Sosok.ID - Seekor sapi yang tengah mengandung, ditembak oleh oknum polisi hingga mati.
Sapi tersebut merupakan milik Samsuddin, warga Desa Kembang Ragi, Kecamatan Pasimasunggu, Selayar, Sulawesi Selatan.
Sementara oknum aparat yang menembaknya adalah Brigpol M, anggota Polsek Paimasunggu.
Melansir Kompas.com, peristiwa penembakan tersebut terjadi pada Minggu (16/8/2020).
Berdasarkan penuturan dari anak Samsuddin, Syahrul mengatakan, sapi ayahnya mulanya masuk ke asrama kepolisian.
Lahan yang dimasuki oleh sapi tersebut merupakan lahan yang dulunya dikelola oleh masyarakat sebagai lahan tani, atas perintah salah satu polisi.
Kendati demikian, Syahrul menuturkan bahwa saat ini sedang tidak ada aktivitas tani di lahan tersebut.
Kondisi pagarnya bakan telah rusak.
Menurut kesepakatan dengan masyarakat setempat, jika mengacu pada Perdes Kembang Ragi, maka harusnya saat itu adalah musim lepas ternak.
Sehingga keluarga merasa sedih dengan tindakan polisi yang asal tembak sapi yang sedang bunting itu.
"Jadi waktu itu sapi ayah dan sapi warga masuk di kawasan asrama Polsek, apalagi keadaan pagar sudah rusak. Saat itu anggota polisi melakukan penembakan," kata Syahrul, dikutip dari Kompas.com.
Syahrul menuturkan, ayahnya sangat terpukul dengan kejadian tersebut.
Padahal keluarganya telah menantikan kelahiran anak sapi yang diperkirakan akan terjadi pada Oktober nanti.
Lebih-lebih sapi tersebut merupakan harta berharga bagi Samsuddin.
Saat sudah melahirkan, anakan sapi itu sedianya akan dijual untuk memenuhi biaya kuliah anak dan kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Samsuddin sudah terlalu renta untuk bekerja, kata Syahrul.
Sementara sang ibu mengandalkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan menjual kue.
"Saat ini, ayah sudah tua, tidak bisa kerja keras lagi. Tentu sangat sedih ketika mengetahui sapi yang dipelihara selama ini mati," tutur dia pilu.
"Jadi induk sapi itu ketika melahirkan, maka anaknya dijual untuk biaya kuliah dan kebutuhan lainnya," kata dia.
Tak terima dengan perlakuan semena-mena dari oknum kepolisian, Syahrul mendatangi Mapolsek Pasimasunggu.
Pihak kepolisian dan keluarga sempat bermusyawarah dan sulit menemukan titik temu.
Sebab polisi mulanya hanya berkenan mengganti Rp 3 juta saja. Nominal tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan harga beli Sapi.
Terlebih Samsuddin dan keluarga telah merawat sapi tersebut hingga hamil.
"Awalnya ayah saya ditawari uang Rp 3 juta, tapi saya tidak sepakat karena harga sapi Rp 10 juta," tuturnya.
Sekira dua pekan setelah peristiwa penembakan, polisi akhirnya mengganti sapi milik Samsuddin.
Samsuddin dan Syahrul diberi ganti sapi seharga Rp 7 juta, diserahkan di Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, Sabtu (5/9/2020).
Kendati ukurannya jauh lebih kecil dari sapinya yang mati tertembak, Samsuddin bersedia menerima.
Namun Syahrul tetap menyayangkan tindakan polisi yang menembak mati peliharaannya.
"Karena pada dasarnya kepolisian untuk mengayomi masyarakat, mengusahakan keamanan bukan meresahkan keadaan masyarakat," kata Syahrul.
Di sisi lain, Kapolres Selayar AKBP Temanggnganro Machmud mengatakan, oknum polisi pelaku penembakan telah diberi sanksi disiplin.
Soal kendala negosiasi ganti rugi juga disampaikannya.
"Saya pikir sudah selesai kasusnya ternyata masih ada hambatan, karena korban ingin sapi yang bagus atau minimal mirip dengan sapinya."
"Hari ini sudah digantikan sapi baru dengan harga Rp 7 juta," tutur Machmud. (*)