Cerita Lailatul Qomariyah, Anak Tukang Becak yang Raih Gelar Doktor Termuda di ITS, Tak Pernah Bebani Orang Tua Soal Biaya Kuliah

Minggu, 08 September 2019 | 19:15
Kolase (SuryaMalang/Dok.Laila)

Lailatul Qomariyah Raih Gelar Doktoral Termuda di ITS, Anak dari Tukang Becak, Tak Pernah Bebani Biaya Kuliah Orangtuanya

Sosok.ID - Lailatul Qomariyah (27), anak penarik becak, warga Dusun Jinangka, Desa Teja Timur, Kecamatan/Kabupaten Pamekasan, Madura ini bisa jadi inspirasi bagi anak-anak muda lainnya.

Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan suami istri Saningrat (43) dan Rusmiati (40), meraih gelar doktoral di usia yang terbilang masih muda.

Ia merahi gelar doktor dari jurusan Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri, Institut sepulu November (ITS) Surabaya.

perempuan yang dikenal murah senyum tersebut meraih gelar doktoralnya melalui sidang terbuka dengan mengambil disertasi berjudul "Controllable Characteristic Silica Particle and ITS Composite Production Using Spray Process".

Baca Juga: Mengenal Arsenik, si 'Pembunuh Tak Kasat Mata' yang Digunakan untuk Membunuh Munir, Rupanya Pernah Jadi Obat untuk Penyakit Raja Singa

Sidang terbuka tersebut dilaksanakan pada hari Rabu (4/9/19) didepan sejumlah penguji.

Dilansir Sosok.ID dari TribunJatim.com, laila mengatakan disertasi tersebut mengenai aplikasi silika untuk solar sel.

(Doc Lailatul Qomariyah)

Lailatul Qomariyah berpose bersama para promotor dan penguji disertasinya dalam sidang terbuka yang digelar di kampus UTS Surabaya pada hari Rabu (4/9/2019).

“Energi surya kan banyak dan melimpah. Dari pada menggunakan batu bara untuk sumber listrik, bukankah lebih baik menggunakan sumber energi matahari. Sehingga cukup dengan solar sel yang bisa dikonversi menjadi energi listrik” kata Laila, dikutip dari Surya.co.id.

Lailatul menceritakan perjalanan akademiknya yang tergolong cukup singkat.

Setelah lulus dari SMAN 1 Pamekasan tahun 2011, Laila melanjutkan ke ITS Surabaya setelah berhasil meraih beasiswa.

Lulus S1 Fakultas Tekhnologi Industri, Laila kemudian melanjutkan ke program pasca-sarna S2 di fakultas yang sama.

Baca Juga: Nyaris Tewas Gara-gara Tali Pusar yang Melilit Lehernya, Bayi Ini Berhasil Selamat dengan Ajaib Usai 28 Menit Tak Bernapas

Di jenjang ini, perempuan yang selalu meraih ranking 1 sejak SD hingga SMA ini, hanya menjalani studi selama tiga bulan melalui program fast track.

Setelah Lulus S2, Laila mendapatkan beasiswa melalui Program Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU).

Laila langsung mendapatkan beasiswa untuk melakukan riset ke Jepang dalam rangka persiapan riset disertasi yang diajukannya.

Di Jepang, Laila tinggal sendirian dari tahun 2017 sampai 2018, karena hanya dirinya satu-satunya mahasiswa yang bisa mendapatkan beasiswa dari pemerintah.

Baca Juga: Dipercaya Mampu Halau Bencana Buruk, Emak-emak Bersatu Nekat Bakar Belasan Kios Dagang Lokasi Wisata di Aceh

"Happy saja meskipun sendirian di Jepang. Ini semata-mata untuk mencapai cita-cita dan demi ilmu pengetahuan," ujar perempuan kelahiran 16 Agustus 1992, dikutip dari SuryaMalang.com.

Tak butuh waktu lama, sepulang dari Jepang ia langsung menyelesaikan Disertasinya.

Dua profesor doktor yang menjadi promotor Laila, dan lima penguji dalam sidang terbuka, akhirnya meluluskan Laila.

"Cukup bahagia karena perjuangan dan cita-cita saya untuk meraih pendidikan yang tertinggi bisa terwujudkan," ungkap dia,dikutip dariSuryaMalang.com.

Baca Juga: Pasca 14 Tahun Penjara, Pollycarpus Mantan Tersangka Kasus Pembunuhan Munir Kini Banting Setir Jadi Juragan Telur Asin Hingga Gabung ke Partai Besutan Tommy Soeharto

Laila berpesan kepada pelajar yang sedang menempuh pendidikan, agar jangan mudah pasrah kepada keadaan.

Ia yang terlahir dari anak tukang becak dan petani dengan kegigihanya dapat merai gelar doktoral diusia yang cukup muda ingin menginspirasi pemuda Indonesia.

Baginya, orang miskin sama-sama memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi.

Dok. Laila via SuryaMalang.com

Lailatul Qomariyah, seusai sidang terbuka di ITS Surabaya, foto bersama ayah dan ibunya, Saningrat dan Rusmiati.

Tidak ada orang bodoh jika keinginan untuk belajar sangat kuat.

"Kata siapa orang miskin tidak bisa sukses? Saya sudah membuktikannya. Ayah saya tukang becak dan ibu saya buruh tani. Namun, tekad yang kuat untuk mengangkat martabat kedua orangtua saya, saya menjawabnya dengan prestasi pendidikan," ujar dia, dikutip dari Surya.co.id.

Saningrat mengaku bangga dengan pencapaian anak perempuannya tersebut.

Bahkan ia menuturkan selalu deraikan air mata ketika berdoa untuk kelancaran anaknya tersebut.

Baca Juga: Gegara Sebuah Kesalahpahaman, Pria Malang Ini Terus Diserang Seekor Burung Gagak Selama 3 Tahun

Sebab sejak menempuh pendidikan di ITS, Laila tak pernah meminta biaya dari kedua orang tuanya.

"Seingat saya, biaya yang saya keluarkan hanya untuk membelikan dia sepeda motor dan laptop.

Selain itu, saya sudah tidak membiayainya karena Laila sudah mengaku mandiri," ungkap Saningrat, saat ditemui di kediamannya, dikutip Sosok.ID dari Kompas.com.

(*)

Tag

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber Kompas.com, TribunJatim.com, Suryamalang.com