Sering Hilang dan Makan Sembarangan, Bocah 12 Tahun Dikurung di Kandang Ayam Oleh Kedua Orang Tuanya, Kondisinya Memprihatinkan

Sabtu, 05 Oktober 2019 | 11:13
KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN

Moh. Efendi (20) dikurung di dalam bekas kandang ayam oleh orang tuanya karena memiliki kelainan sifat sejak lahir. Efendi dikurung karena sering merangkak hingga pernah ditemukan di hutan dan pinggir sungai.

Sosok.id - Moh Efendi tampak berdiri sambil memegang ke bilah bambu yang membatasinya dengan dunia luar.

Bekas kandang ayam menjadi tempatnya menghabiskan waktu sehari-harinya.

Bocah 12 tahun itu merupakan putra pasangan Hamzah (47) dan Latifah (36).

Warga Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Jawa Timur ini dikurung karena memiliki gangguan mental.

Tanpa asehelai benag pun, sehari-hari Efendi melakukan segala aktivitasnya di dalam kandang berukuran 1x0,5 meter.

Baca Juga: Miliki Bobot Lebih dari 1 Kuintal, Pemuda Ini Pernah Jebolkan Timbangan Hingga Buat WC Ambrol

Makan, minum, tidur, hingga buang air baik besar maupun kecil, semuanya dilakukan Efendi di kandang sempit itu.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, Efendi tampak mencoba meraih tangan dan baju orang yang datang menyambanginya.

Ia akan tertawa kegirangan ketika berhasil menyentuh orang tersebut.

Namun, ketika ditinggal pergi, Efendi akan meronta seolah ingin dikeluarkan dari kandang tersebut.

Terlahir normal

Baca Juga: Kisah Rahmadi, Dikurung di Dalam Kotak Selama 3 Tahun Oleh Orangtuanya, Kondisinya Memprihatinkan

Latifa menceritakan bahwa putranya lahir dengan keadaan yang normal layaknya bayi-bayi pada umumnya.

Namun, menginjak usia tiga tahun, Efendi tak kunjung bisa berjalan maupun berbicara.

Anak ketiganya itu hanya bisa merangkak dan mengoceh tidak jelas.

Walapun hanya bisa merangkak, tetapi Efendi sering membuat orang tuanya khawatir.

Pernah suatu hari, saat ia ditempatkan di surau, Efendi merangkak keluar hingga ke halaman rumahnya.

Baca Juga: Gentar dengan TNI, Kedua Negara yang Sempat Bertikai Ini Langsung Sepakat Berdamai

Namun, yang membuat orang tuanya cemas adalah kebiasaan Efendi yang akan memakan apapaun yang ditemukannya.

"Efendi pernah makan olahan dedak untuk pakan sapi. Bahkan kulit buah siwalan, bunga, dedaunan juga dimakan. Makanya kami coba untuk dikurung," ujar Latifah, seperti dikutip dari Kompas.com.

Dikurung

Selain kebiasaan makannya itu, ada satu hal yang kahirnya membuat orang tua Efendi memutuskan untuk mengurungnya.

Yakni, karena Efendi sering merangkak hingga ke tempat-tempat berbahaya.

Baca Juga: Peliknya Kisah Asmara di Balik Rencana Pembunuhan Suami oleh Istri yang Justru Ditipu Selingkuhannya

Pernah satu hari, orang tuanya kebingungan saat melihat Efendi tak berada di rumahnya.

Setelah dilakukan pencarian sampai malam, bocah berkulit kuning langsat itu sudah berada di pinggir sungai.

Beruntung sungai itu sedang tidak banjir, sehingga Efendi tak terseret arus.

Efendi juga pernah hilang dan ditemukan sudah berada di pinggir hutan yang terletak di sebelah timur rumahnya.

Satu hal lagi yang membulatkan tekad kedua orang tua Efendi untuk mengurungnya di kandang karena pekerjaan.

