Gridhot.ID - Jika mengeja kata kiamat maka manusia amat getol membicarakannya.
Namun, ada yang percaya ada yang tidak akan kejadian Hari Akhir.
Setidaknya Bumi pernah dibuat was-was akan kiamat dengan berakhirnya kalender Suku Maya dari Semenanjung Yucatan yang menulisHari Akhir akan terjadi pada tahun 2012 silam.
Tapi toh sekarang nyatanya bumi masih saja berotasi, bulan juga masih mengelilinginya.
Baca Juga: Cari Nafkah Halal Jadi Kuli, Rafdi Anak Wakil Walikota Tidore Malah Dicemooh Teman-temannya
Terlepas dari 'Hoax' kalender Suku Maya, nyatanya dunia memang pernah terancam akan kiamat pada 30 Juni 1908.
Mengutip Earth Sky, Rabu (10/7/2019) pada tahun itu di Desa Kezhemskoe, Tunguska, Siberia, Rusia, pukul 07.43 pagi, suasana damai pedesaan menjadi mencekam seketika.
Warga desa awalnya mendengar gemuruh angin besar, lalu disusul dentuman menggelegar sampai tiga kali.
Dentuman tersebut sampai mengguncang bangunan dan menggerakkan tanah.
Baca Juga: Kisah Arie Adrianus Anak Suzanna yang Begitu Tampan Tapi Bernasib Tragis
Belum selesai sampai situ, usai kejadian diatas masih terdengar pula suara layaknya tembakan meriam, berkali-kali.
Warga desa Kezhemskoe bingung dengan apa yang terjadi, kepala mereka spontan melihat ke langit dan mendapati segurat awan pucat di cakrawala.
Bukan hanya warga desa yang ingin tahu ada apa ini, pemerintah Rusia bahkan langsung bergegas menuju tkp untuk melihat ada gerangan apa.
Ketika aparat Rusia sampai di lokasi, mereka melongo melihat hutan sekitar sungai Podkamennaya terbakar, rata dan hancur!
Ilmuwan dan para astronom kemudian sepakat setelah mengecek ke lokasi kejadian bahwa ini disebabkan oleh meteor yang nyaris menubruk bumi.
Keterbatasan teknologi pada waktu itu membuat apa dan bagaimana meteor tersebut melabrak bumi masih suram.
Baru pada tahun 2008 lalu, badan antariksa Amerika Serikat NASA membuat artikel ilmiah mengenai Kejadian Tunguska ini.
NASA menyebut jika ledakan ditaksir dari sebuah asteroid yang memasuki atmosfer bumi.
Kecepatan asteroid itu sendiri mencapai 33.500 mil per jam.
Saat menuju bumi tersebut, asteroid seberat 22 miliar kilogram memancarkan hawa amat panas ke sekelilingnya mencapai 24.705 derajat celcius.
Lantas di ketinggian 8,5 km sebelum menubruk bumi, asteroid tersebut pecah dan menghamburkan berbagai material ke hutan Tunguska.
Dari ketinggian tersebut, 2.000 km persegi hutan rata dengan tanah. Bandingkan saja dengan luas Jakarta yang hanya 661,5 km persegi.
Lantas bagaimana jika asteroid itu menghantam bumi? NASA : "nasib manusia akan seperti Dinosaurus". (Seto Aji/Sosok.id)