"Waktu itu saya benar-benar hidup di jalanan dan orangtua saya pun tidak memiliki kemampuan untuk membayarnya. Jadi uang Rp 4 juta itu jelas sangat besar sekali dan saya tidak tahu dari mana saya harus mendapatkannya," ujar Dika.
Pada saat itu, Dika sempat diwawancarai oleh jurnalis Kompas.com, Indra Akuntono, untuk memberitakan persoalannya itu.
Tak disangka, berita tersebut, kata Dika, menuai respons positif dari masyarakat.
"Dan setelah berita saya sempat viral karena berita Kompas.com, banyak donatur yang akhirnya menawarkan untuk memberikan saya bantuan biaya sampai akhirnya saya bisa melakukan pendaftaran ulang di UNJ dan menjadi mahasiswa di kampus tersebut," kata Dika.
Permasalahan tak selesai begitu saja. Dika mengaku bahwa finansialnya masih belum membaik untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan berbagai tugas kampus.
Dia pun berjuang dengan berjualan roti, risol, dan menjadi guru les.
"Setiap semester pun saya selalu kebingungan karena takut tidak bisa lanjut studi karena tidak ada uang," papar Dika.
Permasalahan biaya ini akhirnya selesai pada 2015 ketika Dika mendapatkan beasiswa dari Bidik Misi.
Ia pun tidak lagi takut tak bisa kuliah karena persoalan biaya.
Jadi CEO
Dika, yang saat ini menjadi CEO sebuah perusahaan bernama Clorismen, tak begitu saja langsung menduduki tampuk pimpinan. Clorismen didirikan pada 2016.