Gede Agus Wardika, Bocah SD yang Mengayuh Sampan Melintasi Danau Batur dengan Taruhan Nyawa Demi Menuntut Ilmu

Kamis, 05 September 2019 | 19:50
Kolase Tribun Bali / muhammad fredey mercury

Gede Agus Wardika, Mengayuh Sampan Melintasi Danau Batur dengan Taruhan Nyawa Demi Menuntut Ilmu

Sosok.ID - Gede Agus Wardika (10) harus berpeluh dan mengejar waktu demi sampai sekolahnya.

Siswa Asal Banjar Madya tersebut harus rela berjalan kaki ke sekolah atau naik sampan melintasi Danau Batur.

Sebab tidak ada akses jalan yang bisa dilintasi kendaraan bermotor bahkan sepeda motor dari Banjar Madya menuju Banjar Terunyan tempat sekolahnya berada.

Apabila berjalan ia harus memutar lewat Karangasem dengan berjalan kaki.

Baca Juga: Saat Combat Air Patrol TNI AU Pergoki F-18 Hornet Australia Langgar Wilayah Indonesia, Siap-siap Ditembak Jatuh!

Namun siswa berusia 10 tahun tersebut lebih memilih untuk menyebrangi Danau Batur demi mempersingkat waktu perjalanannya supaya sampai sekolah tepat waktu.

Setiap pagi Agus harus bergegas memakai seragam sekolah dan mengambil tas berisi buku pelajaran dan secepatnya menuju ke tepian danau.

Ia melempar tali tambatan sampan dan melompat masuk ke sampan kecilnya untuk menuju ke seberang danau tersebut.

Dilansir dari Bali.Tribunnews.com(5/9/19), anak pertama dari pasangan Putu Wardana dan Ni Nengah Sudiani ini adalah siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Terunyan.

Baca Juga: Apriyansyah, Napi di Lampung yang Diikat Oknum Sipir di Pohon Palem, Ternyata Penyebabnya Sepele

Setiap hari ia harus mempertaruhkan nyawa dengan melintasi Danau Batur hanya menggunakan sampan kecil tanpa menggunakan pelampung.

Keinginannya hanya satu, ingin menuntut ilmu dengan pergi kesekolah tepat waktu apapun halangannya.

Rutinitas menyeberangi danau untuk menuntut ilmu sudah dilakukan Agus selama dua tahun ini.

Ia tinggal bersama orangtuanya di pondokan Waru, yakni rumah yang terpisah dari permukiman warga lain meski masih berada dalam satu wilayah Banjar Terunyan.

Baca Juga: Kisah Riswanto Hadiyasa, 9 Tahun Mencari Anaknya yang Hilang, Dikira Magang Kerja di Bali Ternyata Dijual Calo ke Perusahaan Kapal

Muhammad Fredey Mercury

Gede Agus Wardika mendayung sampan melintasi Danau Batur menuju ke sekolahnya, Rabu (4/9/2019) pagi

Memang saat masih duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar, ia diantar oleh ayahnya ke sekolah.

Tapi semenjak kelas 2 ia sudah mulai memberanikan diri untuk berangkat kesekolah sendirian dan menggunakan sampan melintasi Danau Batur.

“Kalau berangkat sekolah awal-awalnya diantar bapak. Tapi sejak kelas II SD saya berangkat sendiri,” katanya kepada Bali.Tribunnews.com, Rabu (4/9/2019).

Semangatnya untuk menimba ilmu tak dapat diragukan, bahkan ia rela bangun lebih awal ketimbang teman-temannya seumuran agar dapat sampai ke sekolah tepat waktu.

Baca Juga: Mahasiswa S2 ITB Ditemukan Gantung Diri, Teman Korban Sempat Curiga dengan Tali Terlilit di Kusen Pintunya

Mengingat jarak tempuh rumahnya ke sekolah lumayan jauh.

Sebab untuk menuju ke sekolahnya ia harus 30 menit lebih awal berangkatnya dibanding dengan teman-temannya yang tidak melintasi Danau Batur.

