Meski demikian, Palau masih menjalin kerja sama dengan Taiwan, menurut Fowdy.
Selain itu, negara kepulauan itu kini ingin mempertahankan kepentingannya dengan mengundang AS untuk mendirikan pangkalan militer.
Langkah ini akan membantu Palau meningkatkan pengaruh dan menerima lebih banyak dukungan diplomatik.
Tidak ada alasan bagi Amerika Serikat untuk menolak tawaran seperti itu karena Washington sangat fokus pada militerisasi Pasifik.
Ini tidak berarti bahwa China sudah kalah. Pulau-pulau lain seperti Tonga, Samoa atau Vanuatu adalah bagian dari inisiatif "Belt Road" China, dan ada spekulasi bahwa China sedang mempertimbangkan untuk membangun pangkalan di wilayah tersebut.
Berpalingnya Palau dari Cina tidak berarti bahwa negara kepulauan lain di kawasan itu cenderung melakukan hal yang sama.
Bahkan negara kepulauan lainnya sangat antusias bekerja sama dengan Beijing untuk menentang "dominasi" AS dan Australia selama lebih dari 7 dekade di kawasan tersebut.
Intinya, permainan politik besar trans-Pasifik sedang memanas, menurut Fowdy.
Baik China dan AS akan terus menarik negara-negara kepulauan Pasifik di pihak mereka, untuk menerapkan strategi hebat di masa depan. Palau melihat ini sebagai peluang, dan begitu pula negara kepulauan Pasifik lainnya.
(Intisari)