Sosok.ID - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustaz Tengku Zulkarnain menjadi narasumber di kanal YouTube Refly Harun pada Senin (22/6/2020).
Dalam kesempatan itu, Ustaz yang akrab disapa Tengku Zul ini, vokal mengkritisi pemerintah.
Mulai dari kekuasaan, masa pemerintahan Seokarno, kebebasan berpendapat, kasus Ahok, pancasila, dan hal-hal lainnya.
Refly Harun sempat menanyakan terkait desas-desus bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkesan pro oposisi.
Tengku Zul lantas dengan tegas membantah,menyebut MUI justru merupakan sahabat bagi penguasa.
"Tidak, MUI ini sahabat bagi penguasa. Jadi kalau ada salah-salah penguasa diingatkan dengan cara yang baik, lemah lembut, pakai surat. Kita seringkali kirim surat," kata Tengku Zul.
Menurutnya, saat berkirim surat dengan pemerintahan, pihaknya tidak pernah membawanya ke publik.
"Kirim surat, sampaikan ke presiden, sampaikan DPR, menteri dalam negeri. Kan kita nggak ngelawan, tapi ketika RUU HIP Pancasila mau ditukar, kita bicara keras," tegasnya.
Rekan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di MUI ini menyebut, bicara keras dilakukannya karena ketika mengkritik dengan cara lembut masih tidak didengarkan.
Ia berpendapat, kritik-kritik keras yang ditujukan bagi pemerintahan saat ini tak lain dan tak bukan adalah demi kebaikan Indonesia sendiri.
"Kita harus keras dong ini ngomongnya, kita tidak mau negara ini hancur," katanya.
Lebih lanjut Refly Harun menanyakan alasan mengapa Tengku Zul bersikap demikian, sedangkan Wakil Presiden Indonesia sendiri merupakan Ketua MUI yang juga rekannya.
Terlebih saat Pilpres 2019 lalu, Tengku Zul berada di pihak Prabowo Subianto, bukan Ma'ruf Amin.
"Padahal kan Kyai Ma'ruf sudah ke Presiden Jokowi," kata Refly.
Tengku Zul kemudian mengakui, ia memang memiliki ketidakcocokan dengan pihak Jokowi.
Karena ada Jokowi disamping KH Ma'ruf Amin itulah dirinya tidak bisa mendedikasikan sepenuhnya untuk pemerintah.
"Kalau Kyai Maruf yang jadi presiden saya tim kampanyenya, pakai duit saya," balas Ustaz Zul.
"Tapi ada Jokowi di situ ya separuh-separuh lah. Kalau Jokowi wafat Kyai Maruf jadi presiden, baru saya banyak banyak membantu. Tapi kalau salah ya tetap dikritik," lanjutnya.
Kaget mendengar jawaban narasumbernya, Reflu Harun menimpali, "Wah ini pernyataannya keras banget nih."
"Kenyataannya emang begitu. Saya kalo sama Kyai Maruf tanpa risau. Saya bergaul 22 tahun dengan beliau, beliau wakil ketua umum, saya wakil sekjen," katanya.
Baca Juga: Mengenai Kenaikan Iuran BPJS, Refly Harun : Negara Hadir untuk Ngambil Uang Masyarakat
"Alangkah akrabnya kami, tetapi saya tidak mau dengan Pak Jokowi," sambung Tengku Zul.
Tengku Zul kemudian membeberkan bahwa dirinya tidak cocok dengan partai pengusung Jokowi, yakni PDIP.
"Karena di belakang Pak Jokowi siapa? Nggak cocok saya sama mereka, ada PDIP disitu saya nggak cocok dari dulu," ungkapnya.
Alasannya yakni karena menurut Tengku Zul, PDIP tidak pernah memperjuangkan agama.
Ia kemudian menyinggung mengenai sikap DPR dari fraksi PDIP yang malah wolkout dalam pembahasan UU Pornografi dan UU Pendidikan.
"Waktu UU Pendidikan dia (PDIP) walkout. Lah ini apa ini?," tanya Tengku Zul.
"Kan ada gerakan baitul muslimin di PDIP," sahut Refly Harun.
"Nyatanya gerakannya apa? Coba waktu UU pendidikan, Bang Rafly masih ingat pasal 12 a, tiap-tiap anak didik berhak mendapat pendidikan agama, sesuai agama yang dianutnya, dengan diajarkan oleh guru yang seagama dengannya. Ini kok ditolak," ujar Tengku Zul.
Baca Juga: Kencang Sindir Kabinet Jokowi Anti Kritik, Refly Harun Soroti Buzzer Politik: Kurang Kerjaan!
"Tiap-tiap anak didik, misalnya kristen, berhak mendapatkan pelajaran agama kristen. Diajar oleh guru beragama kristen. Tiap anak didik beragama Hindu berhak mendapatkan pelajaran dari orang segamanya. Dimana salahnya? Kok dia walkout?" ucapnya.
"Apa benci dengan itunya (UU)? Tidak. Ya berarti benci dengan agamanya. Saya tidak setuju dengan mereka," tegas Tengku Zul, mengutarakan opininya.
(*)