Follow Us

Suka Cita Nikahi Pujaan Hatinya, Wanita Ini Berujung Hidup Penuh Derita gegara Diminta Berhubungan Intim juga dengan 2 Saudara Suaminya: Saat Melawan, Aku akan Dibakar

Rifka Amalia - Sabtu, 06 Februari 2021 | 09:13
Ilustrasi pemerkosaan oleh remaja SMP
Kompas.com

Ilustrasi pemerkosaan oleh remaja SMP

Sosok.ID - Mengidamkan pernikahan yang bahagia, wanita ini harus menelan pil pahit ketika dipaksa layani saudara laki-laki dari suami.

Ia tak pernah menyangka akan mengalami hal demikian.

Wanita ini diketahui berasal dari India bernama Munni, menikah dengan seorang pria di sebuah desa di distrik Baghpat, negara bagian Uttar Pradesh, India.

Tentu, niat awalnya dia hanya menikahi satu pria yang dikehendakinya.

Baca Juga: Caci Maki Jadi Santapan Sehari-hari gegara Bentuk Fisik yang Ibarat Langit dan Bumi, Pasangan Ini Sumpel Mulut-mulut Julid dengan Fakta 3 Tahun Pamer Hasil Seperti Ini

Melansir Eva.vn, Selasa (5/1/2021), Munni tidak pernah mengira bahwa dia akan dipaksa untuk berhubungan seks dengan dua saudara laki-laki suaminya juga.

"Suamiku dan orangtuanya berkata aku harus berbagi diriku dengan saudara-saudaranya yang lain."

"Mereka menyuruhku melayani kapan pun mereka mau, siang atau malam."

"Saat aku melawan, mereka akan melakukannya, memukuliku dengan kejam. Kadang-kadang mereka mengusirku dari tempat tidur, atau mengoleskan minyak padaku dan mengancam akan membakarku hidup-hidup," kata wanita berusia 40 tahun.

Baca Juga: Rela Jemput Calon Korban yang Akan Diperkosa Suaminya, Alasannya Bikin Heran: Perkosaan Dilakukan 2 Kali

ilustrasi
Eva.vn

ilustrasi

Miris, rupanya hal itu banyak dilakukan karena orang di daerah itu kesulitan mencari istri.

Namun, kasus-kasus seperti Munni sangat jarang dilaporkan ke polisi karena anggapan sangat tidak sopan sudah mendarah daging.

Wanita di daerah ini jarang keluar tanpa pendamping, mengalami diskriminasi dan penganiayaan yang mengerikan, hampir tidak ada hak asasi manusia. Dan Munni tidak sendiri.

Munni memiliki 3 orang putra dari suami dan 2 kakak laki-laki.

Baca Juga: Ada Surga Bagi Para Pelaku Kejahatan Asusila, Satu Desa Khusus Para Penjahat Kelamin, Begini Isinya!

Dia sendiri tidak tahu siapa sebenarnya ayah dari ketiga anak itu.

Namun, Munni juga memilih untuk tidak memberi tahu polisi karena dia tahu tidak akan ada yang berubah.

Karena konsepsi pria yang kuat dan budaya patriarki yang dalam, banyak bayi perempuan yang baru lahir diaborsi, yang menyebabkan penurunan populasi wanita di beberapa bagian India, kata pekerja sosial.

Sejak itu, kasus pemerkosaan, perdagangan manusia, dan munculnya "kohabitasi" antar saudara dalam satu keluarga meningkat.

Baca Juga: Diangkat Jadi Anak, Gadis Ini Justru Ditumbalkan Ibu Angkatnya untuk Layani sang Suami, Ngaku Sering Diberi Roti Campur Obat Tidur

"Kami telah melihat dampak mengerikan dari pengurangan jumlah wanita di beberapa komunitas," kata Bhagyashri Dengle, direktur eksekutif dari organisasi amal anak-anak Plan India.

"Ini adalah peringatan dan kami harus melakukan sesuatu. Jika tidak, semakin banyak wanita yang berisiko mengalami penculikan, pemerkosaan, dan hal-hal buruk lainnya."

Di ibu kota New Delhi, para wanita mungkin bisa menikmati hidup yang bebas, glamor dan berada di antara posisi penting dalam masyarakat.

Tapi distrik Baghpat hanya 2 jam berkendara, wanita berada di dunia yang berbeda.

Baca Juga: Niatnya Minta Restu untuk Menikah dengan Pria Pujaan Hatinya, Gadis 17 Tahun Malah Diperkosa Ayah Kandungnya, Aksinya Terungkap Usai Direkam Tetangga Lewat Celah Dinding

Mereka harus selalu menutupi wajah mereka, dibatasi pada lingkungan rumah, melakukan pekerjaan rumah dan membesarkan anak, serta dilarang meninggalkan pintu tanpa pendamping.

Sementara itu, para petani laki-laki duduk santai di sawah, minum teh, merokok dan meratapi kurangnya pengantin untuk anak dan cucu mereka.

Menurut sensus India 2011, hanya ada 858 wanita per 1.000 pria di distrik Baghpat.

Ironisnya, kegiatan ilegal seperti memperdagangkan, memperkosa, dan kejahatan lainnya secara bertahap dianggap sebagai kejahatan yang "diterima".

Banyak komunitas yang enggan ikut campur dengan nasib para wanita.

(Tatik/Intisari Online)

Source : Intisari Online

Editor : Rifka Amalia

Baca Lainnya

Latest