu Sanusi diperintah Kartosoewiryo yang merupakan pimpinan Negara Islam Indonesia (NII) untuk membunuh Soekarno.

Baca Juga: Pendiam dan Tak Neko-neko, Tetangga Ungkap Sifat Asli Abu Rara, Pelaku Penusukan Wiranto yang Diduga Terpapar ISIS

Kartosoewiryo sendiri sebenarnya adalah teman Soekarno saat masih kos di Gang Peneleh, Surabaya.

Mendapat perintah, Sanusi menunggu momen yang tepat untuk melaksanakannya.

Dia memilih momen Idul Adha karena diketahui penjagaan Istana tidak begitu ketat.

Sehari sebelum upaya pembunuhan Soekarno

Dalam autobiografi Mangil berjudul Kesaksian tentang Bung Karno, 1945-1967, Minggu pagi 13 Mei 1962 Mangil Martowidjojo, Komandan Kawal Pribadi Soekarno kedatangan Komandan Pengawal Istana Presiden, Kapten CPM Dachlan.

Kapten Dachlan menyampaikan ada upaya pembunuhan dari kelompok Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terhadap Presiden Soekarno di Hari Raya Idul Adha.

Pasalnya pada 14 Mei 1962 Soekarno akan melaksanakan sholat Ied di halaman Istana dengan beberapa tokoh agama, dan terbuka bagi siapa saja.

14 Mei 1962

Pagi buta, Mangil sudah datang ke tempat Soekarno akan melaksanakan sholat berjamaah, semua sudut diperiksa Mangil dan anak buahnya.

Mangil merencanakan enam pos dengan masing-masing ditempati dua pengawal demi mengantisipasi serangan bersenjata dari luar.

Peserta sholat Ied mulai berdatangan dan baris atau saf diatur.

Disebutkan Mangil mendapat informasi dari Kepala Rumah Tangga Istana Soehardjo Hardjowardojo siapa saja yang ada di barisan pertama hingga keempat.

Baris pertama diisi oleh Soekarno dan personel Angkatan Darat. Begitu pula baris kedua hingga keempat diisi personel militer dan kepolisian.

Sementara anak-anak buah Mangil tersebar berselang-seling di belakang Soekarno.

Baca Juga: Putrinya Buah Cinta Satu Malam, Ibu Ini Sekarang Kebingungan Ditanya Sang Anak Siapa Ayah Kandungnya

Mangil dan Sudiyomenempatkan diri di depan presiden menghadap orang-orang yang sholat demi keamanan.

Bayangan Soekarno bergeser-geser

Bangkapos.com
Bangkapos.com

Soekarno menjadi sasaran pembunuhan saat sholat Idul Adha

Pada rakaat kedua sholat Ied yang awalnya tenang berubah jadi kacau.

Saat rukuk, terdengar teriakan takbir disusul suara tembakan. Sanusi menembakkan pistol ke arah Soekarno.

Beruntung, peluru tersebut gagal meluncur ke arah Soekarno.

Kendati demikian, sejumlah jamaah salat Idul Adha mengalami luka akibat tertembak di bahu dan punggung.

"Penembakan yang dilakukan dari jarak sekitar 7 meter (penembak berada di saf ketujuh), meleset," begitu penjelasan dalam buku itu.

Baca Juga: Tiga Kali Seminggu Diperkosa Sang Ayah Selama 24 Tahun, Penderitaan Gadis Ini Bagaikan Hidup di Neraka

Hal ini terlihat mustahil lantaran Sanusi merupakan penembak jitu alias sniper andalan DI/NII.

"Jalan kematian memang bukan kuasa manusia," tulis buku itu.

Namun, berdasarkan pengakuan Sanusi, pandangannya mendadak kabur saat akan menembak.

Yang dilihatnya adalah bayang-bayang sosok Soekarno yang bergeser-geser, dari satu posisi ke posisi lain.

"Karena itulah, tembakannya pun menjadi ngawur," tambah buku tersebut.

Baca Juga: Ngirit, Nggak Perlu Beli AC Atau Kipas Angin, Dengan Botol-botol Bekas Ini Dijamin Kamarmu Jadi Adem

Dalam sidang, Sanusi Firkat alias Usfik, Kamil alias Harun, Djajapermana alias Hidajat, Napdi alias Hamdan, Abudin alias Hambali, dan Mardjuk bin Ahmad Dijatuhi hukuman mati.

Selain menangkap mereka, pemerintah saat itu juga berhasil menangkap Kartosoewiryo.

Kartosoewiryo ditangkap tentara Siliwangi saat bersembunyi di dalam gubuk yang ada di Gunung Rakutak, Jawa Barat,4 Juni 1962.

Vonis mati dijatuhkan kepada Kartosoewiryo.

Soekarno menolak grasi mantan sahabatnya itu, sehingga Kartosoewiryo pun tetap dieksekusi mati.

Baca Juga: Beredar Foto Senjata Diduga Digunakan Pelaku Untuk Tusuk Wiranto, Mirip Pisau Kunai Ninja Naruto

Meski begitu, Soekarno bertanya kepada regu tembak pasca eksekusi itu dilakukan.

"Bagaimana sorot matanya? Bagaimana sorot mata Kartosoewiryo? Bagaimana sorot matanya?" tanya Soekarno.

Mendapatkan pertanyaan itu mereka pun menjadi bingung.

Meski demikian, seorang ajudan spontan menjawabnya.

"Sorot mata Kartosoewiryo tajam. Setajam tatapan harimau pak," jawabnya.

Mendapatkan jawaban seperti itu, Soekarno lantas bernafas lega, dan melempar tubuh ke sandaran kursi,

Tak lama setelah itu, Soekarno pun mendoakan keselamatan arwah Kartosoewiryo. (Nieko)

Artikel ini pernah tayang di Intisari dengan judul "Bung Karno Ditembak Saat Salat Dari Jarak 7 Meter Tapi Meleset, Penembak: Bayangan Bung Karno Bisa Pindah-pindah Posisi"

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : intisari

Baca Lainnya