Sosok.ID - Setiap daerah di dunia pasti mempunyai kebudayaan atau kepercayaan.
Tinggal sesama manusianya saja yang harus saling menghormati beragam kepercayaan itu.
Mengutip BBC via Intisari, Senin (12/8/2019) orang-orang Anga yang bermukim di Distrik Aseki, Papua Nugini, masih belum terjamah modernisasi.
Kawasan tempat tinggal orang-orang Anga bahkan sering tertutup kabut.
Baca Juga: Polisi Beberkan Fakta Sebenarnya Kronologi 4 Pemuda yang Diduga Kencingi Bendera Merah Putih
Mereka percaya jika kabut tersebut merupakan roh-roh para leluhur.
Hal itu dianggap wajar oleh orang-orang Anga karena mereka mempunyai ritual Aseki, yakni mengawetkan mayat leluhur.
Orang Anga mulai mengawetkan kematian seseorang di wilayahnya dengan tanah agar jasadnya tidak membusuk.
Proses pengawetan ini dilakukan dengan cara tradisional, yakni mengolesi tubuh jenazah dengan tanah merah.
Usai itu jenazah dipajang pada semacam balai-balai.
Seiring berjalannya waktu, jenazah yang diawetkan ini mengeluarkan aroma khas.
Nah, orang-orang Anga biasanya akan menghisap aroma jenazah ini.
Praktik menghisap ini dikenal dengan istilah "roh haus" dan kemudian jenazah ditempatkan ke atas tebing.
Jenazah-jenazah itu dijejerkan rapi dan sengaja diposekan sedemikan rupa.
Namun penampilan jenazah bisa dibilang menyeramkan.
Baca Juga: Begini Alasan Pemerintah DKI Jakarta Berikan Daging Olahan untuk Masyarakat, Agar Lebih Tahan Lama
Wajar saja lantaran mayat dilumuri tanah merah seakan seperti masih hidup.
Ada pula tumpukan tulang belulang manusia diantara jenazah-jenazah yang masih 'duduk' diatasnya.
Seorang pemuka agama orang-orang Anga, Loland mengatakan jika pengawetan mayat ini sudah dilakukan semenjak Perang Dunia I.(*)