Proklamasi 17 Agustus 1945, Saat Para Pemuda Datang Telat dan Mendesak Soekarno untuk Mengulangi Upacara Kemerdekaan

Kamis, 08 Agustus 2019 | 14:55
Wikipedia

Soekarno saat membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Sosok.ID - Upacara bendera setiap hari Senin wajib hukumnya bagi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia.

Para siswa tidak boleh datang terlambat karena tepat pada hari Senin jam 7 pagi upacara bendera akan dimulai.

Jika siswa datang terlambat siap-siap ada hukuman menanti.

Namun bukan hanya siswa masa kini yang datang terlambat saat upacara bendera.

Baca Juga: Gegara Punya Wajah yang Mirip dengan Brad Pitt, Tukang Bangunan Berusia 33 Tahun Mendadak Jadi Viral di Media Sosial

Mengutip Asvi Warman Adam : Determinasi Soekarno Memilih Hari Proklamasi yang diterbitkan oleh Majalah Intisari No.635 Agustus 2015, faktanya pada upacara bendera pertama kali alias pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, ada peserta upacara datang telat.

Semuanya bermula pada malam tanggal 16 Agustus 1945.

Saat itu Soekarno-Hatta baru saja tiba di Jakarta usai diamankan oleh para pemuda di Rengasdengklok.

Usai tiba di Jakarta, Hatta meminta Soebardjo mengontak Hotel Des Indes untuk mengadakan rapat PPKI di sana.

Baca Juga: Sepotong Kisah Cinta Mantan Menteri Cosmas Batubara yang 53 Tahun Setia Simpan Foto sang Istri di Dalam Dompetnya: 'Untuk Abang Tersayang'

Namun sayang jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB dan hotel sudah tutup.

Soebardjo lantas menelpon Laksamana Maeda dan mengutarakan niatan meminjam rumahnya untuk mengadakan rapat persiapan kemerdekaan Indonesia.

Maeda mengiyakan permintaan Soebardjo.

Maka Soekarno, Hatta, Soebardjo, Sukarni dan Sayuti Melik segera meluncur ke rumah Maeda yang kini beralamat di Jl.Imam Bonjol No.1 Jakarta.

Setibanya di rumah Maeda, mereka mendapati ada beberapa orang Jepang di sana.

Baca Juga: Dijadikan Taruhan Sampai Diperkosa Bergantian, Seorang Istri Tetap Memaafkan Suaminya dan Sempat Bersedia Tak Lapor Polisi

Namun orang-orang Jepang itu tak mencampuri perumusan proklamasi.

Baik Soekarno, Hatta, Soebardjo, Sukarni dan Sayuti Melik merumuskan naskah proklamasi.

Kemudian mereka keluar ruangan dan menyampaikan kepada 50 pemuda yang hadir mengenai naskah proklamasi yang masih dalam bentuk tulisan tangan.

Namun para pemuda tak setuju semua anggota PPKI menandatangani naskah tersebut.

Hal ini lantaran PPKI dianggap sebagai bentukan Jepang.

Akhirnya Sukarni mengusulkan yang menandatangani naskah tersebut Soekarno-Hatta saja atas nama bangsa Indonesia.

Semua lantas setuju akan hal itu dan Sayuti Melik langsung mengetik naskah proklamasi.

Keesokannya tanggal 17 Agustus 1945 pukul 09.58 WIB diumumkanlah proklamasi kemerdekaan Indonesia di rumah Bung Karno di jalan Pegangsaan Timur 56 disertai upacara bendera.

Pada siang hari saat itu juga ada sekelompok pemuda mendatangi rumah Bung Karno.

Mereka mendesak Bung Karno agar mengulangi upacara kemerdekaan karena para pemuda itu tidak sempat hadir alias telat tadi pagi.

Bung Karno menolak permintaan mereka.

Si Bung Besar kemudian tegas mengatakan proklamasi itu hanya sekali dan untuk selamanya bagi bangsa Indonesia. (Seto Aji/Sosok.ID)

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Majalah Intisari

Baca Lainnya