Sosok Kontroversial Boris Johnson, Perdana Menteri Baru yang Berjanji Akan Bawa Inggris Keluar Uni Eropa

Rabu, 24 Juli 2019 | 13:17
Daily Mirror

Boris Johnson, Perdana Menteri Baru Inggris

Sosok.id - Mantan Wali Kota London, Boris Johnson terpilih sebagai perdana menteri Inggris.

Mantan Menteri Luar Negeri Inggris itu mengalahkan lawannya, Menteri Luar Negeri Jeremy Hunt.

Ia menang telak 66.4 persen di pemilihan internal Ketua Partai Konservatif.

Dilansir dari BBC via Kompas.com, Johnson berjanji akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit), Selasa (23/7/2019) saat pidato kemenangannya.

"Kita akan memberi energi negara ini, kita akan memastikan Brexit beres pada tanggal 31 Oktober," ujarnya dengan semangat yang membara.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kerap disamakan dengannya turut memberikan ucapan selamat.

Baca Juga: Sosok Pangeran Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed yang Kunjungi Indonesia, Nama Panjangnya Bikin Puyeng Kepala

"Selamat kepada Boris Johnson yang terpilih sebagai Perdana Menteri baru Inggris. Dia akan sukses," ujarnya.

Siapakah sosok Boris Johnson ini?

Berikut adalah beberapa fakta tentang sosok kontroversial yang sering disamakan dengan Trump ini.

Profil Boris Johnson

Boris Johnson lahir di New York, Amerika Serikat.

Tepatnya pada 19 Juni 1964.

Baca Juga: Kisah Yusuf Maulana, Anak Tukang Ojek yang Berhasil Lulus Akmil Sampai Tak Sempat Menghadiri Pemakaman sang Ibu Tercinta

Pria bernama asli Alexander Boris de Pfeffel Johnson itu lahir di keluarga keturunan bangsawan.

Tepatnya keturunan Raja George II yang bertahta di kerajaan Inggris pada abad ke-18.

Nama Boris sendiri diberikan oleh sang ayah dari seorang imigran Rusia yang merupakan kenalannya.

Ayahnya sendiri pernah menjabat sebagai anggota parlemen Uni Eropa yang mewakili Inggris.

Semasa sekolah ia dikirim ke Eton, sekolah privat paling bagus di Inggris.

Seluruh anggota keluarga dan aristokrat kerajaan Inggris mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut.

Eton telah mencetak 19 Perdana Menteri di Negri Ratu Elizabeth itu.

Baca Juga: Kisah M, Anak Penderita HIV/AIDS yang Mendapat Diskriminasi dari Masyarakat

Kemudian ia melanjutkan pendidikan di universitas yang tak kalah ternama, yaitu Oxford.

Dari sanalah ia bertemu dengan mantan perdana menteri David Cameron dan menjalin persahabatan.

Semasa kuliah, ia dikenal sebagai sosok yang populer walaupun terkesan berantakan.

Ia bahkan terpilih sebagai Presiden Persatuan Mahasiswa Oxford di tahun 1986.

Mantan Jurnalis

Sebelum memutuskan untuk berkarir di dunia politik, Boris mengawalinya dengan menjadi seorang jurnalis.

Ia mengawali karir sebagai jurnalis di harian The Times.

Baca Juga: Kisah Budak Seks ISIS, Dijual di Pasar Ternak Hingga Tak Sengaja Makan Bayinya Sendiri

Tetapi ia dipecat setelah ketahuan merekayasa kutipan untuk tulisannya.

Kemudian ia pergi ke The Daily Telegraph dan berhasil meningkatkan karirnya.

Hingga akhirnya ia berhasil menjabat sebagai koresponden Uni Eropa di Brussels, Belgia pada 1989.

Berkat pegalaman selama 5 tahun di Brussels, ia menjadi pribadi kritis, terutama terhadap Uni Eropa.

Ia juga sering dihujat karena sering menuliskan fakta-fakta yang diragukan kebenarannya.

Selain itu, ia juga dinilai rasis, walaupun ia selalu menyangkal dengan membawa silsilah keluarganya yang berasal dari berbagai ras.

Pria yang gemar bersepeda ini sudah terkenal sebagai sosok pemimpin yang kontra dengan Uni Eropa.

