Sosok.ID – Mengeringnya kilang-kilang minyak di wilayah Timor Leste kini jadi sorotan karena berimbas besar bagi negara tetangga Indonesia tersebut.
Bagaimana tidak, negara tersebut memang diketahui dalam hal penyelenggaraan pemerintahannya memang menggantungkan dari hasil tambang minyak
Kini setelah beberapa kilang minyak mengering Timor Leste terpaksa berbagi dengan negara lain demi bisa bertahan bisa bertahan sebagai sebuah negara.
Diketahui ada tiga sumur eksplorasi di darat Timor Leste akan dibor oleh salah satu Perusahaan Australia bernama Timor Resources.
Otomatis hasil dari kilang minyak tersebut tak seluruhnya bakal diterima oleh pemerintah Timor Leste, tetapi dibagi dua.
Ketiga sumur yang akan dibor tersebut sebagai bagian dari kampanye back-to-back yang dimulai akhir Oktober.
Ternyata diketahui, Timor Resources pernah membuat tambang minyak di salah satu daratan di Timor Leste lebih dari 50 tahun lalu.
Namun demikian ternyata perkembangan tambang minyak di Timor Leste memang diketahui tak begitu mulus lantaran ada berbagai kendala.
“Masalah geopolitik dan kerusuhan sipil telah menghalangi kegiatan eksplorasi sampai sekarang,” Suellen Osborne, kepala eksekutif Timor Resources, bagian dari perusahaan manufaktur dan rekayasa terdiversifikasi Nepean Group, mengatakan kepada Energy Voice.
Menurut Osborne, sumber pertama bernama Karau (pemerintah Timor Leste menyebutnya Feto Kmaus) dan disemprotkan pada 27 Oktober 2021.
Melansir dari Intisari-Online, total kedalaman yang direncanakan adalah 1050 meter, dengan pengeboran memakan waktu 17 hari, yang hasilnya akan diketahui dengan cepat.
Tak sampai di situ saja, Timor Resources menerima kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) oleh regulator Timor Lorosa’e ANPM pada Juni 2017.
Tambang ini dioperasikan oleh mitra usaha patungan TimorGap yang merupakan perusahaan minyak nasional bersama Timor Resources yang mengoperasikan PSC.
Survei seismik di seluruh areal tersebut telah dilakukan dua kali dan selesaikan pada tahun 2018 dan 2019.
“Pengeboran adalah waktu yang sangat menyenangkan bagi bangsa karena ada harapan tinggi bahwa ini akan menjadi kampanye yang sukses,” jelas Osborne.
“Prospektifikasi daratan Timor Leste telah lama dibahas tetapi masih belum tergali. Sumur terakhir dibor di tanah itu pada tahun 1972, dan itulah penemuan di areal ini,” kata Osborne.
Secara historis, empat sumur telah dibor di wilayah kontrak perusahaan TL-OT-17-08.
“Tahun 1969 sampai 1972 ada penemuan minyak tapi diboar tanpa seismik. Mereka dibor berdasarkan rembesan minyak di permukaan dan bukan pada strukturnya,” tambah Osborne.
Meski nekat dilakukan eksplorasi oleh perusahaan minyak, menurut Timur Resources sumur eksplorasi Karau memiliki peluang keberhasilan geologis sebesar 26%.
Pengeboran kala itu dilakukan setelah kampanye seismik 2D yang selesai pada tahun 2019 dilanjutkan oleh sumur kedua dan ketiga yang akan dibor sebagai bagian dari kampanye back-to-back.
Sumur kedua dimulai pada 21 November dan sumur ketiga akan dibor pada minggu pertama pada minggu pertama Februari 2022, jelas Osborne.
Kepada Energy Voice, Osborne menuturkan bahwa bakal berhasil atau gagal di dua sumur pertama, Timor Resources tetap berkomitmen untuk menyelesaikan ketiga sumur tersebut.
Dibalik kerjasama tersebut, TimorGap diwajibkan untuk memberikan kontribusi modal untuk semua bagian lain dari program eksplorasi.
Walaupun belum diketahui akan berhasil atau tidak tapi kerjasama ini disebut bakal menguntungkan Timor Leste.
Namun semuanya sangat bergantung pada pendapatan dari minyak dan gas.
Para alhi pun mengungkap bahwa masih ada jalan panjang sebelum penemuan dan potensi produksi komersial terbukti di darat Timor Lorosa’e, jika pernah.
Jika perusahaan Timor Resources dapat menemukannya, maka secara komersial memproduksi 31 juta barel minyak dari ladang Karau, yang akan menghasilkan total pendapatan penjualan sebesar $1,86 miliar berdasarkan penjualan minyak rata-rata $60 per barel.
Pendapatan tersebut belum termasuk dalam biaya pengembangan dan produksi. (*)