Con Queen of Hollywood, Si Pembuat Heboh Peluang Jadi Artis di Indonesia, Banyak Orang AS Tertipu

Rabu, 24 Juli 2019 | 17:27
Tangkapan Layar Potret Agen FBI | newsgru.com

Heboh Peluang Jadi Artis di Indonesia, Banyak Orang AS Tertipu

Sosok.ID- Seseorang yang mengaku sebagai agen pencari artis baru melakukan panggilan telepon, mengirim pesan teks atau membuat konsep email yang menawarkan pekerjaan menarik di sisi lain dunia.

Beberapa profesi industri hiburan menjadi sasaran seperti fotografer, penulis, pemeran pengganti, penata rias, dan lainnya.

Hingga akhirnya ada yang tertipu.

Mereka yang tertipu mengirimkan uang sebagai biaya untuk terbang ke Indonesia

Mereka menghabiskan ribuan dolar sebagai uang muka.

Uang tersebut katanya untuk penerbangan, akomodasi, dan layanan lainnya di Indonesia.

Baca Juga: The Devil's Breath, Jenis Bahan Narkoba Paling Mematikan di Dunia, Ternyata Berasal dari Indonesia

Banyak yang sudah tertipu dan transfer sejumlah uang karena mereka yakin uang tersebut akan diganti.

Namun kenyataannya mereka tidak pernah melihat uang mereka lagi.

F.B.I. mengeluarkan peringatan pada Senin (15/7/19), mengatakan sedang mencari pelaku dalam kasus ini.

The Hollywood Reporter, yang pertama kali menyampaikan berita tahun lalu, menyebut pelaku yang tidak dikenal sebagai "Con Queen of Hollywood". Menurut Newyorktimes.com, beberapa eksekutif terkenal telah ditiru, termasuk Kathleen Kennedy, the Lucasfilm Presiden; Victoria Alonso, seorang eksekutif Marvel; Amy Pascal, mantan ketua Sony Pictures; Wendi Deng Murdoch, pengusaha dan produser film; dan Sarah Finn, seorang sutradara.

Baca Juga: Senyum Bahagia Mbah Sogirah, Lansia 74 Tahun yang Berhasil Lulus Sekolah Sampai Acara Wisudanya Dihadiri Delegasi Asing

Todd Hemmen, asisten agen khusus yang bertanggung jawab di kantor FBI di San Diego, tempat investigasi pusat, mengatakan calon korban perlu berhati-hati tentang penawaran yang melibatkan perjalanan ke Indonesia.

Satu-satunya negara yang telah menjadi tujuan sejauh ini.

Permintaan uang di muka adalah pengaturan yang biasa dengan embel-embel agar cepat menaikkan nama mereka di industri hiburan.

Tambahnya, sehingga sangat penting untuk memverifikasi terlebih dahulu tentang agen pencari bakat tersebut.

“Para penipu itu tampaknya melakukan pekerjaan yang sangat teliti baik dengan memeriksa latar belakang identitas fiktif mereka, sehingga mengetahui banyak tentang individu yang mereka wakili, dan juga pekerjaan menyeluruh dalam memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang yang ditipu korban, "kata Mr Hemmen dalam sebuah wawancara dengan The New York Times.

Baca Juga: Jumlah Janda Muda di Kabupaten Gresik Tembus Angka 927 Jiwa, Pemerintah Sebut Rata-rata Berusia 22 Tahun

“Harap diperhatikan bahwa ini adalah penipuan yang sedang berlangsung, dan orang-orang yang memiliki rencana untuk bepergian ke Indonesia untuk mendapatkan kesempatan kerja di industri hiburan harus melakukan penelitian tambahan dan melanjutkan dengan hati-hati,” kata FBI dalam rilis berita pada hari Senin.

Agensi memiliki formulir online untuk orang-orang yang berpikir mereka mungkin menjadi korban penipuan ini hingga 2013.

Nicoletta Kotsianas, direktur senior K2 Intelligence, sebuah perusahaan investigasi dengan kantor pusat di New York, mengatakan dalam sebuah wawancara pada Senin (15/7/19) bahwa perusahaannya percaya bahwa tawaran penipuan sedang dilakukan oleh seorang individu.

K2 telah menyelidiki kasus ini sejak 2017 atas nama beberapa eksekutif industri yang mengatakan mereka telah ditiru.

Adapun individu-individu yang ditipu, jika mereka mencari pekerjaan dan memiliki informasi kontak yang tersedia secara online, mereka dapat dengan mudah ditemukan oleh para penjahat, kata Ms. Kotsianas.

Sedangkan F.B.I. tidak akan memberikan perkiraan berapa banyak orang yang telah ditipu atau berapa banyak uang yang telah mereka hilangkan.

Baca Juga: Sosok Kontroversial Boris Johnson, Perdana Menteri Baru yang Berjanji Akan Bawa Inggris Keluar Uni Eropa

Kotsianas mengatakan K2 telah berbicara kepada sekitar 100 korban. Beberapa telah kehilangan sekitar 3 ribu dolar AS atau sekitar Rp 42 juta.

Dana tersebut untuk tiket pesawat dan akomodasi saat berada di Indonesia, katanya.

Dalam kasus lain, kerugian telah mencapai 150 ribu dolar AS atau sekitar Rp 2 Miliar bagi mereka yang melakukan beberapa perjalanan ke Indonesia dan percaya bahwa mereka sangat terlibat dalam proyek-proyek yang kemudian terbukti tidak ada.

Rata-rata, ia menambahkan, para korban yang ia kenal kehilangan 15 ribu hingga 20 ribu dolar AS atau sekitar Rp 280 juta.

"Jika hal-hal seperti itu terjadi, jelas itu harus menjadi bendera merah," tambahnya.

Melakukan beberapa kroscek terhadap identitas agen pencari bakat lebih dulu adalah cara mencegah mencegah terjebak dalam penipuan tersebut, Kotsianas menambahkan.

"Untuk setiap orang yang kami dengar dari siapa yang pergi ke Indonesia," katanya,

"ada 20 yang mendapat telepon." ujarnya.

(*)

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber : newyorktime.com

Baca Lainnya