Duterte berada di bawah tekanan domestik yang semakin besar untuk mengambil tindakan yang lebih keras, tetapi enggan untuk menghadapi China atas masalah ini ketika dia mencoba untuk membina hubungan yang lebih dekat dengan raksasa ekonomi itu.
Dia mengatakan pada Rabu (28/4/2021) malam bahwa sementara Filipina berhutang budi kepada "teman baiknya" China untuk banyak hal, termasuk vaksin Covid-19 gratis, tetapi klaim negaranya atas jalur air "tidak dapat ditawar".
“Saya akan beri tahu China, kami tidak ingin masalah, kami tidak ingin perang. Tapi jika Anda menyuruh kami pergi - No! (tidak!),” kata Duterte.
Duterte menegaskan ada beberapa hal yang tak bisa dia kompromikan dengan negara lain. Salah satunya adalah klaim kedaulatan.
“Ada hal-hal yang sebenarnya tidak bisa dikompromikan, seperti (jika) kita mundur," kata dia.
"Sulit. Saya berharap mereka (China) mengerti, tapi saya memiliki kepentingan negara saya juga untuk melindungi," tegas Duterte.
Upaya nyata Duterte untuk melindungi masalah tersebut telah menarik kemarahan warga Filipina di media sosial dengan banyak yang mengutuk presiden sebagai "pengkhianat" karena tidak mengambil sikap yang lebih tegas dalam sengketa Laut China Selatan.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (29/4/2021), pensiunan Hakim Agung Antonio Carpio, yang memperdebatkan kasus Filipina di Laut China Selatan di hadapan Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, juga mengkritik Duterte.
“Orang Filipina berhak, dan harus menuntut, seorang presiden yang mencintai orang Filipina pertama dan terutama yang akan tanpa kompromi membela kedaulatan dan hak kedaulatan Filipina di Laut Filipina Barat,” katanya.