Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tak Ada Angin Tak Ada Hujan Militer Filipina Bersiap Hadang Serangan China di Laut China Selatan, Menlu AS Antony Blinken Siap Kirimkan Militer AS Kapan Saja

May N - Minggu, 07 Agustus 2022 | 10:42
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Istana Malacanang di Filipina untuk bertemu dengan Ferdinand Marcos Jr. pada 6 Agustus 2022
CNN

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Istana Malacanang di Filipina untuk bertemu dengan Ferdinand Marcos Jr. pada 6 Agustus 2022

Sosok.ID -Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken memastikan kepada Filipina pada Sabtu kemarin bahwa AS akan membantu mempertahankan kedaulatan negaratetangga itu di Laut China Selatan.

Pernyataannya lahir dalam upaya menghilangkan kekhawatiran mengenai sejauh mana komitmen AS atas perjanjian pertahanan bersama.

Dalam pertemuan di Manila yang didominasi dengan diskusi terkait ketegangan AS dan China atas kunjungan ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan, Blinken mengatakan perjanjian pertahanan berumur 70 tahun antara AS dan Filipina "sangatlah kuat."

"Sebuah serangan bersenjata pada pasukan bersenjata Filipina, kendaraan umum, dan alutsista mereka akan mengaktifkan komitmen pertahanan setara AS di bawah kesepakatan ini," ujar Blinken dalam sebuah konferensi berita dilansir dari CNN.

"Filipina adalah teman, mitra, dan sekutu bagi AS yang tidak tergantikan."

Blinken sendiri adalah pejabat paling senior AS yang bertemu dengan presiden baru Filipina, Presiden Ferdinand Marcos Jr, anak dari diktator Filipina yang dibantu Washington melarikan diri ke pengasingan di Hawaii di tahun 1986.

Saat itu, kudeta bergejolak membuat kekuasaannya yang sudah berlangsung selama dua puluh tahun berakhir.

Dalam sambutannya kepada Blinken, Marcos yakin jika perjalanan Pelosi ke Taiwan tidak akan meningkatkan intensitas situasi yang sudah rentan.

"Kami sudah berada di tingkat takut itu sementara waktu, tapi kami sudah mulai terbiasa akan itu," ujar Marcos.

Filipina, seperti halnya negara ASEAN lain, adalah titik kunci perseteruan geopolitik AS dan China, dan Marcos menghadapi tantangan rumit menyeimbangkan hubungan dengan dua negara adidaya tersebut.

Marcos juga menghadapi tekanan dari rakyatnya untuk membela kedaulatan di Laut China Selatan, tanpa harus merusak kepemimpinannya.

Hubungan AS-Filipina sempat digoncang oleh pendahulu Marcos, Rodrigo Duterte, yang lebih condong kepada China.

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x