Sosok.ID - Sebuah pernyataan mengejutkan datang dari Pemerintah Azerbaijan baru-baru ini.
Meski telah menandatangani perjanjian gencatan senjata permanen, tapi kelakuan militer Azerbaijan masih berlanjut.
Kini mereka harus hadapi ancaman serius oleh amukan negara dengan kekuatan militer besar layaknya Rusia.
Bagaimana tidak, Azerbaijan baru-baru ini mengakui bahwa mereka telah menembak jatuh helikopter berbendera Rusia.
Baca Juga: Rusia Siapkan Torpedo Usang Namun Sangat Mematikan untuk Melahap Kapal Perang Amerika
Insiden tersebut terjadi di perbatasan antar kedua negara.
Namun, pemerintah Azerbaijan melalui menteri Luar Negeri mereka, Baku mengatakan hal itu lantaran unsur ketidaksengajaan.
Padahal jelas-jelas helikopter tersebut berbendera "Negeri Beruang Merah".
Kini pun Baku mencoba menawarkan permintaan maaf pada pemerintah Rusia secara resmi.
"Kami minta maaf atas insiden tragis. Tindakan itu adalah tidak sengaja dan tak dimaksudkan untuk melawan Moskwa," jelas Azerbaijan.
Permintaan maaf dan pengakuan itu muncul setelah Rusia menyatakan helikopter Mi-24 jatuh di Armenia.
Bahkan dua anggota militer Rusia dinyatakan meninggal dunia dalam insiden tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia menjelaskan, helikopter mereka ditembak oleh sistem pertahanan udara dan menyelidiki siapa pelakunya.
Dilansir Al Jazeera Senin (9/11/2020), Baku menerangkan helikopter Mi-24 terbang rendah dalam kegelapan di perbatasan dua negara.
"Helikopter dari angkatan udara Rusia pada saat itu sama sekali tidak terlihat di area tersebut," demikian keterangan kementerian luar negeri.
Meski menyebut adanya ketidaksengajaan, namun pemerintah Azerbaijan mengaku bahwa mereka terpaksa menembak jatuh helikopter tersebut.
Apa yang dilakukan oleh militer Azerbaijan hingga menewaskan dua tentara Rusia disebutnya karena helikopter berada di tengah ketegangan dengan Yerevan.
Sebagaimana diketahui, Azerbaijan dan Armenia tengah bersitegang atas perebutan wilayah Nagorno-Karabakh.
Jika menilik perjanjian dengan Armenia, Rusia bisa saja dengna sekejap menghancurkan Azerbaijan.
Namun ternyata Kremlin juga memiliki hubungan cukup baik dengan Baku hingga hal itu urung dilakukan.
Tetapi Rusia berjanji pada Armenia bila pertempuran antara kedua negara hampir menyentuh wilayah Rusia, maka Putin akan bertindak tegas.
Baca Juga: Sistem Pertahanan Rudal Terbaru Rusia Jawaban Atas Ancaman Amerika di Eropa
Dalam suratnya kepada Presiden Vladimir Putin, Pashinyan meminta "konsultasi genting" untuk menyikapi konflik di Nagorno-Karabakh.
Pada Sabtu (7/11/2020), Putin melakukan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Perancis Emmanuel Macron.
Turki merupakan sekutu penting bagi Azerbaijan.
Karena itu, pengaruhnya bakal sangat signifikan dalam meghentikan baku tembak.
Sementara itu, kelompok separatis etnis Armenia mengakui bahwa mereka kehilangan kota penting Shusha di wilayah Karabakh.
"Kami harus mengakui kegagalan tengah menghantui kami karena tidak bisa mempertahankan Shushi (nama lain Shusha)," jelas juru bicara pemerintah separatis, Vahram Poghosyan.
Poghosyan melanjutkan, kini tentara Azerbaijan tengah mendekati Stepanakert yang merupakan ibu kota di kawasan Nagorno-Karabakh.
Dua negara pecahan Uni Soviet tersebut baku tembak selama enam pekan terakhir, di mana tiga gencatan senjata tak mampu menghentikan mereka. (*)