Bila musim penghujan tiba, ia terkadang harus rela untuk absen sekolah sebab akan berbahaya jika ia nekat untuk menyusuri danau dikala hujan turun.

Kadang kala saat ombak danau sedang besar-besarnya, ia juga harus diantar oleh ayahnya sebab sangat berbahaya bila ia nekat menyeberang danau sendirian.

Baca Juga: Niat Beli Sarapan, Pasangan Selingkuh Ini Malah Terciduk Indehoi di Mobil Goyang Oleh Istri Sah

Anak yang bercita-cita jadi guru matematika ini sangat berharap bisa memiliki sampan sendiri.

Sebab sampan yang ia pakai untuk ke sekolah menyusuri Danau Batur tersebut adalah milik keluarga.

Ukuran sampan yang tergolong kecil tersebut hanya bisa dipakai untuk satu orang saja.

Bahkan niatnya untuk berangkat bersama dengan adeknya, Kadek Ervan Sugianto (6) yang sekarang duduk di kelas 1 sekolah dasar tak bisa terlaksana.

Baca Juga: Kepergok Jadi Pebinor, Pemuda Asal Wonogiri Malah Rugi Bandar Hingga Rp 20 Juta Gegara Suami sang Pacar Nuntut Denda

Sebab sampan sekecil itu akan sangat beresiko jika digunakan oleh dua anak kecil sekalipun.

Adeknya diantar jemput oleh sang ayah dengan meminjam sampan tetangga yang lebih besar.

“Adik diantar-jemput bapak, sampannya pinjam milik tetangga,” ujarnya, dikutip Sosok.ID dari Bali.Tribunnews.com.

Kepala SDN 1 Terunyan, I Nyoman Siem, membenarkan bahwa Agus tinggal terpisah dari warga Banjar Terunyan lainnya.

Baca Juga: Diduga Depresi, Mahasiwa S2 ITB Ditemukan Gantung Diri, Polisi Sempat Sulit Evakuasi Karena Pintu Terhalang Jasad

(Tribun Bali/Fredey Mercury)

Kepala Sekolah SDN 1 Terunyan, I Nyoman Siem bersama Gede Agus Wardika saat ditemui Rabu (4/9/2019).

Lokasi tempat tinggal Agus, Pondok Waru berada di belakang Setra Adat yang menjadi objek wisata andalan Desa Terunyan.

“Di pondokan Waru itu hanya terdapat lima KK (kepala keluarga). Sedangkan siswa kami yang bermukim di tempat tersebut, hanya dua orang yakni Agus dan Ervan. Kalau Agus bawa sampan sendiri, sedangkan Ervan diantar dan ditunggui ayahnya sampai pulang,” ungkapnya, dilansir dari Tribun Bali.

Bahkan sang kepala sekolah beserta gurunya memaklumi Agus dan Ervan adiknya kerap terlambat datang ke sekolah.

Agus tergolong siswa berprestasi di sekolahnya, ia mendapatkan peringkat tiga besar saat kenaikan kelas II ke kelas III.

Baca Juga: Ini Sebabnya Australia Tak Akan Berani Intervensi Militer dan Ganggu Kedaulatan Indonesia Atas Papua

Dan mendapat peringkat pertama saat kenaikan kelas dari kelas III ke kelas IV.

Nyoman Siem berharap pemerintah memperhatikan nasib murid-muridnya tersebut.

Ia berharap pemeriintah dapat segera membangun akses jalan yang memadai untuk memudahkan siswa-siswi SDN 1 Terunyan untuk mendapatkan pendidikan dasar yang layak dan aman.

"Kami berharap pemerintah bangun akses jalan yang memadai untuk memudahkan siswa-siswi kami mendapatkan pendidikan dasar,” tandasnya. (*)

Baca Juga: Hidup Digerogoti Penyakit Langka dengan Kulit yang Selalu Melepuh, Kakak Beradik asal Lubukbatang Nangis Sedih: Kami Pengen Punya Teman

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : Tribun Bali

Baca Lainnya