Misi Kina, Kisah Operasi Militer Mendebarkan TNI AU yang Kibuli Otoritas Bandara Filipina

Rabu, 04 September 2019 | 17:08
tribunnews

Misi Kina, Kisah Operasi Militer Mendebarkan TNI AU yang Kibuli Otoritas Bandara Filipina

Sosok.ID - Dilancarkannya Agresi Militer I Belanda pada 21 Juli 1947 bagaikan sambaran petir ditengah kemerdekaan Indonesia yang baru berumur secuil jagung.

Dalam Agresi itu, Belanda sengaja melakukan segala upaya bahwasanya republik Indonesia tidak ada dan kemerdekaannya semu.

Salah satu usahanya ialah melakukan blokade di udara dan laut agar tak ada aktivitas-aktivitas yang membuat dunia tahu jika Indonesia masih eksis.

Hal itu tentu mempersulit tentara Indonesia yang masih seumur jagung untuk mempertahankan kemerdekaan negeri ini.

Baca Juga: Kisruh! Pasukan Hezbollah Lebanon Tembak Mobil Lapis Baja Israel Sampai Meledak dengan Misil Anti Tank

Tak pelak dengan modal berani dan nekat, mau tak mau Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI/TNI AU) harus dapat menembus blokade Belanda berbekal pesawat C 47 Dakota dengan callsign RI-002.

Tujuannya ialah menjual rempah Kina ke Filipina demi mendapatkan dana untuk membiayai perang terhadap Belanda.

Dipilihnya pesawat sebagai moda operasi ini tak lain lantaran blokade Belanda di udara masih 'remang-remang' sehingga kemungkinan lolos lebar.

Misi ini sendiri diinisasi oleh KSAU saat itu Soerjadi Soerjadarma yang ia namai Misi Kina.

Baca Juga: Bongkar Tas Seorang Nenek Pengemis Saat Dirazia, Satpol PP Sragen Kaget dengan Isinya, Keluarga: Terserah Bapak Saja

Ditukil dari buku Doorstoot naar Djokja, KSAU lantas menunjuk Opsir Muda III Petit Muharto sebagai pimpinan misi Kina yang bakal dilaksanakan Juni 1947.

Uniknya dalam misi kali ini, pesawat RI-002 akan dipiloti oleh mantan pilot AL AS yang bekerja di Commercial Air Lines Incorporated, Bob Freeberg.

Benar saja, blokade Belanda masih minim di udara sehingga RI-002 lenggang kangkung menuju Filipina.

Namun masalah belum selesai sampai situ.

Justru para awak pesawat was-was lantaran callsign 'RI' belum diakui dunia penerbangan internasional lantaran Indonesia saat itu juga belum diakui keberadaannya di dunia.

Baca Juga: Kisah Carmi, TKW yang 31 Tahun Menghilang, Ditemukan Sudah Tak Bisa Berbahasa Indonesia Hingga Lupa Wajah Kedua Orang Tua

Untung pesawat dapat mendarat mulus di bandara Makati, Fliipina, Juni 1947.

Baru saat di darat masalah lain muncul.

Otoritas Filipina kemudian memanggil Bob Freeberg karena ia terbang menggunakan pesawat 'asing' yang belum diakui secara internasional.

Bob dicecar pertanyaan mengenai kelengkapan dan izin penerbangannya.

Hingga satu pertanyaan yang membuatnya bingung tak bisa menjawab ketika Bob ditanyai siapa co-pilotnya.

Baca Juga: Penyebab Banyak nya Kecelakaan Maut yang Terjadi di KM 90 Tol Cipularang, Polisi Sebut Adanya Blackspot

Sesuai aturan penerbangan internasional bahwasanya sebuah pesawat harus ada pilot dan co pilotnya.

Jelas saja tak ada co-pilotnya! lha wong dia sendiri yang menyetiri pesawat, pikir Bob.

Dalam kebingungan, pimpinan misi Petit Muharto langsung 'ngacung' jika dirinyalah co pilot pesawat.

Hal ini membuat otoritas Filipina tak langsung percaya, mereka kemudian menanyai dan menyuruh Muharto menunjukkan identitasnya sebagai penerbang.

Sekarang giliran Muharto yang bingung, bisa runyam jika ia ketahuan bohong dan misi gagal.

Muharto hanya bisa melakukan satu hal, yakni menunjukkan kartu anggota AURI miliknya.

Baca Juga: Hanya Seukuran Peti Mati, Indekos Sleep Box Viral di Jakarta Akhirnya Ditutup Pemprov Gegara Dianggap Tak Manusiawi

Untung otoritas Filipina tak paham bahasa Indonesia, lantaran di kartu anggota AURI tertulis 'Muharto, Opsir Udara III' dan mereka percaya saja jika Muharto seorang penerbang!

Usai mengkibuli otoritas Filipina itu Muharto dkk langsung mencari pembeli rempah Kina yang mereka bawa.

Misi itu juga mendapat tuntutan Konjen Belanda agar tak ada yang mau membeli Kina Indonesia tersebut.

Namun semuanya dapat dilewati oleh Muharto dan anggota misi Kina.

September 1947, Muharto beserta tim kembali ke Indonesia.

Agresi Militer 1 Belanda sudah dilancarkan ketika pesawat RI-002 kembali ke Indonesia.

Mereka mendarat di bandara Maguwo dengan selamat membawa dana dan seorang kapten AD Filipina Ignacio 'Igning' Espina yang diperbantukan untuk melatih para gerilyawan demi menghadapai Belanda. (Seto Aji/Sosok.ID)

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber Doorstoot naar Djokja