Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Tak Puas dengan Light Fregat Martadinata Class, Indonesia Mau Kapal Perang yang Lebih Besar

Seto Ajinugroho - Rabu, 09 Juni 2021 | 16:40
KRI Martadinata
Kompas.com

KRI Martadinata

"Tentu saja, dengan anggaran yang sama, lebih banyak OPV yang lebih kecil dapat diperoleh. Namun, saya menduga beberapa alasan di balik pencarian untuk kelas Iver Huitfeldt," ujar Collin seperti dikutip dari Naval News.

"Dan menambahkan bahwa Iver Huitfeldt juga lebih besar, dan mewakili desain yang sepenuhnya baru yang harus ditangani oleh PT PAL. Dengan transfer teknologi yang tepat di bawah bimbingan rekan-rekan mereka dari Denmark, dan tentu saja dengan komitmen Jakarta terhadap program ini, adalah mungkin bagi PT PAL untuk mengatasi masalah awal dari kurva pembelajaran dan secara bertahap menjadi mampu membangun kapal secara mandiri."

"Kita bisa mengambil contoh dari kolaborasi PT PAL dengan DSME dalam pembangunan lisensi kapal selam. Ada cegukan awal, terutama karena transfer teknologi, tetapi ini kemudian diatasi dan Indonesia akhirnya berhasil membangun kapal selam kelas Nagapasa ketiga , dan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang membangun kapal selam secara lokal," tambah Collin.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Kapal Perang Kecil China Lintasi Laut Sulawesi, Disebut-sebut Salah Satu Strategi Perang Baru Rebut Pulau-pulau Kecil, Targetkan Indonesia?

Collin juga mengungkapkan jika Indonesia sedang merancang taktik jitu untuk menandingi kekuatan PLA Navy di Natuna Utara nantinya.

"Namun, saya menduga beberapa alasan di balik pencarian untuk kelas Iver Huitfeldt."

Yang pertama adalah "bahwa orang Indonesia sedang melihat pembuatan kapal perang yang lebih besar di luar PKR yang didasarkan pada kelas SIGMA, yang diklasifikasikan sebagai fregat ringan."

Yang kedua adalah "konsep modular misi unik yang ditawarkan untuk desain Denmark, yang dapat diminati oleh orang Indonesia untuk kapal perang masa depan."

Tampaknya orang Indonesia tertarik pada kesamaan antara angkatan laut dan BAKAMLA, yang dapat dimungkinkan dengan konsep modular yang kuat.

Yang ketiga, "saya yakin perlu ditinjau secara serius, adalah apakah orang Indonesia mungkin tidak begitu puas dengan program PKR, dan apakah ini ada hubungannya dengan hubungan pembuat kapal lokal dengan Damen. Sekali lagi, poin ini perlu dieksplorasi."

Namun masalah anggaran selalu mengganjal hal ini yang kemudian bisa berubah menjadi sebuah rencana belaka.(Seto Aji/Sosok.ID)

Source : Naval News

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x