"Yang paling mengesankan adalah bisa melihat kehidupan warga di sana secara langsung dengan mata dan kepala saya sendiri. Itu merupakan daya tarik tersendiri," ujar Haris.
Haris lantas menceritakan sisi lain Korea Utara yang jarang diketahui.
Tak seeprti negara-negara lain di dunia, kemacetan tak pernah terlihat di berbagai sudut Korea Utara.
Selain itu, ketika Haris berkunjung ke kota kecil yang bernama Kaesong, bebas dari kemiskinan dan kegiatan mengemis.
"Tour guide kita bilang kalau di Korea Utara ada warga yang tidak punya pekerjaan, dikasih pekerjaan dan diberikan subsidi buat keperluannya sehari-hari," lanjut Haris.
Soal penjagaan, Haris menyebut bahwa di Kota Pyongyang tak dijaga dengan ketat.
Namun, kondisi berbeda justru tampak di Desa Panmunjom yang terletak di zona demilitarisasi (DMZ) dan berbatasan langsung dengan Korea Selatan.
"Banyak tentara di sana yang mengawasi, kita ke sana dikawal oleh tentara," beber Haris.
Selama berada di Korea Utara, Haris menyebut para turis harus mematuhi sang pemandu wisata.
Sang pemandu wisata juga akan memberi tahu apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
"Misalkan kalau foto-foto, mana yang boleh difoto dan mana yang tidak. Dan kalau mau foto pemimpin dan leluhur di sana harus full tidak boleh kepotong."