Dengan kondisi tersebut, kata Yudo, tim dipastikan menghadapi kesulitan hingga risiko yang tinggi.
"Ini riskan dan memiliki kesulitan tinggi untuk ROV (Remotely Operated Vehicle) dan pengangkatan nantinya," ujar dia.
Meski demikian, masih ada secerca harapan dalam proses evakuasi KRI Nanggala-402 tersebut.
Salah satu kapal yang dikirim oleh negara tetangga disebut masih bisa membantu mengangkat KRI Nanggala-402 di permukaan.
"Untuk kapal-kapal yang memiliki peralatan seperti Singapura, dia memiliki alat yang bisa mencakup kedalaman 900-1000 meter. Kita tempatkan bersama KRI Rigel jika itu terbukti Nanggala, kita tindaklanjuti dengan peralatan yang dimiliki oleh Singapura," kata Yudo.
Peralatan dari Australia juga disiagakan untuk mendeteksi gerakan bawah air.
"Dari Australia ini juga ditempatkan dekat, mereka memiliki kemampuan untuk deteksi bawah air. Namun hanya menemukan kontak sonar saja, ditindaklanjuti oleh KRI Rigel," ujar dia.
Meski disebut bahwa masa persediaan oksigen dalam kapal selam KRI Nanggala-402 telah melewati batas, yakni 72 jam.
Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono masih ada harapan.
Bukan tanpa alasan, menurut Julius anak buahnya yang tercatat ada di dalam KRI Nanggala-402 bakal melakukan tindakan penghematan oksigen.