Baca Juga: Miris! Lantaran Terlambat Sekolah, Seorang Siswa SMP Diberi Hukuman Lari Mengitari Lapangan Hingga Mati Kelelahan

Kedua orang tua Efendi harus bekerja di sawah dari pagi hingga sore, sehingga mereka harus meninggalkannya sendirian di rumah.

Tak tega

Awalnya, Hamzah dan Latifah memang tidak tega untuk mengurung putranya di kandang.

Namun, pikir mereka, banyak dampak posistif yang didapat ketika Efendi dikurung.

Mereka mengaku lebih tenang ketika harus pergi meninggalkan Efendi sendirian di rumah ketika mencari nafkah.

Baca Juga: Miris! Tak Tahan Setiap Hari Dipukuli Kedua Orang Tuanya, Bocah 8 Tahun Pilih Akhiri Hidupnya dengan Cara Tragis

"Kalau bicara perasaan, perasaan kami iba dan kasihan. Tapi bagaimana lagi, ini sudah nasib keluarga kami. Kami harus hidup, harus bekerja. Kalau tidak bekerja, keluarga kami mau dapat dari mana biayanya," ungkap Hamzah.

Dikubur separuh badan

Akibat gangguan mental yang diderita putranya, Hamzah melakukan berbagai upaya untuk menyembuhkannya.

Termasuk meminta bantuan pada guru spiritual dari Kalimantan Barat.

Berdasarkan petuah yang diberikan oleh guru tersebut, Efendi dikubur setengah badannya.

Baca Juga: Tangis Pilu Seorang Ayah di Depan Jenazah Bayi Usia 3 Hari, Diduga Meninggal Gegara Terpapar Kabut Asap di Riau

Adapun waktu pelakasanaan ritual itu dilakukan pada Jumat Legi di depan rumahnya.

Namun sayangnya upaya itu tak membuahkan hasil.

Tak menyerah begitu saja, Hamzah lalu menghubungi seorang guru spiritual dari Malang.

"Petunjuk guru yang di Malang diminta agar dirawat seperti biasanya saja. Sebab, kelak saat dewasa akan menjadi guru spiritual yang banyak didatangi orang," kata Hamzah.

Tak miliki BPJS

Baca Juga: Memilukan, Seorang Gadis Rela Kembali ke Dalam Rumah yang Terbakar Demi Selamatkan Sang Nenek, Nahas Dirinya Ikut Terpanggang

Alasan mengapa Hamzah memilih pergi ke guru spiritual alih-alih ke rumah sakit karena adanya keterbatasan biaya.

Hamzah tak mampu membayar biaya terapi di rumah sakit serta tidak memiliki kendaraan yang bisa digunakan untuk bolak-balik.

Sebenarnya, Efendi bisa saja mendapat pengobatan gratis apabila ia memiliki kartu BPJS.

Namun, ternyata hingga kini, nama Efendi belum masuk dalam kartu keluarga sehingga ia tak mendapatkan fasilitas tersebut.

Kini, nama Efendi tengah diupayakan agar terdaftar dalam kartu keluarga sebagai syarat mendapatkan BPJS.

Baca Juga: Lewat Postingan Instagram, Engku Emran Berikan Isyarat Terkait Isu Keretakan Rumah Tangganya dengan Laudya Cynthia Bella

Pernah satu kali Efendi dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa.

Menurut pemeriksaan dokter, Efendi diduga menderita gangguan saraf.

Saat itu, dokter tidak memberikan obat sama sekali dan hanya menyarankan untuk dilakukan terapi secara rutin.

Namun, karena keterbatasan biaya dan transportasi, Efendi hanya merasakan terapi satu kali seumur hidupnya.

"Jadi kami rawat apa adanya saja. Ke guru spiritual sudah. Ke rumah sakit sudah. Biarkan dikurung saja," terang Latifah.(*)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com, Tribun Sumsel

Baca Lainnya