Baca Juga: 4 Fakta Mahershala Ali, Mantan Pemain Basket Yang Bakal Jadi Superhero Pembasmi Vampir

Terjun ke dunia politik

Karir Johnson di dunia politik dimulai tahun 1997.

Saat itu ia mencalonkan diri sebagai anggota parlemen untuk distrik Clwyd South.

Walaupun ia kalah dari calon Partai buruh, namanya mulai diperhitungkan.

Sementara menyiapkan diri untuk pemilu berikutnya, Johnson kembali menggeluti dunia jurnalistik di tahun 1999.

Ia menjadi editor utama di majalah mingguan The Spectator.

Dua tahun kemudian ia terpilih sebagai anggota parlemen dari distrik Heney.

Selama menjabat, ia memiliki rekor kehadiran yang rendah.

Tapi ia dipercaya memegang sejumlah posisi seperti Wakil Ketua Umum Partai, Menteri Bayangan Kebudayaan, serta Menteri Bayangan Pendidikan Tinggi.

Namun kemudian ia dilengserkan karena skandal perselingkuhanya terkuak.

Pada 2008 ia terpiih sebagai Wali Kota London.

Baca Juga: Kisah Tim Pendawa I, Satuan Pemburu TNI yang Secara Senyap Kuntit Pentolan OPM Tanpa Disadari Musuh

Berkat posisinya tersebut, ia dikenal di ranah politik nasional.

Dia juga yang memimpin London saat menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2012.

Gaya kepemimpinannya sering dibandingkan dengan Donald Trump.

Ia memiliki kesan yang tidak serius, membingungkan, berantakan, dan tanpa arah.

Namun terlhat kharismatik dan humoris.

Selain itu, gaya rambutnya juga acak-acakan.

Gaya berpakaiannya pun juga tidak rapi, dan juga ia sering terlambat saat menghadiri sebuah acara.

Baca Juga: Akhmad Mundholin, Anak Panti yang Kini Sukses Jadi Dirut Sebuah Bank, Semasa Sekolah Harus Menempuh Jarak 7 Km Berjalan Kaki

Ambisi Johnson Terhadap Brexit

Johnson kembali ke dunia parlemen Inggris pada tahun 2015 mewakili distrik Uxbridge dan Ruislip Selatan.

Kemudian ia membuat kampanye "Leave" pada referendum Brexit atau keanggotaan Inggris di Uni Eropa pada 2016.

Ia menjabarkan kerugian yang diderita Inggris jika memilih bertahan dengan Uni Eropa.

Namun kampanye tersebut justru mendapat kritikan dari rekan partainya dan Cameron.

Pasalnya pernyataannya tersebut dinilai oportunis, tidsak benar, dan membohongi warga Inggris.

Puncaknya adalah dalam referendum dari rakyat Inggris yang memilih meninggalkan Uni Eropa.

Cameron juga mengundurkan diri sehingga Johnson menjadi Kandidat terkuat untuk menggantikannya.

Baca Juga: Netanyahu, Perdana Menteri Israel yang Pecahkan Rekor Pemegang Jabatan Terlama dan Perdana Menteri Termuda

Namun ia memutuskan untuk tidak mencalonkan diri karena dikhianati oleh Michael Gove, mantan sekutunya yang maju dalam pemilihan.

Johnson kemudian ditunjuk oleh Theresa May sebagai Menteri Luar Negeri.

Namun ia mengundurkan diri pada Juli 2018, atau setelah dua tahun menjabat.

Hal itu disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat dengan May mengenai masalah Brexit.

Menurut May kesepakatan itu terlalu lemah.

Namun, tahun ini, akhirnya Johnson berhasil Perdana Menteri Inggris.

Dan rakyat Inggris akan menagih janjinya yang akan membawa keluar Inggris dari Uni Eropa pada 31 Oktober nanti.

Namun tidak sedikit rakyat Inggris yang khawatir terhadap kepemimpinan dari sosok krontroversial tersebut.

Baca Juga: Arswendo Atmowiloto, Mantan Pemungut Bola Tenis yang Namanya Besar Sebagai Sastrawan dengan Segudang Penghargaan

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : Kompas.com, BBC

Baca Lainnya