Menurut Economist yang pertama menerbitkan temuan Zenz, jika jumlah dari daerah Yarkand diekstrapolasi ke seluruh Xinjiang, jumlah anak di bawah umur 15 tahun yang salah satu atau kedua orangtuanya ditahan bisa mencapai 250.000.
Bahkan ada beberapa kasus dimana anak-anak di kota tersebut harus terpisah dari kedua orang tuanya dan bahkan dengan saudaranya lantaran ditempatkan di panti asuhan.
Sedang orang tuanya harus menjalani masa tahanan lantaran mereka dianggap bersalah oleh pemerintah China.
Sementara itu, sebelumnya China juga menjadi sorotan publik dunia setelah isu mengenai penghancuran ribuan masjid dilakukan oleh pemerintahan Xi Jinping.
Sebuah lembaga think tank (wadah pemikir) Australia pada Jumat, (25/9/2020), mengatakan pihak berwenang China telah menghancurkan ribuan masjid di Xinjiang.
Kelompok hak asasi mengatakan ada lebih dari 1 juta etnis Uighur dan etnis Muslim berbahasa Turki lainnya yang ditawan di kamp penahanan di wilayah barat laut tersebut.
Dilansir dari Channel News Asia, (25/9/2020), mereka ditekan agar menghentikan aktivitas tradisional dan keagamaan.
Ada sekitar 16.000 masjid yang telah dihancurkan atau dirusak, menurut laporan Australian Strategic Policy Institute (ASPI).
Baca Juga: Bendung Pengaruh China, Jepang Ingin Jalin Kerjasama Segala Bidang dengan Indonesia
Laporan itu menyebut mayoritas penghancuran terjadi dalam tiga tahun terakhir dan diperkirakan ada 8.500 masjid yang telah hancur sepenuhnya, dan ada lebih banyak kerusakan di luar pusat Kota Urumqi dan Kashgar.
Banyak masjid yang lolos dari penghancuran disingkirkan kubah dan menaranya, menurut laporan itu.